Dishub Kurang Tegas, Metromini Masih Sering Mindahin Penumpang Sembarangan
Angkutan umum
merupakan salah satu alat transportasi yang banyak digunakan oleh masyarakat
Indonesia khususnya Jakarta untuk melakukan aktivitas sehari hari. Angkutan
umum di Jakarta terdiri dari banyak jenis seperti mikrolet, angkot, kopaja, metromini,
patas dan lainnya.
Jika anda penggemar metromini, tentu sudah
bosan melihat bus kota (metromini khususnya) yang suka sembarangan muter balik
dan memindahkan penumpangnya ke bus lain. Kalau memang supir bus mau muter
balik, kenapa dari awal mereka tetap menaikkan penumpang? Yang saya tidak
mengerti lagi adalah kenapa bus tersebut tidak menyelesaikan trayeknya sampai
tujuan? Apakah memang sebegitu sulitnya sampai di tujuan?
Begitu juga
untuk Metromini 604 dan 640, jurusan tanah abang – pasar minggu, mereka sering
mutar balik di kolong patung Pancoran. Ini tentu sangat merugikan penumpang! Dia akan balik arah, dan kita disuruh turun di satu tempat dan pindah ke
metromini lain yang biasanya udah penuh sesak. Memang sih kita tidak perlu
bayar lagi, tapi coba kita piker …. kita sudah dapat tempat duduk, udah enak
posisinya, terus kita harus pindah ke bus lain yang penuh sesak, panas, dan minim
oksigen, hanya karena si metromini mau muter.
Masalah utama
dari angkutan umum di Jakarta adalah tidak ada nya aturan yang jelas yang
mengatur tentang angkutan umum, selain itu kurang baiknya sarana dan prasarana
yang mendukung kenyamanan dari angkutan umum juga menjadi satu masalah dari angkutan
umum di Jakarta. Ketidak ada jelasan peraturan tentang angkutan umum ini lah
yang membuat sering sekali supir dari angkutan umum menjadi seenaknya, seperti
berhenti, menurunkan dan menaikan penumpang sembarangan, dah yang lebih parah
lagi adalah menurunkan penumpang di tengah perjalanan atau belum sampai ujung
trayeknya, bila jalan macet parah atau terjadi banjir.
Masalah
menurunkan penumpang ditengah perjalanan ini sudah sering dilakukan oleh para
supir angkutan umum, supir angkutan umum enggan mengantar penumpang hingga
tujuan akhir dan malah memutar di tengah perjalanan dengan alasan jalan banjir
atau tidak mau terjebak macet. Selain itu ada juga yang menurunkan seluruh
penumpang tanpa alasan yang jelas dan mengharuskaan pindah ke angkutan lainnya
sehingga menggangu kenyamanan penumpang.
Ini tentu pelanggaran,
menurunkan penumpang di tengah perjalanan dengan berbagai alasan, karena hal
tersebut merupakan sesuatu yang melanggar hak penumpang untuk sampai ke tujuan
dengan nyaman setelah penumpang naik kekendaraan umum tersebut, sementara penumpang
sudah membayar tapi tidak sampai ke tujuan yang seharusnya. Menurunkan
penumpang di tengah jalan dan juga berhenti sembarangan juga merupakan suatu
kasus pelanggaran yang harus ditindak tegas, karena dapat mengganggu banyak
pihak.
Seharusnya bila
angkutan umum tidak bisa atau tidak mau mengantar penumpang hingga ujung trayek
dari angkutan tersebut, lebih baik angkutan umum tersebut tidak usah beroperasi
dari pada harus membuat penumpang rugi dan kecewa.
Barangkali memang ini semua karena
sistem setoran yang berlaku. Apa memang tidak ada sistem lain yang bisa
diterapkan untuk angkutan umum di Jakarta? Kenapa tidak kembali menerapkan
sistem karcis? Supaya awak bus ada ketenangan ketika menjalankan tugasnya alias
tidak diuber-uber setoran.
Sumber :