Pembangunan Gedung Tinggi Jor-Joran, Air Tanah Jakarta pun Dipertanyakan
Hawa panas dan kemarau panjang yang melanda ibu
kota membuat sejumlah wilayah mulai mengalami kekurangan sumber
air tanah, beberapa sumur warga mengalami penyusutan ekstrem. Akibatnya beberapa warga mulai kesulitan mendapatkan air tanah, khususnya warga yang tinggal di sekitar gedung - gedung tinggi.
Kota Jakarta memang kini dikepung
gedung-gedung pemanjat langit. Keberadaan gedung-gedung tinggi itu nyaris tidak
menyisakan ruang terbuka hijau. Gedung tinggi kini mudah ditemukan di pelosok
Jakarta, bahkan di kawasan dengan fasilitas umum yang minim pun gedung tinggi
berdiri. Meskipun keberadaannya dibutuhkan, segudang masalah pun muncul akibat
pertumbuhan tak tertata. Berdasarkan data Dinas Pengawasan dan Penertiban
Bangunan (P2B), saat ini ada sekitar 800 bangunan berlantai sembilan ke atas di
Jakarta. Pertumbuhan gedung tinggi paling pesat justru terjadi di tahun 2013,
terutama gedung perkantoran dan apartemen.
Banyak pihak mengkritik Pemerintah DKI Jakarta yang demi menggeruk Pendapatan Asli Daerah,
berani mengorbankan masalah lingkungan. Lihat saja pembangunan superblok, dan
gedung-gedung tinggi, apartemen yang bertaburan bebas di Jakarta. Pemerintah
Provinsi mengijinkan bangunan-bangunan tinggi, padahal melanggar koefisien luas
bangunan yang diperbolehkan. Pembangunan gedung-gedung tinggi ini ikut
menggerus persediaan air tanah. Kebijakan ini akan mencelakakan banyak orang
Jakarta.
Penurunan permukaan tanah
menjadi salah satu dampak yang terjadi. Penyedotan air tanah untuk memenuhi
kebutuhan air bersih penghuni apartemen dan gedung lama-kelamaan bisa
menciptakan ruang kosong di bawah permukaan tanah. Keberadaan rongga tanah
ditambah beban berat dari gedung-gedung tinggi akan mempercepat penurunan
tanah. Penghitungan Litbang Kompas berdasarkan penghitungan kebutuhan air per
individu sesuai data Kementerian Pekerjaan Umum, satu orang membutuhkan 150
liter air bersih setiap hari. Jika satu apartemen dengan 2.200 kamar dihuni
oleh sedikitnya 4.400 orang, kebutuhan air setiap hari mencapai 660.000 liter.
Dalam setahun, kebutuhan air mencapai 240 juta liter. Itu baru kebutuhan satu
hunian vertikal. Kita ambil contoh Kompleks
Kalibata City yang terdiri dari rumah susun sederhana milik, rusunami plus, dan
apartemen. Total ada 18 menara di kompleks Kalibata City yang mulai beroperasi sekitar tahun
2011 itu. Setiap menara rata-rata terdiri atas 800 unit rumah susun atau
apartemen. Maka Jika setiap kamar Kalibata City diisi dua orang saja, kebutuhan
air setiap harinya adalah 4.320.000 liter.
Dahulu ada Surat Edaran(SE)
Gubernur No. 37/SE/2011 tentang Penggunaan Air Tanah sebagai cadangan, dalam SE
Gubernur tersebut dinyatakan bahwa pajak air tanah dalam adalah sebesar Rp.
21.000/meter kubik. Nah kalau sekarang ini belum jelas surat edaran gubernurnya,
sehingga untuk penegakan hukumnya pun seperti belum berjalan dengan baik.
Kepala Suku Dinas Pekerjaan
Umum Tata Air Jakarta Pusat Herning Wahyuningsih mengatakan, keberadaan gedung
tinggi membawa konsekuensi, antara lain penyedotan air tanah dan pembuangan air
limbah. ”Idealnya, air limbah dari gedung bertingkat diolah dan digunakan
kembali sehingga mengurangi penyedotan air tanah dan pembuangan air ke selokan,”
ujarnya.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia (WALHI), Halik Sandera pernah menyatakan
bahwa kebutuhan air bagian
dalam semakin tersedot jika ada pembangunan yang dilakukan secara besar-besaran.
"Cadangan air tersebut sebenarnya diperuntukkan sebagai back up (cadangan) air tanah dangkal yang sering
dikonsumsi warga," katanya. Ia
menjelaskan air tanah yang diambil dalam skala besar dan dalam waktu lama
menyebabkan permukaan tanah perlahan turun.
Krisis air tanah di Jakarta saat
ini sudah memasuki tahap berbahaya. Ketua Harian Komite Evaluasi Lingkungan
Kota Darrundono mengatakan eksploitasi air tanah berlebihan menyebabkan
permukaan tanah turun. Menurut dia, suplai air tanah tak bertambah, sedangkan
penggunaan semakin besar.
Oleh karenanya, kami mengharapkan masyarakat
terlibat aktif dalam upaya penyelamatan lingkungan Jakarta ini. Salah satunya
dengan ikut mengontrol dan mengawasi dampak lingkungan dari proyek - proyek gedung tinggi di tempat sekitar kita.
Dari berbagai sumber