Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2013

Jeratan Hutang Membuat Negeri ini Kehilangan Duapertiga Nafasnya

Gambar
Lemah akal, minimnya kualitas SDM, dan keserakahan telah membuat Indonesia kehilangan muka. Pintu kemakmuran yang sejatinya siap dimasuki Indonesia dengan istilah “lepas landas” bukan saja tertutup, melainkan pintu itu sendiri seakan hilang dan kabur dalam tujuan. Lihatlah negeri ini, Indonesia. Negeri ini memiliki segalanya, keragaman kekayaan alam, lautan dan daratan, pegunungan dan perbukitan. Semuanya teramat mencengangkan dan mengundang birahi Negara lain untuk menjamah Indonesia . Apa pun sebenarnya dari negeri ini menebar sejuta pesona. Tetapi apa yang tersisa? Hampir tidak ada, kecuali warisan utang bagi anak bangsa dan masa depannya. Dulu, penjajah fisik berusaha merampok secara halus atau kasar kekayaan negeri ini. Kini, justru kita yang ‘menyerahkan’ hampir separuh kekayaan kita. Dan itu terjadi begitu saja, lantaran kebodohan dan keserakahan. Kebiasaan berhutang tetapi tak memakainya untuk kegiatan produktif menjadi alasan utama beralihnya asset na

EKONOMI YANG MEMBAHAGIAKAN

Gambar
Oleh M. Anis Matta Umar bin Abdul aziz muncul di persimpangan sejarah umat Islam di bawah kepemimpinan dinasti Bani Umayyah. Pada penghujung abad pertama hijriyah, dinasti ini memasuki usianya yang keenam puluh, atau dua pertiga dari usianya, dan telah mengalami pembusukan internal yang serius. Umar sendiri adalah bagian dari dinasti ini, hampir dalam segala hal. Walaupun pada dasarnya ia seorang ulama yang telah menguasai seluruh ilmu ulama – ulama Madinah, tapi secara Pribadi ia juga merupakan symbol dari gaya hidup dinasti Bani Umayyah yang korup, mewah dan boros. Itu membuatnya tidak cukup percaya diri untuk memimpin ketika keluarga kerajaan memintanya menggantikan posisi Abdul malik bin Marwan setelah beliau wafat. Bukan saja karena persoalan internal kerajaan yang kompleks, tapi juga karena ia sendiri merupakan bagian dari persoalan tersebut.   Ia adalah bagian dari masa lalu. Tapi pilihan atas dirinya, bagi keluarga kerajaan, adalah sebuah keharusan. Karena Umar

EKONOMI PENGETAHUAN : REJUVENASI TEORI EKONOMI PEMBANGUNAN

Gambar
Pada tahun 1973, penulis masih seorang dosen muda di ITB. Menanggapi permintaan Universitas Kebangkitan Malaysia (UKM), Rektor ITB kala itu, yakni Profesor Dodi Tisna Amijaya, meminta penulis agar membantu mempersiapkan sejumlah dosen ITB untuk diberangkatkan ke Malaysia. Sebagai bagian dari kisah tersebut, sulit bagi penulis untuk menutupi perasaan bangga terhadap fakta : Sumber Daya Manusia (SDM) terdidik kita pernah jauh menggungguli negeri jiran itu. Pada 1980, penulis lantas bergabung dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Seperti ITB, institusi ini menyimpan begitu banyak SDM – SDM Indonesia unggulan. Di bawah kepemimpinan Menristek B.J habibie saat itu, lebih dari 300 mahasiswa Indonesia di kirim ke universitas – universitas terbaik Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang melalui program STAID, OFP, dan STMD. Bagaikan rangkaian gerbong kereta api kilat, gerakan ini memperkuat SDM Indonesia menjadi modal manusia (human capital) penggerak pembangunan

MAU MENANG, BACA INI DULU !!!

Syarat – syarat kemenangan bisa dibaca di firman Allah SWT dalam Al Qurán Surat An Nuur ayat 55.  “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik” . Dari ayat di atas diketahui bahwa syarat –syarat kemenangan itu adalah : - Keimanan - Merealisasikan ibadah kepada Allah dengan artian yang luas - Tidak mentolerir sedikitpun sikap menyekutukan Allah - Taqwa, Allah berfirman dalam Al Qurán Surat Al A’raa