Penumpang Stasiun Duren Kalibata : Dirut KAI Harus Ikut Merasakan Naik KRL
Stasiun KAI Komuter Duren Kalibata terlihat begitu padat dan riuh
sejak pukul 07.00 WIB, Kamis pagi (18/09), hal ini tidak lazim dan tidak
terlihat seperti biasanya sehingga menimbulkan pertanyaan besar,”Apa
yang sedang terjadi ?”
Disela – sela ratusan orang di bawah tribun tunggu stasiun, seorang penumpang, Rakhmat Saleh Siregar, yang kerap dipanggil Saleh, sempat memberikan komentar ketika diwawancarai oleh PPWI.
“Antrian ini sudah
terjadi selama beberapa hari ini setelah kejadian beberapa rangkaian KRL
(Kereta Api Listrik) yang melayani jalur Bogor – Jakarta Kota mengalami
gangguan mogok. Hal ini disebakan korsleting listrik yang mengakibatkan
terhentinya seluruh jadwal layanan keberangkatan KRL”, terang Saleh.
Terlebih dikabarkan di
stasiun Pasar Minggu seorang penumpang ibu hamil sempat pingsan karena
tidak tahan berhimpitan dan berdesakan disebabkan padatnya penumpang di
dalam gerbong, serta udara yang pengap akibat AC mati.
Kabarnya setelah itu
beberapa rangkaian KRL masuk bengkel untuk perbaikan guna mencegah
terulangnya kejadian minggu lalu. Akhirnya karena berkurangnya unit KRL
yang beroperasi saat ini, stasiun Komuter Duren Kalibata yang biasanya
agak sepi pada jam 08.30 WIB karena sebagian penumpang sudah terangkut
KRL, namun sudah satu minggu ini sampai di atas pukul 08.30 WIB pun
tribun tunggu masih dipenuhi ratusan penumpang yang sudah menunggu dari
pagi. Sebagian besar penumpang melempar umpatan dan sumpah serapah
terhadap pihak KAI.
“Seharusnya Dirut KAI
juga ikut naik dalam gerbong KRL biar tau bagaimana susahnya di dalam
gerbong itu, bukan hanya enak – enakan dalam mobil jabatan yang bagus.”
ungkap Saleh.
Saleh menceritakan
dengan penuh semangat bercampur kekesalan terhadap KAI tentang
pengalaman dan perjuangannya untuk mendapatkan tempat dalam gerbong KRL.
Sementara Kepala Stasiun
KAI Komuter Duren Kalibata ketika ditemui oleh PPWI terkesan menghindar
dengan alasan akan berangkat rapat di kantor pusat, namun ketika
disampaikan hanya akan wawancara singkat baru beliau berkenan.
“Saya Subur Kepala
Stasiun Sini! Apa kira –kira yang mau ditanyakan?” Beliau membuka
pembicaraan sambil menyalami team PPWI. Dalam wawancaranya beliau
menyampaikan beberapa hal, bahwa memang belakangan ini pihak KAI agak
kewalahan melayani jumlah penumpang yang semakin meningkat, di awal
tahun 2014 ini saja dari survey internal KAI mengalami peningkatan
mencapai 30 %. Bila dibandingkan pada 2009 dan 2013 lalu, penumbang
hanya berkisar 300 ribu, namun di tahun ini meningkat hingga 600 ribu
orang.
“Dari sudut pandang
kinerja, hal ini merupakan keberhasilan atau prestasi PT. KAI, namun
dari kacamata penumpang selalu saja ada kekurangan. Terkait dengan
adanya kereta api yang mogok dan AC gerbong yang bermasalah, itu
merupakan konsekwensi yang tidak bisa dihindarkan, karena PT KAI sebagai
bagian dari negara yang mengurusi hajat orang banyak dituntut untuk
memberikan harga tiket yang terjangkau oleh masyarakat lapisan bawah,
dan saat ini kami masih mampu bertahan dengan harga tiket termurah 2000
rupiah per-lima tujuan stasiun pertama”. Papar Subur
Subur berpendapat
masyarakat manapun tentu mampu membeli tiket dengan harga murah
tersebut, namun hasil keuntungan dengan platform tiket semurah itu
menyebabkan PT KAI hanya mampu membeli kereta api bekas dari luar negeri
dengan jumlah unit yang masih sangat terbatas.
“Dihadapkan dengan
jumlah penumpang yang jauh diatas kapasitas kemampuan angkut unit kereta
yang ada, ya inilah akibatnya”, terang Subur. Namun menurutnya, PT KAI
di awal bulan oktober ini telah mengagendakan untuk mendatangkan 180
unit kereta dan 4 rangkaian. Dan sebagai hasil evaluasi terakhir,
setelah kedatangan unit – unit baru tersebut PT KAI akan memperbaiki
seluruh AC unit yang lama untuk pemeliharaan dan pembaharuan.
“Untuk selanjutnya
diharapkan pada Nopember nanti PT KAI COMMUTER JABOTABEK sudah bisa
melayani penumpang dengan pelayanan lebih baik lagi”, tutup Subur.
Sumber : PewartaIndonesia