TUDUHAN MAHAR 30 MILIAR YANG TIDAK BENAR
Seorang politikus yang tidak jelas siapa orangnya mengakui mengetahui negosiasi antara PKS dan Foke,, yang kemudian politikus ini dijadikan rujukan berjamaah oleh para awak media. Politikus misterius ini kemudian mengeluarkan tuduhan bahwa, "Mereka PKS minta Rp 30 miliar".
Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaq menyangkal partainya mengajukan permintaan uang kepada kubu Foke(Fauzi Bowo – incumbent). "Tak ada mahar, kok seperti pengantin saja. Ini kan pemilihan gubernur," katanya. Menurut beliau, yang ada adalah negosiasi yang membahas program kerja membangun Jakarta jika pasangan ini memenangi pemilihan. Selain itu, tentu juga dibicarakan bagaimana strategi membangun dan menyejahterakan rakyat. "Jika berkoalisi, kami akan pastikan program kerja yang diusung mengutamakan kepentingan rakyat dan berorientasi kepada kepentingan rakyat," kata Luthfi. ''Kami tidak mau cek kosong, harus ada kontrak dan komitmen jelas (untuk rakyat) yang tertulis bagi calon gubernur dari PKS,'' katanya.
PKS mengaku lebih mementingkan figur dan kontrak politik yang dibuat. Setelah PKS setuju atau memiliki visi dan misi yang sama, baru kemudian PKS dukung dengan menentukan langkahnya. Jadi kontrak politik yang harus diutamakan, bukan masalah uang mahar. Konsep dan strategi PKS seperti ini berlaku di semua provinsi, kabupaten, dan kota di seluruh Indonesia. Berbeda dengan partai lainnya yang lebih mengutamakan mahar pasangan calon untuk didukung.
Oleh karenanya apabila ada calon yang dananya terbatas, maka dana kas partai dan sukarelawan PKS juga akan dipakai atau keluar. Dana pemenangan yang dikeluarkan pasangan calon yang diusung PKS akan dikembalikan dalam bentuk kegiatan atau program kampanye.
Jadi sekali lagi di PKS tidak ada peratutan yang harus membayar uang mahar. Tidak ada yang namanya uang mahar. Pokoknya jika figur tersebut memenuhi kriteria PKS, maka akan diusung dan tidak harus bayar mahar seperti yang ada di partai lain.
Jadi Benarkah Mahar PKS ke Foke Capai Ratusan Miliar? Jawaban yang pasti adalah tidak benar dan itu hanya fitnah yang memang kerap dihembuskan ketika persaingan pilkada sudah dimulai dan biasanya akan hilang dengan sendirinya saat proses pilkada sudah selesai. Mari bersaing secara sehat (fair) bukan dengan menebar tuduhan kepada pihak lain tetapi koreksilah diri sendiri dahulu.