Sehari Bersama Anak-Anak Korban Banjir Rawajati
Hap
hap hap. Agenda kemarin Ahad (2/2) adalah full booked untuk anak-anak.
Pertama, trauma healing Smily-Madani di Rawajati dan kedua agenda rutin
adik-adik Madcom (Madani Community). Untuk agenda di RT 01 RW 03Rawajati
panitia Trauma Healing Smily-Madani bekerja sama dengan organisasi
pemuda di Rawajati. Sebelumnya, persiapan dilakukan dengan sangat baik
untukacara trauma healing ini. Teman-teman Smily dan Madani membungkus
dua bingkisan yang masing-masing terdiri dari paket alat tulis dan
makanan ringan. Teman-teman juga menyiapkan dongeng dan konsep serta
perlengkapan guna permainan di hari Hnya.
Kami sampai
di lokasi sekitar pukul 08.30 WIB. Hujan turun gemerintik waktu itu.
Lapak di lapangan yang semula ingin digunakan sebagai tempat acara
basah. Walhasil kami menggunakan lapak di sisi kiri lapangan yang memang
telah berdiri tenda di sana. Meski lebih sempit, kami fix akan
menggelar acara di sana. Dibantu oleh kakak-kakak pemuda, lapak tempat
acara telah bersih dan siap digunakan. Sebelumnya, teman-teman
membongkar bungkusan hadiah yang akan kami bagikan ke adik-adik karena
alhamdulillah kami mendapatkan tambahan makanan ringan dari donatur yang
juga membantu menghubungkan kami dengan warga Rawajati. Nama beliau
Mbak Nora.
Kami
menyiapkan paket sejumlah 60 anak. Pagi itu anak-anak sudah mulai
bermunculan satu demi satu. Sementara teman-teman saya yang hebat
menyiapkan bingkisan dan alat permainan, saya tepe-tepe ke adik-adik
yang datang. Saya berkenalan satu demi satu sembari menarik mereka dan
yang lain untuk datang. Ada yang namanya Habibi, adik aktif yang
badannya segar berisi. Ada Avina, si kecil yang suka meminta perhatian
lebih. Ada Hena, adik perempuan berambut keriting yang jago
bersosialisasi. Ada si kembar Reza dan satunya lupa yang lucu bin imut
mata dan rambutnya. Ada Fajar, adik berambut cepak yang jago
matematikanya. Oiya, saat saya mengobrol dengan mereka-mereka tentang
mata pelajaran kesukaan mereka serempak menjawab, “Matematikaaa..”
Aduhai,
masya Allah. Tak adakah yang bahasa Inggris? Sedih rasanya, haha. Saya
serasa tertampar sedemikian rupa lantaran mereka sangat antusias dengan
mata pelajaran yang sekarang saya hindari, hehe. Alhamdulillah berarti
para bapak dan ibu guru matematika telah berhasil membuat mereka cinta
akan pelajaran ini. Nah, saya tak lupa juga menanyakan cita-cita.
Tentang ini tak pernah lupa saya korek dari yang namanya anak-anak.
Sangat menyenangkan mendengar mereka bertutur dengan riang akan apa yang
mereka impikan. Karena darisini kita bisa menangkap aura harapan yang
jujur dari anak.
Well. Jam 10 lewat 20an menit acara
dimulai. Saya kebagian membuka sedikit acara. Lepas itu kendali acara
ada pada Teh Ilma. Dengan baju dan jilbab merahnya Teh Ilma begitu
semangat memandu adik-adik. Mulai dari Tepuk Semangat, Tepuk Salut,
Sapaan Apa Kabar, dan banyak yang lain ia ajarkan pada anak-anak dengan
riang. Anak-anak mulanya sekitar 30an jumlahnya lalu bertambah sedikit
demi sedikit seiring jalannya acara. Saya memprediksijumlahnya mencapai
40an. Teh Ilma membuat saya merasa beliau kami apresiasi Tepuk Salut
atas perjuangannya memandu adik-adik. Salut salut salut.. salut..
Nah,
sesi setelah panduan awal adalah dongeng. Pada kesempatan ini anak-anak
dibagi menjadi 4 kelompok. Bagian ini tim mendongenglah yang beraksi.
Ada Ty Dina, Ty Lia, Dek Nenny,, dan Dek Nuzul. Saya menyaksikan sejak
awal kelompok Dek Nuzul yang memang TOP. Dia membawa alat peraga berupa
boneka tikus yang merupakan tokoh utama dalam dongeng, Ciko namanya.
Cerita mengalir seru dan Dek Nuzul berhasil membawa anak-anak untuk
mendengar secara aktif hingga akhir cerita. Dan sesi dongeng selesai.
Kembali
lagi ke sesi kelompok besar bersama Teh Ilma, gadisSunda (asei Garut)
yang medhok Sundanya tak hilang hilang sejak awal diakuliah, hehe. Nah,
sesi selanjutnya permainan lagi dan tiba di sesi balon dimana kami
kebingungan menyiasati permainan. Mestinya permainan membutuhkanruang
gerak yang luas namun mustahil dilakukan di tempat kami itu. Lantas
timmengidekan sebuah alternatif yang tetap menggunakan balon meski jauh
darirencana semula.
Waaahhh. Anak-anak sudah mulai
lelah di pukul 12an. Jangan tanya bagaimana kakak-kakak pendampingnya.
Mereka jua tak kalah lelah. Mendekati akhir acara, anak-anak berkumpul
duduk untuk melepas dahaga. Minum. Dan setelah itu berangsur acara
ditutup dengan doa dan pembagian bingkisan. Lelahnya acara tak seberapa
dibanding senangnya kami melihat mereka bisa tertawa dan aktif bergerak.
Ya, begitulah semestinya anak-anak, bersosialisasi, bermain dan belajar
dengan maksimal untuk menikmati masa anaknya.
Acara
selesai. Kejadian lucu banyak terjadi juga evaluasi atas kerja cerdas
dan keras tim. Kejadian lucunya salah satunya Teh Jana yang di
penghujung acara menawarkan begini, “Siapa yang mau baloonnn??” ke
anak-anak dan mendadak ia diserbu anak-anak yang berebutan
menginginkannya. Barisan anak-anak buyar tanpa komando. Haha. Namun
akhirnya balon kami tarik lantaran jumlahnya tak mencukupi seluruh anak
yang ada. Kami menyadari benar mendidik anak tidaklah mudah. Bukan hanya
usaha fisik yang dibutuhkan. Kesadaran seperti tidak berkata kasar pada
mereka, menyampaikan ketauhidan dengan lurus, tidak mengiming-imingi
dengan barta benda berlebihan, dll mesti menjadi evaluasi buat kami.
Alhamdulillah,
terima kasih tak terhingga juga buat Ty Nufus, Teh Eva, Teh Jana, dua
ikhwan adik kelas Teh Eva, dan tak lupa Derry yang berjerih dan berpayah
luar biasa kemarin. Allahlah sesatunya yang mampu membalas kebaikan
teman-teman. Tak lupa juga Ty Ayyash yang turut
membantumembungkus-bungkus bingkisan dan menjeprat-jepret sesi
persiapan, juga temandan kakak yang telah berkenan meminjami motor untuk
mobilitas kami. Motor DekVina, Ty Feby, Kak Anas, juga kak Agus. Juga
kepada semua teman yang meski takdatang namun menyupport lewat doa dll.
Nah,
agenda di sorenya yakni belajar di Madcom. Kami di pertemuan ketiga ini
memastikan adik-adik yang hendak belajar telah solat asar.Jika pun
belum maka kami meminta mereka solat. Entah di musola atau di tempat
belajar. Penekanan untuk solat memang mesti kita kuatkan karena dari
sinilah habit akan tercipta. Kami juga mengajak mereka memahami bahwa
solat ataupun tidak Allah Mahatau. Kami ingin membangun kejujuran mereka
meski ini tentu tak mudah.
Sesi Madcom kali kemarin
luar biasa. Saya mendapat giliranmenjadi tutor kelas besar. Wuih,
saudara-saudara. Lain anak di Madcom lain di Rawajati. Jika di Rawajati
saya katakan sangat mudah melancarkan agenda demi agenda yang menjadi
plan namun di sini tantangannya brooo. Adik-adik di Madcom aktif luar
biasa. Hari itu kami belajar tentang Sejarah Islam. Saya dan Derry
mendapat amanah untuk menjadi Big Tutor hari itu. Bersama dengan Kak
Farikhin, Ty Dina, dan Dek Vina juga kami memandu adik-adik.
Kami
menonton bersama adik-adik film pendek berjudul Adakah Kau Lupa. Buat
saya film ini sangat menginspirasi. Lagunya heroik namun mungkin terlalu
cepat buat adik-adik. Nah, lepas menonton film, adik-adik duduk dalam
5kelompok. Mereka mengerjakan soal sekitar 3 pertanyaan terkait film dan
cerita.Nah, setelah menonton film kami menguraikan isi film sekaligus
representasi lagu. Nah, di sinilah tantangan tutor. Kepahaman tentang
isi dan kemahiran untuk merelatekan kisah dengan kehidupan anak masa
kini yang mesti dikuasai. Suara saya sudah hampir habis di awal walhasil
saat sesi penjelasan diambil alih oleh Derry dan selanjutnya dikuatkan
oleh Kak Farikh. Kak Farikh memang jago sekali pedagoginya, hehe. Dia
dengan kuat dan mantap mampu mengajak anak-anak berpikir, berinteraksi,
dan membayangkan apa-apa yang ada relasinya dengan materi dan kisah.
Alhamdulillah
acara di Madcom selesai senja. Menjelang petang acara kami tutup. Hari
itu pembagian lembar mutabaah dan buku jurnal curhat. Lelah?Pasti. Tapi
kata-kata Kak Farikh sangat lekat di hati saya. “Mungkin sekarang kita
berlelah-lelah. Kalian capek, aku juga capek. Tapi kita akan lihat nanti
ke depan mereka akan menjadi generasi yang berguna buat bangsa.”
Aminn..
Penulis : Sofistika Carevy Ediwindra