Akhirnya Seorang Saksi PEMILU, Ikut Mengaji Bareng PKS
Tahun
2014 adalah awal kisah perjalanan seorang Ibu mengenal PKS. Dalam perjalanan
waktu minggu – minggu mendekati hari pemungutan suara, Seorang Ibu didatangi oleh
salah seorang kader perempuan PKS. Mereka meminta Ibu tersebut untuk bisa menjadi
saksi PKS, Ibu itu pun menerima dan kemudian sering ikut bergabung dalam
forum-forum pelatihan saksi PKS bersama beberapa calon saksi yang lain.
Latar belakang ibu tersebut berasal dari keluarga LSM penggiat anti korupsi, underbow sebuah partai besar di wilayah Durentiga. Maklum, berasal dari keluarga LSM anti korupsi membuat Ibu ini tidak kehilangan kevokalannya.
Tidak canggung kader PKS yang mengajaknya menjadi saksi, dengan dialog yang panjang dan intens akhirnya Ibu ini bersedia menjadi saksi PKS di wilayahnya. Dan benar saja, ada banyak pengalaman menarik ketika si Ibu tersebut menjadi saksi PKS. Sepanjang jalannya pemungutan suara, banyak kejanggalan – kejanggalan yang sering diiterupsi oleh beliau. Begitu pula pada penghitungan suara, saat petugas TPS memasukan jumlah coblosan caleg ke dalam suara partai dan juga calegnya sehingga dihitung dua kali, si Ibu ini protes keras. Sehingga ketika terjadi deadlock, ketua TPS sering menayakan, “Bagaimana saksi PKS?” Saksi PKS selalu dijadikan rujukan ketika terjadi permasalahan di lokasi TPS. Ibu ini tetap ceria, walaupun harus menunggu dokumen C1 yang baru didapatkannya pada tengah malam. “Saya menikmati mas, pekerjaan jadi saksi PKS ini,” ujarnya kepada koordinator saksi PKS.
Belakangan, Ibu ini diketahui bernama Ibu Zakiyah, dan rupanya ketertarikan Ibu Zakiyah ini ke PKS tidak berhenti begitu saja seiring dengan selesainya tugas beliau sebagai saksi PKS. Sehari setelah tidak menjabat lagi sebagai saksi, beliau kemudian mengungkapkan keinginannya kepada salah seorang kader perempuan PKS, untuk bisa bergabung bersama PKS. Beliau ingin sekali menjadi seperti kader - kader PKS. Tidak setengah – setengah, beliaupun mengajak suaminya untuk juga ikut bergabung ke PKS bersama dirinya. Kemenangan yang hakiki bukanlah banyaknya suara yang didapatkan, tetapi kemenangan yang hakiki adalah sebuah hidayah Allah yang turun ke dalam jiwa manusia.
Latar belakang ibu tersebut berasal dari keluarga LSM penggiat anti korupsi, underbow sebuah partai besar di wilayah Durentiga. Maklum, berasal dari keluarga LSM anti korupsi membuat Ibu ini tidak kehilangan kevokalannya.
Tidak canggung kader PKS yang mengajaknya menjadi saksi, dengan dialog yang panjang dan intens akhirnya Ibu ini bersedia menjadi saksi PKS di wilayahnya. Dan benar saja, ada banyak pengalaman menarik ketika si Ibu tersebut menjadi saksi PKS. Sepanjang jalannya pemungutan suara, banyak kejanggalan – kejanggalan yang sering diiterupsi oleh beliau. Begitu pula pada penghitungan suara, saat petugas TPS memasukan jumlah coblosan caleg ke dalam suara partai dan juga calegnya sehingga dihitung dua kali, si Ibu ini protes keras. Sehingga ketika terjadi deadlock, ketua TPS sering menayakan, “Bagaimana saksi PKS?” Saksi PKS selalu dijadikan rujukan ketika terjadi permasalahan di lokasi TPS. Ibu ini tetap ceria, walaupun harus menunggu dokumen C1 yang baru didapatkannya pada tengah malam. “Saya menikmati mas, pekerjaan jadi saksi PKS ini,” ujarnya kepada koordinator saksi PKS.
Belakangan, Ibu ini diketahui bernama Ibu Zakiyah, dan rupanya ketertarikan Ibu Zakiyah ini ke PKS tidak berhenti begitu saja seiring dengan selesainya tugas beliau sebagai saksi PKS. Sehari setelah tidak menjabat lagi sebagai saksi, beliau kemudian mengungkapkan keinginannya kepada salah seorang kader perempuan PKS, untuk bisa bergabung bersama PKS. Beliau ingin sekali menjadi seperti kader - kader PKS. Tidak setengah – setengah, beliaupun mengajak suaminya untuk juga ikut bergabung ke PKS bersama dirinya. Kemenangan yang hakiki bukanlah banyaknya suara yang didapatkan, tetapi kemenangan yang hakiki adalah sebuah hidayah Allah yang turun ke dalam jiwa manusia.