Best Practice Penjaringan BPH DPC, Bravo PUI PKS !
“Eksperimentasi” Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam menjaring calon Badan Pengurus Harian (BPH) DPC melalui Pemilihan Umum Internal (PUI), patut dipantau dan diapresiasi. PUI lebih riil dan merupakan sebuah praktik demokrasi yang lebih representative. Mereka yang memilih adalah para kader PKS yang memiliki kartu anggota, bukan sekadar pendukung atau simpatisan. Para pemilih PUI juga bebas dan rahasia menentukan pilihan mereka.
PUI PKS adalah salah satu ciri sebuah partai modern. Menurut pengamat politik LIPI Lili Romli, ciri partai yang modern antaralain, adanya pengorganisasian yang modern, penempatan kader berdasarkan merit system dan bukan karena kedekatan, serta egaliter. PKS telah memberikan sebuah terobosan kreatif dan praktik terbaik (best practice) dalam penjaringan pengurus partai tingkat kecamatan yang demokratis, tidak elitis, dan tidak buang-buang duit. Bravo PUI PKS !”
Melalui PUI, PKS ingin mengatakan pada publik bahwa meskipun cobaan dan tanatangan terus datang, tetapi didalam harus tetap solid dan antar kader terus bahu membahu dan tidak saling menyerang. Inilah budaya politik PKS yang mengutamakan kepentingan organisasi ketimbang figur, memikirkan jangka panjang ketimbang jangka pendek. Di partai abi dan umi ini juga tidak ada kendala-kendala seperti hubungan keluarga, darah biru, dan ugo rampe ribet yang lain. PUI adalah pelajaran demokrasi sangat mahal bagi negeri ini. Inilah demokrasi sesungguhnya, dimana aspirasi dari bawah mengalir ke atas (bottom up) dengan saluran yang transparan, jujur dan bisa dipercaya bernama PUI. Sekali lagi, PUI yang dilakukan oleh PKS adalah tradisi demokrasi yang sangat kondusif dalam menentukan pengurusnya.
Uniknya dalam PUI ini, tidak ada kandidat yang mendaftarkan dirinya untuk menjadi calon, 10-an kandidat yang ada adalah usungan dari kader PKS. Kandidat juga tidak boleh mengkampanyekan diri. PUI PKS bukan kompetisi antar elite PKS di tingkat kecamatan, hasil dari PUI nanti adalah murni suara kader.