TESTIMONI HIDAYAT NUR WAHID
Namanya Hidayat Nur Wahid tapi biasa dipanggil Hidayat, dia adalah orang kampung dari Dusun Kadipaten Lor, Desa Kebon Dalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Ayahnya H. Muhammad Syukri berlatar Nahdhatul Ulama, Ny. Siti Rahayu ibundanya adalah aktivis Aisyiyah Muhammadiyah.
Hidayat lahir dari keluarga sederhana, ayah dan ibunya adalah seorang guru. Karena itu, jiwa pendidik yang senantiasa memberi contoh yang akan selalu dipegangnya. Beliau pun akhirnya lebih banyak mengajar dalam kehidupannya, di beberapa universitas di Indonesia, antara lain UMJ, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Asy-Syafi’iyah, Jakarta. Hidayat memang tidak menghasilkan banyak karya tulis, namun aktivitas sosial dan terutama politiknya yang mencerminkan ketinggian moral, telah menuai banyak simpati dan pujian.
Pada Pemilu 2004 hanya dua orang aleg yang bisa meraih BPP 100 persen (terbanyak dipilih oleh masyarakat), salah satu dari dua orang itu adalah Hidayat Nur Wahid. Bersama pimpinan MPR, Hidayat juga menolak mobil dinas Volvo yang dianggap sebagai lambang kemewahan. Ia juga menolak tinggal di kamar mewah Hotel Mulia Jakarta dengan tarif sekitar Rp 5 juta per malam. Beliau juga menolak uang dinas untuk tiga hari kerja ke Makassar karena faktanya dia hanya sehari berada di sana. Kunjungan ke daerah pun selalu menggunakan kursi pesawat kelas ekonomi. Dia tak akan bergeser dari tempat duduk, sekalipun pramugari menyilakannya berpindah ke kelas bisnis atau eksekutif. Saat badai tsunami menerjang Nanggroe Aceh Darussalam pada 26 Desember 2004, dia ikut turun langsung ke lokasi musibah. Bukan sekadar meninjau, Hidayat ikut membantu untuk mengangkat mayat-mayat yang berserakan, ia pun melakukan shalat jenazah di lokasi terjadinya musibah.
Beliau sempat dianugrahi Bintang Mahaputra Adipradana, ini adalah penghargaan sipil yang tertinggi yang diberikan bagi mereka yang berjasa secara luar biasa pada negeri ini. Sahabatnya banyak mulai dari tukang cukur, tukang bakso, sopir, atlet, seniman, menteri, sampai para pemimpin dunia. Hampir seluruh media di Indonesia menilai Hidayat pemimpin jujur, bermoral dan berhati mulia, belakangan Nama Hidayat melambung karena dia dicalonkan untuk maju menjadi Cagub DKI Jakarta, ini bukan kampanye tapi ini adalah rasa optimis melihat keadaan Jakarta ke depan dipimpin oleh orang yang cakap, jujur, cerdas, dan tegas, Maka Anda yang bisa menilai bagaimana seorang Hidayat.