Ekonomi Kemacetan Jakarta yang Membingungkan



Dinas Pelayanan Pajak (DPP) DKI Jakarta mencatat bahwa pembelian kendaraan baru di Jakarta sepanjang 2014 mengalami penurunan, sehingga penerimaan pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) pun tidak mencapai target. Kata beberapa orang, ini pertanda kemunduran perekonomian Jakarta,  sebab mereka meyakini bahwa makin banyaknya kendaraan bermotor itu pertanda makin majunya perekonomian.  Ternyata memang ada madzhab dari beberapa teman – teman  yang memang berpikiran demikian. Untuk mengukur kegiatan ekonomi, mereka menggunakan statistik yang disebut Coincident Economic Index. Indeks ini diukur dengan lima variabel: impor, penjualan mobil, konsumsi semen, suplai uang, dan penjualan eceran.

Kalau indeks ini menaik, artinya kegiatan perekonomian menaik. Kalau indeks ini turun tiga kali berturut-turut maka perekonomian perlu diwaspadai. Kalau turun terus dengan tajam, artinya perekonomian masuk ke resesi.  Jadi, salah satu implikasinya menurut indeks ini adalah makin banyaknya mobil yang terjual pertanda makin baiknya perekonomian. 

Terjadi kebingungan di benak beberapa orang yang lain. Kalau transportasi umum diperbaiki, sehingga sebagian besar orang menggunakan transportasi umum, perekonomian kita akan turun ?

Ironisnya, di tengah-tengah upaya untuk memperbaiki dan menata kualitas dan kuantitas layanan angkutan umum, regulasi mobil murah dan ramah lingkungan atau disebut dengan “Low Cost Green Car” (LCGC) bakal diteken oleh Pemerintah. Inilah permainan para perusahaan otomotif asing yang sedang galau menunggu regulasi LCGC dan juga yang sedang menurun penjualannya.

Referensi :
Tulisan Prof Aris Ananta PhD