Saat Ini, Pemilih Perempuan PKS yang Paling Solid
Pemilu 2009, angka partisipasi dari
kaum perempuan masih rendah, padahal angka pemilih perempuan itu tinggi, tapi nyatanya
justru tingkat kehadirannya rendah. Salah
satunya mungkin karena masalah trust, kepercayaan. Para perempuan itu melihat
banyaknya janji – janji calon – calon pejabat, atau calon penguasa saat itu
yang banyak tidak terwujud, istilahnya adalah mereka seperti mendorong mobil
mogok yang kalau sudah hidup kemudian mereka di tinggal. Kepercayaan para calon
– calon penguasa itu sangat rendah.
Lima tahun pemerintahan yang
sekarang berkuasa hanya menyisakan kekecewaan publik atas kinerjanya. Hasil itu
dilansir dari beberapa survey, diantaranya adalah Pol Tracking Institute Hanta
Yuda. Sebanyak 48,81 persen yang tidak puas adalah dari responden jenis kelamin
perempuan. Basis - basis dukungan calon penguasa dari kalangan perempuan saat
itu, kini banyak yang mengalami penurunan.
Pada pemilu 2009, tingkat kepercayaan perempuan pada penguasa sekarang adalah di atas 60 persen. Sekarang menurun menjadi 48,81 persen, itu artinya dengan kebijakan yang tidak memiliki arah, responden perempuan kecewa dengan pemerintahannya.
“Dalam
pemilihan legislatif, pemilih perempuan kini lebih cenderung memilih calon
perempuan juga,” ujar peneliti Lingkaran Survei Indonesia Adji Al-Farabi. Sebanyak
30 persen calon yang diusung dalam pemilukada/ pilkada propinsi, kabupaten, dan
kota dimenangkan oleh perempuan, yang faktanya ternyata mereka mayoritas
dipilih dan didukung pemilih perempuan. Sebanyak 70 persen publik mempercayai
perempuan diyakini lebih mampu menahan nafsu serakahnya untuk tidak melakukan
korupsi. Jadi kalau ada anggapan pemilih perempuan lebih cenderung memilih
calon legislative ataupun capres yang bertampang ganteng adalah tidak benar.
Kurang lebih setengah penduduk Indonesia saat ini adalah
perempuan, sehingga perempuan merupakan konsumen
politik potensial yang tidak bisa diabaikan. Pemilih perempuan memang menarik untuk
dibidik. Pemberlakuan sistem afirmatif menjadikan parpol minimal memiliki 30
persen caleg perempuan. Caleg ini penting didorong fokus menggarap segmen
perempuan karena kedekatan emosionalnya.
Pengamat Ikrar Nusa Bakti mengungkapkan bahwa, “Kaum wanita dalam menentukan pilihan masih menggunakan perasaan dibanding logikanya. Kondisi tersebut berdampak pada mudah dipengaruhi oleh pencitraan yang baik dari kandidat politik.” Oleh karena itu, para perempuan harus mempunyai visi baru dalam menentukan pilihan. Putusan tersebut tidak lagi didasarkan pada fisik tapi bagaimana orang itu jujur, berani mengambil resiko dan tidak mementingkan diri dan keluarganya.
Pusat Data Bersatu (PDB) menyatakan
bahwa seorang capres atau elit partai tidak disukai oleh pemilih perempuan, kemungkinkan
penyebabnya adalah karena pribadinya yang tempramen dan kehidupan rumah
tangganya yang tidak harmonis. Jika demikian, pemilih perempuan Indonesia sedikitnya
akan mengulik info - info mengenai keharmonisan keluarga masing – masing capres ataupun elit partai.
Satu
fenomena lagi yang ditemukan bahwa, pemilih perempuan ketika sudah menemukan
satu pilihan calegnya atau partainya yang cocok maka jarang pindah ke caleg lain, mereka yakin dengan pilihannya sendiri. Sedikit berbeda dengan tipikal pemilih laki – laki,
yang sering berubah-ubah karena berbagai hal terkait materi dan sebagainya. Selain
itu perempuan punya senjata jitu, dan suka ngancem. Jadi kalau saat Pilpres, Pileg,
kaum ini perempuan ngambek maka mungkin tidak akan ada pria yang terpilih.
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai politik
peserta pemilu 2014 yang memiliki pemilih wanita paling solid dan militan. Kesolidan
dan kemilitanan pemilih wanita PKS adalah karena partai tersebut merupakan
partai ideologi dan juga faktor kedekatan emosional dengan caleg-calegnya. Profil caleg –
caleg perempuan PKS, rata – ratanya adalah tokoh
– tokoh lama di lingkungannya masing – masing, dan ini adalah point tersendiri yang
jarang dimiliki partai lain. Mereka, para perempuan itu sudah terbiasa memilih
PKS dari jaman PK dulu. Sehingga walaupun diterpa badai dan prahara tahun 2013
kemarin, termasuk juga isu poligami, ternyata partai ini tetap seksi di kalangan
para pemilih wanita. Gempanya hanya sesaat, hal ini terbukti dengan berhasil
memenangkan dua pilkada sekaligus di saat fitnah dahsyat menghantam partainya. PKS
tetap berjalan dan bisa mempertahankan basisnya, termasuk di dalamnya para
pemilih perempuan yang fanatik, solid dan militan.
PKS dinilai masih memiliki posisi tawar yang bagus. PKS
memiliki kader yang militan, kadernya mudah digerakkan, punya anggota
yang jelas dan juga solid. Itu termasuk di dalamnya
adalah para pemilih – pemilih setianya yang didominasi kaum perempuan. Pemilih
perempuan PKS jarang terpengaruh dengan manipulasi pencitraan, sehingga
mereka mengetahui betul kandidat mana
yang mempunyai integritas baik.
Keterwakilan perempuan di legislatif semakin meningkat,
tahun 1999 jumlah politisi perempuan di Senayan hanya sekitar 8,6 persen. Jumlah ini meningkat pada 2004 menjadi 11,6
persen dan pemilu 2009 naik lagi sebesar 18,03 persen. Keterwakilan PKS
di legislatif pun kian meningkat. Perempuan dibutuhkan dalam setiap
pengambilan keputusan, seluruh kebijakan negara hamper semuanya berurusan
dengan perempuan.