Hampir Seperlima Penerima Kartu Jakarta Pintar (KJP) Masih Salah Sasaran

Kartu Jakarta Pintar (KJP), salah satu tujuannya adalah untuk meringankan warga Jakarta yang tidak mampu dalam menyekolahkan anak-anaknya. Namun, dalam kenyataannya angka putus sekolah di Jakarta masih tetap saja tinggi. 

Kita akan semakin terperangah lagi saat mengetahui bahwa Indonesia Corruption Watch (ICW) menemukan hampir seperlima penerima KJP, tidak tepat sasaran. Jumlah penerima KJP yang meleset terjadi di jenjang SD/MI yakni 14,6 persen, SMP/MTs 3,4 persen, dan SMA/MA/SMK 1,4 persen.

ICW telah memantau terhadap penerima KJP selama periode 3 Februari - 17 Maret 2014. Hasilnya 19.4 persen atau sebanyak 78.570 siswa adalah pihak yang tidak berhak menerima bantuan pendidikan alias salah sasaran.  Adapun kriteria penerima KJP yang seharusnya adalah siswa dari keluarga tidak mampu, tidak merokok, tidak narkoba, menggunakan angkutan umum, daya beli pakaian seragam dan sepatu rendah, dan lain - lain. 

Jika dijumlah secara rupiah, maka dana KJP yang salah sasaran sebanyak Rp 492 miliar. Perkiraan jumlah tersebut berdasarkan pada besaran dana KJP yang dikeluarkan untuk tiap siswa pertahunnya. Untuk tingkat SD, dananya sebesar Rp 2,160 juta per tahun. Tingkat SMP sebesar Rp 2,520 juta per tahun. Sedangkan untuk tingkat SMA menerima dana Rp 2,880 juta per tahun. 

ICW juga menilai program Gubernur DKI soal Kartu Jakarta Pintar (KJP) rawan pungutan liar. Sejumlah pihak melakukan pemotongan Rp 50 ribu terhadap siswa penerima KJP. Hanya 81 persen di antara orang tua murid penerima KPJ yang membuat SPJ. Sisanya tidak membuat SPJ sama sekali. ICW juga menilai pola pendataan penerima KJP yang dilakukan Dinas Pendidikan Jakarta masih buruk. Peneliti ICW Siti Juliantari mengatakan dari sekitar 650 ribu penerima KJP yang tercatat, 32 persennya di antaranya tidak bisa dikonfirmasi keberadaannya.

Hal senada juga diungkapkan dari Pemantau dari Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK), Eni. "Ada wali murid yang hanya terima 500 ribu. Ada juga yang seharusnya menerima dana pada bulan Desember tapi belum terima juga hingga sekarang," ujar Eni.

Referensi :
Jakartaobserver
Merdeka.Com
 Merdeka.Com
 Merdeka.com
Portalkbr