Sebentar Lagi Tahun Baru, Sudahkah Sahabat Punya Resolusi ?

Sebentar lagi tahun baru nih. Udah nyiapin apa aja buat menyambutnya?  Udah siapin stok kembang api? Atau uda pesen paket dinner keluarga ? Liburan di puncak atau kampung halaman. Apapun itu, semoga berjalan dengan lancar.  

Di setiap tahun baru itu, ada yang namanya Resolusi. Biasanya berisi target, obsesi, harapan, keinginan, cita – cita atau yang sejenisnya. Penting lho …  memiliki resolusi itu, agar membuat hidup kita lebih baik dari tahun yang lalu. Ada baiknya kali ini kita membuat resolusi sederhana yang berbeda dari biasanya. Dan kalau bisa resolusi ini bukan hanya sekedar lintasan keinginan tetapi harus berani diutarakan, di-share, dan juga di tulis, ini penting agar resolusi kita lebih dahsyat hasilnya. 

Dalam agama kita, seorang muslim itu juga dituntut punya resolusi … lebih dikenal dalam bahasa agama islam itu adalah himmah. Dan ternyata sobat,  ternyata Rasulullah, sahabatnya, serta generasi tabiin sering mengungkapkan  himmah mereka masing – masing. Rasulullah pernah mengatakan akan membebaskan Konstantinopel atau Roma, dan sejarah membuktikan Konstantinopel berhasil dibebaskan.  Demikian juga ketika masa tabi’in, ada empat orang yang berbincang-bincang dipelataran Masjidil Haram, mereka adalah Mus’ab ibnu Zubair, Urwah ibnu Zubair, Marwah ibnul Hakam dan ‘Abdullah ibnu ‘Umar. Tiba-tiba Mus’ab ibnu Zubair meminta kepada ketiga sahabatnya untuk mengutarakan cita-citanya, maka yang lain pun mempersilahkan agar Mus’ab yang pertama menyebutkan cita-citanya. Mus’ab ibnu Zubair mengatakan bahwa ia ingin menjadi gubernur Iraq, ‘Urwah bin Zubair mengatakan bahwa ia ingin menjadi seorang yang faqih dan ahli hadits, Marwah ibnul Hakam mengutarakan bahwa ia bercita-cita ingin menjadi khalifah, yang terakhir ‘Abdullah ibnu ‘Umar yang bercita-cita ingin masuk surga. Sejarah menuliskan bahwa semua dari mereka semuanya sukses menggapai resolusinya, dan sangat mungkin Ibnu Umar juga. Demikian juga yang terjadi pada diri Umar bin Abdul Aziz, seorang muslim yang penuh dengan himmah yang tinggi.

Kebiasaan mengungkapkan himmah tersebut ternyata sekarang juga tetap digunakan dan dikembangkan. Suatu studi tentang goals dilakukan oleh Mark McCormack kepada para lulusan MBA dia Harvard Business School, sekolah bisnis paling ternama di dunia antara tahun 1979 dan 1989. Pada tahun 1979, para lulusan MBA tersebut ditanya, “Apakah Anda telah menyusun suatu rencana yang jelas, spesifik, dan tertulis tentang masa depan Anda, dan perencanaan tentang bagaimana merealisasikan rencana tersebut?” Hasilnya, 3% menyatakan telah memiliki goals yang spesifik, jelas, dan tertulis; 13% menyatakan telah memiliki goals yang spesifik dan jelas tetapi tidak tertulis; 84% menyatakan belum memiliki dan menyusun rencana tersebut. Sepuluh tahun kemudian, pada tahun 1989, periset melakukan wawancara dengan semua responden yang telah ditanyainya dulu. Hasilnya, 13% yang menyatakan telah memiliki goals (resolusi) yang spesifik dan jelas tetapi tidak tertulis, memiliki penghasilan rata-rata 2 kali lipat besarnya dari mereka yang 84% tadi. Hal yang mengejutkan adalah, 3% lulusan MBA yang menyatakan telah memiliki goals (resolusi) yang spesifik, jelas, dan tertulis, memiliki penghasilan yang besarnya rata-rata 10 kali lipat dari 97% lulusan MBA lainnya. Perbedaan paling utamanya adalah, mereka yang masuk 3% ini telah memiliki goals yang jelas, spesifik, dan tertulis. Jadi, hasil penelitian ini mengingatkan kita betapa pentingnya goals dalam hidup. Dengan goals (resolusi) Anda dapat memaksimalkan kekuatan dahsyat yang bersemayam di dalam diri Anda untuk mewujudkan cita-cita tertinggi Anda.

Juga pasca perang dunia kedua, dimana pada perang tersebut, Jepang mengalami masa-masa keruntuhan sejak kota hiroshima dan nagasaki dijatuhi bom atom oleh sekutu yang dipimpin Amerika. Dua kota itu hancur luluh lantak rata dengan tanah yang membuat pasukan Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Akibat pengeboman itu Jepang mengalami kerugian dari segi harta benda dan nyawa. Lalu apakah kejadian tersebut membuat bangsa Jepang terpuruk dan putus asa? Ternyata tidak! Bangsa Jepang tetap memiliki tekad dan resolusi kuat untuk meraih sukses dan bangkit dari keruntuhannya. Pada awal tahun 1950, seluruh elemen masyarakat Jepang berkumpul mengadakan pertemuan bersama digedung pemerintahan untuk menentukan tekad bangsa kedepan. Hasil dari pertemuan tersebut membuahkan sebuah tekad bersama bahwa dalam satu dekade kedepan Jepang harus menjadi negara penghasil tekstil terbesar didunia. Kerja keraspun mulai dilakukan oleh seluruh elemen bangsa Jepang dalam rangka mewujudkan tekad tersebut. Hasilnya belum genap satu dekade bangsa Jepang Jepang telah menjadi penghasil tekstil terbesar didunia. Lalu apakah mereka puas dengan pencapaian tersebut? Jawabannya tidak!

Pada awal tahun 1960 kembali diadakan pertemuan seluruh elemen bangsa Jepang untuk merumuskan tujuan selanjutnya. Saat itu dihasilkan tujuan bersama yang lebih menantang lagi yaitu Jepang bertekad menjadi negara penghasil baja terbesar didunia. Yang membuat tujuan ini lebih menantang adalah Jepang tidak memiliki sumber daya alam penghasil besi. Lalu merekapun memutar otak agar tujuan tersebut tercapai, yang akhirnya mereka memutuskan untuk mengimpor biji besi dari negara-negara eropa timur yang selanjutnya mereka olah menjadi baja. Pada akhir dekade 60-an Jepang berhasil menjadi negara penghasil baja terbesar didunia.

Tidak puas hanya sampai disitu, bangsa Jepang kembali membuat tujuan selanjutnya bagi kemajuan ekonomi mereka yaitu dengan menjadi negara pembuat mobil nomer satu didunia. Dalam mewujudkan tujuan ini, Jepang melakukan berbagai cara dengan fokus dan tekun. Salah satu caranya adalah mereka mengirmkan pemuda-pemuda yang berpotensi untuk belajar lebih dalam tentang otomotif ke negara-negara Eropa dan Amerika. Uniknya tujuan ini bukan hanya untuk belajar tapi juga meniru teknologi kemudian memodifikasi yang menghasilkan inovasi dalam industri otomotif. Jepang memang agak telat dalam mewujudkan tekadnya menjadi pembuat mobil nomer satu didunia, karena pada awal dekade 80-an mereka baru bisa menjadi pembuat mobil nomer satu didunia yang berarti mereka hanya telat sekitar 1 tahun dari waktu yang ditargetkan sebelumnya.  Dan di tahun 1990-an Jepang menjadi produsen elektronik terbesar di dunia dan sekaligus menjadi negara industri terbesar di dunia.

Jadi apa sekarang resolusimu sahabat di tahun mendatang,  pertanyaan yang sama juga buat bangsa Indonesia, apa resolusimu bangsa Indonesia untuk menyongsong tahun – tahun mendatang. Kalau Indonesia begini – begini saja maka itu kerugian, kalau masa depanmu Indonesia lebih baik dari tahun – tahun sebelumnya maka itu keberuntungan, dan itulah kesuksesan. Dan naudzubillah bila masa depan Indonesia justru mengalami kemunduran dan kemerosotan, itu mungkin adzab dan juga peringatan.