Jika Anda Tidak Sabar, Sebaiknya Jangan Melewati Perlintasan Kereta Api Duren Kalibata



Palang pintu perlintasan rel kereta api Duren Kalibata memang merupakan kawasan yang seriang penuh sesak kendaraan.  Mulai dari kendaraan pribadi, angkutan kota, mikrolet, metromini, kopaja, maupun bajaj sering berebut beradu cepat di palang pintu perlintasan rel kereta api saat baru dibuka. Kemacetan pun terjadi di dua lajur jalan, sejumlah angkutan kota (angkot) tidak langsung melanjutkan perjalanannya, tetapi berhenti atau ngetem di sekitar rel kereta api yang berada di depan Apartemen Kalibata City dan Plaza Kalibata tersebut.  Bahkan terkadang salah satu badan angkot bagian belakang yang berhenti masih mengenai rel kereta api. Tidak hanya angkot, bajaj dan taksi juga melakukan hal yang sama meskipun tidak sebanyak jumlah angkot yang ngetem. Akhirnya, suasana riuh pun tidak terelakkan, klakson kendaraan yang di belakang angkot terus berbunyi, namun sang sopir angkot kadang tampak tidak menghiraukan.

Setiap hari, intensitas kereta api (KA) yang melewati perlintasan pintu KA di dekat stasiun Duren Kalibata waktu pagi dan sore dipastikan padat. Baru beberapa menit palang pintu KA diangkat, tidak sampai 10 menit berikutnya, palang pintu sudah ditutup lagi. Lalu - lintas jalan raya yang sudah padat biasanya menjadi macet karena harus menunggu kereta lewat. Dalam kondisi seperti itu, kadang pengguna jalan raya yang tidak sabar. Waktu sekian detik sebelum kereta lewat, mereka tidak jarang menerobos lintasan. Sebuah tindakan yang tidak memperhitungkan risiko maut karena bisa disambar kereta.

Kemacetan sering tidak terelakkan di rel kereta api yang terletak di bawah flyover tersebut. Apalagi  kalau sore, saat tidak ada petugas kepolisian yang mengatur lalu lintas maka kondisi kemacetan demikian padat dan kacau.  "(Polisi) gak nentu, kadang ada kadang gak. Disini kereta cepet, 5 sampai 10 menit juga udah lewat lagi," ucap Solihin, salah seorang warga.  Selain itu, warga setempat juga tampak cuek dan tidak ada yang menegur angkutan kota yang kerap ngetem dan menghasilkan kemacetan. "Gak ada warga yang negur (ngetem), saling klakson - klansonan aja, yang di belakang klakson panjang, gitu," ucap Solihin. Padahal biasanya anggota Patko 4054 Polsek Pancoran sudah ada di lokasi saat sore hari dimana arus lalu lintas sedang padat - padatnya.

Di perlintasan rel kereta api Duren Kalibata memang tidak jarang terjadi kecekaan kereta api yang diakibatkan kemacetan. Pada beberapa tahun lalu, saat sebuah metromini S64 berpenumpang tertabrak kereta api yang melintas dan terseret hingga sepanjang sekitar 500 meter. Kecelakaan tersebut bermula saat kopaja hendak menerobos rel kereta, namun akibat kemacetan dan angkutan kota banyak yang ngetem, membuat kopaja tidak dapat bergerak dan tertahan di rel kereta hingga kemudian tertabrak dan terseret,  5 orang langsung tewas ditempat.

Pengurus Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Bidang Advokasi, Djoko Setijowarno, menyebut ada 79 kejadian kecelakaan di perlintasan sebidang kereta pada di wilayah Jakarta sepanjang Januari-November 2013. “Jadi setiap pekan rata-rata ada 1,5 kejadian," ucapnya.

Sementara itu, salah satu sopir angkutan umum yang ngetem di wilayah tersebut beralasan bahwa ia hanya sebentar ngetem di lajur itu sembari menunggu calon penumpang. "Cuma sebentar kok (ngetem), nunggu penumpang," ujar sopir yang tak mau menyebutkan namanya namanya tersebut. Ia tidak menampik bahwa ngetem di kawasan tersebut tersebut dapat menyebabkan bahaya kecelakaan kereta api.  Namun menurutnya yang lebih berbahaya adalah menerobos rel kereta meski suara sirene sudah menyala dan palang pintu berangsur turun. "Yang bahaya itu kalau nerobos, padahal sirine udah bunyi," ujarnya sembari melanjutkan trayeknya.

Padahal di lokasi ini sudah ada flyovernya, tetapi jalan bawahnya masih menjadi tempat favorit mangkal metromini, kopaja dan mikrolet. Mereka kadang berhenti seenaknya justru di dekat rel KA, mobil – mobil yang ada di belakang mikrolet pasti akan sangat terganggu. Andai saja, para sopir metromini, kopaja dan mikrolet bisa lebih  hati-hati dan sabar, mungkin beberapa kecelakaan bisa dihindarkan.

Berdasarkan ketentuan yang berlaku, seharusnya perlintasan sebidang ditutup setelah pembangunan flyover dan underpass selesai. Perlintasan sebidang yang masih digunakan padahal sudah ada flyover ataupun underpass sebenarnya merupakan sebuah pelanggaran dalam aturan UU lalu lintas. Kementerian Perhubungan memang pernah menyatakan akan membangun lima flyover di perlintasan sebidang kereta di Jabodetabek, lima lokasi tersebut memang diindikasikan sebagai titik-titik rawan terjadinya kecelakaan di perlintasan. Jumlah kendaraan yang melintas di kelima lokasi tersebut sudah di atas standar menurut data lalu lintas harian.

Sebenarnya pascakecelakaan commuter line rute Serpong - Tanah Abang dengan truk tangki PT Pertamina di perlintasan Bintaro Permai, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, PT Kereta Api mengaku akan intensif mensterilkan perlintasan kereta. Kepala Humas PT Kereta Api Daerah Operasional I, Sukendar Mulya, mengatakan bahwa sebenarnya sterilisasi perlintasan sudah dilakukan sejak lama. Hanya saja tidak semua berjalan efektif karena terkendala kurangnya personel dan kesadaran masyarakat. "Sebetulnya penertiban kami lakukan setiap hari, dari dulu selalu ada aktivitas penertiban. Tetapi kenyataannya yah seperti itu. Kemudian petugasnya juga terbatas," kata Sukendar. Dengan adanya kecelakaan di perlintasan Bintaro Permai itu, PT KA dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pernah berjanji akan lebih fokus pada perlintasan yang dipenuhi angkot yang mengetem. Namun PT KA kesulitan berkoordinasi dengan Pemprov DKI terkait penertiban PKL dan angkutan umum yang mengetem di sekitar area perlintasan kereta. Selama ini koordinasi hanya dilakukan dengan kepala stasiun setempat. PT KA berharap Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta dan Dinas Perhubungan DKI bisa membantu PT KA untuk menertibkan angkot yang mengetem di sekitar perlintasan kereta.
Menurut Direktur Keselamatan Perkeretaapian Kemenhub Hermanto Dwiatmoko, “Pemerintah pusat telah beberapa kali menyurati dinas perhubungan daerah. Namun entah kenapa hingga saat ini perlintasan tersebut masih belum ditutup.”

Dari Berbagai Sumber