PKS Cerdas Usung Target 3 Besar
PKS adalah partai
yang menarik untuk di kupas dan di bahas, termasuk banyak pengamat yang sukses
dan terkenal gara – gara mengamati PKS. PKS sering berada pada kutub antimainstream (tidak
ikut arus), sehingga layak diperbincangkan oleh pengamat maupun media. Sementara partai-partai lain mengandalkan cara
cara yang mainstream ( pasaran ) dalam menjaring dukungan dengan kepopuleran
tokoh, lambang-lambang atau basis masa tradisional, PKS justru memilih cara
menjaring pendukungnya dengan pengkaderan.
Ada seorang pengamat
mengatakan bahwa PKS sangat tidak cerdas dalam membuat target 3 besar, ia
mengatakan PKS tidak menghitung beban berat yang dipikul saat – saat ini. Sebenarnya kalau kita jeli mengikuti sepak
terjang PKS, maka akan kita lihat mereka itu cerdas dalam bermain politik,
bagai dalam permainan catur kali ini PKS sangat menguasai lapangan permainan. Ditengah-tengah gencarnya gempuran berita sensasi
tentang elitnya, PKS justru bermain cantik dengan terus meraba-raba peta
politik di seantero jawa, banyak pesantren di sambangi oleh presiden partainya.
Trik-trik jitu dengan pendekatan berlatar belakang silahturahmi terus dilakukan.
Tujuan utamanya adalah
menaikkan kembali elektabilitas yang anjlok lantaran diserang habis-habisan
oleh berbagai media, Anis Matta selaku pimpinan tertinggi pun memotivasi
kesolidan kader di seluruh propinsi yang ada. Sloganpun berganti dari “PKS
Bersih Peduli dan Professional” menjadi “PKS Cinta Kerja dan Harmoni”.
Saat pemerintah
sebagai bagian dari koalisinya semangat untuk menaikkan BBM, PKS tetap bertekad
menolak kenaikan BBM. Spanduk-spanduk PKS menolak kenaikan harga BBM
pun bertebaran di berbagai kota bagai slogan yang membawa angin segar
bagi masyarakat awam bahwa sisi positif
dari PKS yang tetap membela rakyat kecil walau menteri taruhannya.
Kepiawaian PKS dalam
bermain politik sangat cerdas, karena
dengan di singkirkannya dari SetGab partai koalisi maka PKS mendapat dukungan
moril dari masyarakat luas serta dapat menarik kembali simpatisan yang telah
tercerai berai itu.
Seorang pengamat juga mengatakan bahwa sangat
berat bagi PKS untuk masuk dalam empat besar di Pemilu Legislatif tahun 2014
mendatang. Alasannya berbagai kasus hukum telah melanda seorang petinggi PKS. Menurutnya,
kasus hukum yang menimpa elit partai memang jadi beban berat bagi partai untuk
berkembang.
Saat ini, partai mana yang elitnya maupun
alegnya tidak terkena kasus hukum periode 2009 sampai sekarang, jawabnya pasti
semua partai kecuali partai – partai baru. Dan kalau kita lihat rilisnya ICW
maka tentu akan lebih wow lagi, partai – partai besar itu ternyata tingkat
korupsinya juga besar. Dari data
ICW dan FITRA diketahui bahwa urutan partai politik 3 besar yang terkorup
adalah Golkar (36,36%), kedua PDIP (18,18%), Partai Demokrat (11,36%). Mari
kita berpikir obyektif dan fair dari data tersebut.
Saat prahara itu datang kepada PKS, maka kompetitor
pun meneriakan ramai – ramai tijih tibeh, mati siji mati kabeh ( mati satu mati
semua) menyamaratakan PKS dengan kasus – kasus besar yang sedang menimpa partai
– partai lainnya, menmaistreamkan PKS. Meskipun kasus itu justru membuat rakyat
Indonesia sadar mana yang memaksakan tuduhan dan mana yang benar-benar bersih. PKS
adalah seperti tumbuhan yang senantiasa tumbuh dan belajar. Dia tahu tagline
lamanya membuat saingannya gerah, dia tahu peristiwa yang menimpa dirinya
ditunjukkan untuk merusak tagline partainya. Bukan masalah yang jadi masalah
tapi bangkit dari masalah adalah lebih penting. Maka PKS pun menggunakan
strategi mengubah taglinenya menjadi Cinta, Kerja dan Harmoni. Dan berdasarkan
survey – survey terakhir, dari kumpulan yang terbuang kini PKS berhasil lagi beredar
berada pada orbitnya yaitu lima besar, masih ada waktu untuk menggeser orbit
lima besar itu ke tiga besar. Harapan itu tentu masih ada.