Ternyata Pemilih Pemula Terus Minati Partai Islam

Oleh Prima Kumara
Caleg DPRD DKI nomor 5 dari PKS
(Dapil : Pancoran, Tebet, Mampang, Pasar minggu, Jagakarsa)
Ketika Partai Nasionalis tidak menawarkan banyak perubahan justru korupsinya yang terlihat paling besar dan paling banyak kadernya yang tersangkut masalah korupsi maka ini tidak menarik lagi bagi pemilih muda.

Dari data ICW dan FITRA diketahui bahwa urutan partai politik yang terkorup adalah Golkar (36,36%), kedua PDIP (18,18%), Partai Demokrat 11,36%), PPP (9,65%), PKB (5,11%), PAN (3,97%), dan PKS (2,27%). Mari kita berpikir obyektif dan fair, dari data tersebut diketahui bahwa partai agama itu sesungguhnya tingkat korupsinya jauh lebih kecil dibanding partai nasionalis atau sekuler.

Namun Lembaga Survey terus memaksa merilis ramalan hasil pemilu 2014 nanti, bahwa kemungkinan perolehan parta-partai yang berideologi Islam akan merosot tajam. Salah satu penyebabnya  adalah karena kurang diminati pemilih pemula. 

Namun angin sedikit berhembus ketika mendengar obrolan di sebuah warung kopi, “Itu survey, pesanan siapa” begitu kira-kira tanggapan salah seorang warga Pancoran di warung kopi.  “Jangan-jangan, lembaga survey nya sudah diborong semua oleh partai Nasionalis, partai nasionalis lagi bernafsu” tambah pengunjung warung yang lain. 

Obrolan warga diwarung kopi tersebut mungkin ada benarnya, apabila melihat hasil pemilu pasca reformasi. Dari pemilu dari tahun 1999 sampai 2009 lalu, menunjukan trend kenaikan suara dari partai Islam. Sebaliknya partai nasionalis perolehan suaranya cendrung menurun. 

Pada pemilu 1999, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menjadi juara umum dengan mendapat 34 persen suara, setara dengan 154 kursi parlemen. Pemilu 2004 lalu, suara partai besutan Megawati itu turun significan, sebanyak 15 persen. Sehingga PDIP harus puas berada di posisi kedua dengan perolehan suara 19 persen, setara 109 kursi di DPRRI.

Partai Golkar pada 1999 mendapatkan suara 24 persen, atau setara dengan 120 kursi parlemen. Pemilu 2004, Golkar bertengger di urutas teratas. Walaupun menempati singgasana pemilu suara Golkar turun sekitar 3 persen. Namun ketika tampuk kepemimpinan Golkar diambil oleh Jusuf Kalla, suara Golkar melorot dengan perolehan suara 15 persen, turun sekitar 5 persen dari pemilu sebelumnya.

Nasib Partai Islam mulai dari pemilu 1999 berbeda-beda, dimana PKS memperlihatkan peningkatan secara bertahap dan terus meningkat, yang pada pemilu 1999 bernama Partai Keadilan (PK) hanya mendapat suara kurang dari 2 persen (kursi Parlemen). Naik menjadi 7 persen pada pemilu 2004, atau setara dengan 45 kursi parlemen. Pemilu 2009, PKS terus bersinar dengan mendapatkan 57 kursi parlemen.
Sedangkan Partai Amanat Nasional (PAN) untuk perolehan suara cendrung stagnan, tapi menanjak dari segi penguasaan kursi parlemen pada 2004. Pada Pemilu 1999 PAN berada di posisi lima dengan perolehan suara sekitar 7 persen, setara dengan 35 kursi parlemen. Tak berbeda jauh pada Pemilu 2004 suara PAN masih berkutat kisaran 7 persen. Uniknya perolehan kursi Partai yang dipelepori Amien Rais itu naik tajam, menjadi 52 kursi. Pemilu 2009, suara PAN turun satu persen, menjadi 6 persen, dari jumlah penempatan di parlemen, kader PAN hanya memborong 45 kursi, atau turun 12 kursi dari pemilu 2004. Sedangkan dari segi peringkat PAN naik dua tingkat, peringkat tujuh pada 2004, naik menjadi lima besar pada pemilu yang lalu.

Kalau berkaca pada hasil real qount dan hasil survey untuk pilkada Jawa Barat, maka pilkada Jawa Barat merupakan antitesa dari hasil survei yang sering menyatakan bahwa elektabilitas parpol berideologi Islam menurun. Ini, membuktikan partai Islam masih bisa bertahan dan bisa memenangkan pertarungan. 

Mari kita lihat minat pemilih pemula pada partai politik dari aktivitasnya di sosial media. Pada awal kampanye (16/3), partai Islam PKS telah berhasil memutihkan media sosial Twitter dan Facebook. Peneliti Awesometrics Ridho Rahman mengatakan di Facebook dan Twitter penyebutan 'Partai Keadilan Sejahtera' dengan jargon utama “PKSM3NANG” mendominasi media sosial. Mesin Awesometrics menghitung perolehan PKS sebanyak 63.542 kali penyebutan di dua ranah media sosial ini.  Pesaing terdekatnya, PDI Perjuangan dengan meraih 10.315 dan Partai Golkar mengantongi 8.202 percakapan. Dari data di atas saja, sudah bisa dilihat keberpihakan kaum muda para partai politik sejauh mana.

Dilihat dari usia ketua umunya, Partai Islam seperti PKS memiliki pimpinan yang relative masih sangat muda.  Presiden PKS, Anis Matta yang berusia 45 tahun telah mampu membuktikan bahwa ia mampu untuk maju dalam gelanggang politik. Ia dipercaya oleh PKS untuk membawa semangat muda yaitu semangat perubahan (change). Anis Matta diprediksi akan mampu mendongkrak jumlah pemilih dari kalangan muda, banyak pelajar, mahasiswa dan mahasiswi hadir pada setiap orasinya. Banyak anak-anak mengantri untuk mendapatkan dan membeli bukunya yang fenomenal, gelombang ketiga. Para pemilih yang berusia antara 18 tahun sampai 24 adalah pendukung utama bagi sang Anis Matta, disusul kaum muda berusia 25 sampai 29 tahun. Sejumlah survei menunjukkan bahwa dukungan kepadanya tidaklah kecil. Anak – anak muda sering berkata, "Kamilah yang memberikan energi baru" begitu juga dengan Anis Matta yang ingin menjadi "Pikiran, Hati dan Tulang Punggung Indonesia". Banyak pemilih pemula yang menyatakan bahwa pemilu kali ini merupakan peluang bagi mereka bersama - sama Anis Matta untuk mencetak sejarah baru.
 
Presiden PKS, Anis Matta juga lihai dalam memanfaatkkan teknologi – teknologi yang sering dipakai kaum muda, seperti internet, youtube, twitter, android dan lain - lain. Internet mampu menghubungkan Anis Matta dengan puluhan ribu pendukung dan relawan di seantero negeri. Anis Matta sangat sadar, sebagian besar pemilihnya adalah kalangan belia, dengan usia 18 sampai 29 tahun, mereka tentu akrab dengan dunia maya. Anis Matta di dunia maya berubah menjadi “fungky atau gaul” seperti anak muda. Anis Matta menjadi penghuni internet bersama kaum muda yang sebagian besar belum pernah mengikuti pemilu atau pertama kali ikut pemilu. Dari sinilah Anis Matta masuk ke dalam twitter, youtube, android serta online social networking lainnya, semua tempat tersebut menjadi tempat nongkrong ABG nusantara bareng Anis Matta. Yang terakhir Dan fenomenanl adalah orasi dirinya menggunakan sambungan gadget pada kampanye PKS di NTB sementara dirinya masih berada di bandara Juanda Surabaya.

Kemunculan Presiden PKS, Anis Matta merupakan fenomena munculnya kaum muda ke pentas politik. Anis Matta bukan saja dia muda, berpenampilan menarik, pidatonya memukau, melainkan lebih pada kenyataan bahwa Anis Matta merupakan sosok anak muda yang mempunyai kompetensi luar biasa dan mampu mengartikulasikan keinginan masyarakat nusantara untuk segera melakukan perubahan. Anis Matta mempunyai kompetensi yang bisa dipertanggungjawabkan bagi publik Indonesia. Dia mampu menangkap keinginan masyarakat Indonesia yang menginginkan perubahan.
 
Banyak kalangan menilai keberadaan hasil survei belakangan lebih banyak menimbulkan opini dan perbincangan tak mendasar di masyarakat, karena terus digunakan untuk memojokkan partai – partai Islam. Tahun 2013-2014 ini, memang banyak pengamat dan juga lembaga survei yang tiba-tiba punya hobi baru meneliti dan menganalisa partai-partai  berbasis agama, padahal sebelumnya tidak kedengaran dan tidak terlihat di ranah itu. 

Oleh karenanya, sebaiknya para agen survey maupun pengamat bertindaklah sewajarnya saja, tidak usah membuat framing - framing khusus untuk partai tertentu. Persilahkan, semua peserta pemilu 2014 berlomba-lomba membuat yang terbaik untuk bangsa ini. Adanya partai berbasis agama bukanlah yang menakutkan, partai berbasis agama atau bukan, yang punya tetap orang Indonesia. Biarkan rakyat memilih mana yang terbaik Di sejumlah negara maju seperti Jerman misalnya, partai berazas agama justru bisa memberi solusi bagi masyarakatnya. Partai CDU, partainya Angela Merkel dipercaya oleh masyarakat dan terbukti membuat Jerman jaya dan menjadi penyelamat Eropa dalam mengatasi krisis.

Terlebih lagi di daerah negara bagian Bayern, daerah terkaya di seluruh Jerman, pemenangnya selalu partai agama. Begitu juga di negara-negara lain seperti Turki atau Iran.

Sebuah kesadaaran besar yang kita sepakat bersama bahwa Bhineka itu adalah karunia, oleh karenanya janganlah partai berbasis  agama dikerdilkan dan jangan pula diframing tetapi berdirilah dan amatilah secara adil diantara partai-partai yang ada tersebut.

Ditulis oleh Prima Kumara, caleg muda PKS DPRD DKI nomor 5 dapil 8  (Pancoran, Mampang, Pasar minggu, Jagakarsa, tebet)