Pancoran Barat Banjir, Semoga Solusinya Bukan Pecat Orang


Hujan deras yang mengguyur Jakarta termasuk juga daerah Pancoran pada jum’at sore(28/11), menimbulkan genangan air hingga banjir di daerah Pancoran, tepatnya di Pancoran Barat seberang Hero Gatot Subroto.  Sejumlah ruas jalan di daerah Pancoran Barat sekitar Masjid Al Inabah Pancoran tidak bisa dilewati kendaraan.

Laporan dari korwe dan korte di Pancoran Barat, pukul 16.00 WIB, banjir di Pancoran Barat bisa sampai sepinggang orang dewasa. Banjir tersebut  menggenangi gang – gang sempit.  Jalan Pancoran Barat merupakan jalan tikus yang menjadi jalur alternatif pengendara untuk menghindari kemacetan di Pancoran. Namun jum’at sore kemarin, jalan Pancoran Barat tidak bisa dilewati lantaran adanya banjir tersebut.

Wilayah Pancoran Barat RW03 memang tidak dilewati kali Ciliwung apalagi kali Mampang, tetapi saat hujan deras banjirnya tidak kalah dahsyat.  Banjir di Pancoran Barat, bukan kali ini saja terjadi tetapi terus berulang dan berulang. Banjir setinggi 50 - 100 cm yang menggenangi jalan itu membuat aktivitas warga sangat terganggu. Memang terlihat pendangkalan saluran  (gorong-gorong), gorong-gorong  penuh endapan tidak terawat. Drainase Pancoran Barat agak buruk. 

Gubernur DKI Jakarta akan mencopot jabatan camat atau lurah jika daerahnya kedapatan masih tergenang banjir. Sepertinya pecatisme tidak akan menjadi solusi jitu mengatasi banjir, sudah ganti beberapa gubernur juga tidak tidak selesai, apalagi ganti camat, lurah maupun RW sekalipun. Gubernur sudah diganti, Camat dan Lurah sudah pakai mekanisme lelang, tetapi ternyata …. tetap saja bajir belum bisa terselesaikan juga. Jangan hanya bisa menyalahkan anak buah tanpa ada bukti melakukan perbaikan. ”Yang terdekatlah yang bertanggung jawab”, ini adalah pernyataan yang menggampangkan urusan. Memutus sebab-akibat peristiwa itu terjadi, namun tidak mencari akar masalahnya. Jangan hanya mencari kambing hitam, siapa yang bisa disalahkan, kemudian berkesimpulan yang terdekat, yakni siapa yang harus dipecat. 

Kalau memang pemimpin yang bertanggungjawab, harusnya mundur bersama bukan memecat bawahannya. Semoga pecatisme di Jakarta ini bukan hanya bentuk pencitraan. Jangan mengubur masalah, tetapi masalah itu harus diurai untuk diselesaikan, dicarikan solusinya.  Bau masalah tetap akan tercium kembali, bahkan bisa langsung pada dirinya kelak di kemudian hari.