Nasib [Wacana] Deep Tunnel Jakarta Sampai Sekarang Masih Ngambang ?
Wacana pembangunan terowongan multifungsi (deep tunnel) di
Ibu Kota sampai sekarang belum jelas dan bak ditelan bumi. Gembar – gembornya megaproyek
ini bisa untuk menekan kemacetan dan menanggulangi banjir di Jakarta. Sesumbarnya
deep tunel ini dinilai akan lebih efektif dalam mengatasi banjir ketimbang
normalisasi waduk, dengan alasan pemanfaatan ruang bawah tanah yang tidak
memerlukan pembebasan lahan. Diperkirakan biaya proyek deep tunnel paling
sedikit akan menghabiskan Rp26,5 triliun, angka tersebut belum termasuk biaya
operasional dan pemeliharaan.
Dalam teorinya, proyek deep tunnel ini nanti dibangun dengan
mesin bor modern berdiameter mencapai 16 meter dengan kedalaman 40-60 meter
dari permukaan tanah. Terowongan multifungsi akan melintasi Jalan MT Haryono,
Jakarta Timur, hingga Pluit, Jakarta Utara, dengan panjang 19 km. Deep tunnel
nantinya juga akan dibagi ke dalam tiga bagian yaitu pada saat kering bagian
bawah digunakan untuk saluran air, bagian tengah digunakan untuk kendaraan yang
menuju timur, dan bagian atas digunakan untuk kendaraan yang menuju barat. Jika
hujan deras otomatis semua jalur digunakan untuk aliran air. Infonya pemprov
juga sudah berkonsultasi dan mempelajari pembangunan deep tunnel ke sejumlah
negara yang telah berpengalaman. Namun sampai sekarang kabar wah dari deep
tunnel seperti menguap begitu saja. Kabarnya juga, sudah ada sejumlah calon
investor yang datang, baik asing maupun investor lokal.
Namun beberapa pengamat perkotaan seperti Nirwono mengatakan
sudah mengingatkan bahwa deep tunnel tidak akan bisa dibangun jika Pemprov DKI
Jakarta belum bisa menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah, salah satunya
membuat masterplan tata ruang bawah tanah yang sampai sekarang juga belum
selesai juga. Penggagas Deep tunnel Firdaus Ali membenarkan hal yang serupa.
Memang untuk menyelesaikan konflik lahan bukanlah perkara yang mudah. Kata dia
pembangunan bawah tanah bisa 3 kali lebih mahal daripada pembangunan proyek di
permukaan tanah. Untuk itu, pembangunan deep tunnel dimultifungsikan. Tujuannya
supaya tidak ada kesia-siaan dalam investasi yang ditanamkan.
Elite pemprov sendiri yang awal mengeluarkan wacananya, “Terobosannya itu Deep Tunnel, tidak ada yang lain.“ Pemprov tetap ngotot, Pemprov berdalih bahwa proyek bisa berjalan tanpa menggunakan APBN ataupun APBD sedikitpun dalam pengerjaannya, melainkan dana dari investor atau pihak swasta. Namun setelah sekian lama, pada akhirnya elite pemrov mulai mengakui kesulitannya, elite Pemprov mengatakan, “Megaproyek tersebut tidak semudah makan tempe goreng langsung masuk mulut". Dan akhirnya banyak pihak kini tahu bahwa deep tunnel merupakan konsep lama yang belum jelas, namun coba direpublish lagi oleh para elite, yang mungkin salah satu tujuannya hanya untuk mengalihkan perhatian sesaat saja. Pakar tata ruang kota, Nirwanto Joga mengatakan pemerintah tidak pernah merencanakan secara matang gagasan-gagasan yang sudah dilontarkan sejak lama. Akhirnya kita sepakat, deep tunnel ternyata lebih besar biayanya dari pada manfaatnya.
Elite pemprov sendiri yang awal mengeluarkan wacananya, “Terobosannya itu Deep Tunnel, tidak ada yang lain.“ Pemprov tetap ngotot, Pemprov berdalih bahwa proyek bisa berjalan tanpa menggunakan APBN ataupun APBD sedikitpun dalam pengerjaannya, melainkan dana dari investor atau pihak swasta. Namun setelah sekian lama, pada akhirnya elite pemrov mulai mengakui kesulitannya, elite Pemprov mengatakan, “Megaproyek tersebut tidak semudah makan tempe goreng langsung masuk mulut". Dan akhirnya banyak pihak kini tahu bahwa deep tunnel merupakan konsep lama yang belum jelas, namun coba direpublish lagi oleh para elite, yang mungkin salah satu tujuannya hanya untuk mengalihkan perhatian sesaat saja. Pakar tata ruang kota, Nirwanto Joga mengatakan pemerintah tidak pernah merencanakan secara matang gagasan-gagasan yang sudah dilontarkan sejak lama. Akhirnya kita sepakat, deep tunnel ternyata lebih besar biayanya dari pada manfaatnya.
Dari berbagai sumber