SIAPA CAGUB PKS, HIDAYAT NUR WAHID ATAU FAUZI BOWO ?
Apakah Hidayat Nur Wahid yang akan maju sebagai Cagub DKI dari PKS ? Mari kita dengarkan jawabannya, "Tidak benar itu. Saya tidak pernah niat dan keinginan pada posisi yang diperebutkan tersebut," tegas Hidayat Nur Wahid yang juga menjabat anggota Komisi I DPR itu. Hidayat malah mendoakan agar Ketua Majelis Pertimbangan Wilayah (MPW) PKS DKI Jakarta, Triwisaksana mendapatkan pasangan yang pas untuk maju dalam Pilkada DKI Jakarta. Dari kalimat tersebut tersirat bahwa Bang Sani atau Triwisaksana lah yang akan maju sebagai cagub DKI dari PKS.
Tetapi ternyata Bang Sani masih belum tahu juga akan dimajukan sebagai calon DKI1 atau DKI2, simak ucapannya berikut, “Saya siap jadi yang pertama untuk pemilihan gubernur ini. Apalagi jadi yang kedua, pasti siap sekali.” Penentuan menjadi DKI 1 atau DKI 2 ini juga bergantung pada partai koalisi yang akan merapat ke PKS. “Kalau diminta partai yang perolehan kursi di DPRD lebih kecil, ya, pasti jadi cagub. Kalau dari partai yang lebih besar ada berbagai kemungkinan untuk dibicarakan dulu,” tutur Sani.
Dari jawaban di atas tersirat bahwa PKS akan berkoalisi dengan partai lain, bisa partai yang peroleh kursi DPRD nya lebih banyak bisa juga dengan partai yang perolehan kursinya lebih sedikit dari PKS. Ketua DPW PKS DKI, Slamet Nurdin juga menyatakan hal yang sama bahwa partainya akan berkoalisi dengan partai lain untuk Pilkada DKI. "Oh sudah pasti koalisi. Pokoknya tunggu saja ya," ucapnya.
Siapa gerangan partai yang akan berkoalisi dengan PKS ini……??? Dari penelusuran detikcom diketahui bahwa PKS sedang melakukan lobi – lobi ke semua partai termasuk Partai Demokrat. PKS masih terus melakukan kontak dengan Fauzi Bowo, incumbent yang belum didukung secara resmi oleh Partai Demokrat (PD) untuk jadi cagub. Komunikasi politik yang dibangun bila sukses akan mengerucut pada duet Fauzi Bowo-Triwisaksana atau Foke-Sani.
Apakah benar berita tersebut, mari kita simak pernyataan dari partai Demokrat yang diambil dari berita rakyatmerdekaonline. Petinggi Demokrat intens bergerilya merayu elite PKS dan PDIP agar mau diajak koalisi mengusung Fauzi Bowo (Foke) sebagai cagub. Lobi yang dilancarkan Demokrat berjalan alot lantaran PKS dan PDIP sama-sama minta jatah posisi cawagub. Demokrat berharap cawagub Fo¬ke nanti berlatar belakang militer. “Nah, kalau tokoh militer itu kan cu¬ma ada di PDIP, tidak ada di PKS. Sa¬yangnya nama itu belum turun dari PDIP,” sambungnya. Sekjen DPP PDIP, Tjahjo Kumo¬lo, yang juga dikontak memastikan par¬tainya hingga kini belum me¬mutuskan apakah PDIP akan ber¬koalisi dengan Demokrat atau tidak. Ke-putusan untuk mengusulkan Adang Ruchiyatna sebagai cawagub Foke, Tjah¬jo juga memas¬tikan belum ada. “Be¬lum ada kepu¬tusan partai,” singkat Tjahjo. Tetapi ia memastikan bahwa dua nama yang mencuat adalah Fauzi Bowo dan Joko Widodo. “Foke untuk gubenur dan Jokowi untuk wakil gubernur,” tegas Tjahjo Kumolo di Gedung DPR, Senayan, Jakarta. Namun keputusan atas kedua nama itu baru akan diputuskan kemungkinan minggu ini. “Tidak mungkin Foke jadi wakil gubenur, tahun sebelumnya kami juga mendukung Foke, jadi dilihat saja perkembanganya,” ujarnya.
Namun kemunculan Jokowi tidak direstui oleh Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDI Perjuangan, Taufiq Kiemas. "Saya tidak setuju kalau orang di satu tempat belum selesai jabatannya," kata Taufiq Kiemas di gedung DPR, Jakarta. Bagi Taufiq, masih banyak kader Banteng Moncong Putih yang bisa digadang maju bersaing dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur Jakarta. Taufiq lebih memilih Joko Widodo alias Jokowi untuk menuntaskan tugas-tugas di Solo sampai tuntas, sampai masa jabatannya habis. Taufiq tidak sepakat bila Jokowi maju ke pilkada DKI. "Kami banyak stok wakil gubernur lainnya," kata Taufiq.
Namun perlu disimak analisa pengamat Burhanudin Muhtadi di sindonews. Dia menegaskan, jika ternyata Foke menggandeng pasangan Calon Wakil Gubernur dari PDIP misalnya, itu sama saja ‘Jeruk Makan Jeruk’. Sebab, ditambahkannya PDIP pun memiliki lumbung suara dari kelas menengah ke bawah, yang sebelumnya sudah bisa dijaring oleh Gubenur berkumis tebal ini. Menurut peneliti senior Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi, untuk menutupi kelemahan tersebut maka hal yang harus dilakukan Foke adalah bergabung dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang diakuinya mampu mendekati kalangan menengah atas tersebut. “Kelemahan dia (Foke) di kelas menengah atas, yang kemudian secara elektoral kemudian Foke lebih sangat terbantu jika PKS yang mendampinginya, karena PKS kuat di kelas menengah atas,” terang Burhanudin kepada wartawan di kantor LSI di Jakarta. ”Kalau dia berhasil menggandeng pasangan dari PKS, maka kelemahan Foke dari kalangan atas bisa tertutupi. Minimal terbantu dari calon pasangan dari PKS.”
Jadi semakin bingung, pengin tahu cerita kelanjutannya dan hasil keputusannya seperti apa? Silahkan simak terus berita – berita aktual dari PKS DKI terpercaya, Karena kabarnya akan ada kejutan – kejutan yang menarik. Bang Sani maupun ketua DPW PKS DKI Jakarta , Slamet Nurdin sama – sama mengatakan, “Pokoknya nanti tunggu saja ya. Di awal-awal pendaftaran kami akan berikan kejutan."