Anis Matta dan Kisah Rib'i bin Amir
Anis Matta - Presiden PKS |
Satu hal yang membuat saya menulis tulisan ini adalah tweet dari @dr_piprim yang berisi:
"Aneh juga ust Anis Matta ini, bicara di forum Guru Besar UI dg santai dan memukau. Padahal org lain bs grogi berat."
Dari Tweet tersebut saya teringat dengan kisah Rib'i bin Amir ketika menemui Raja Persia yang bernama Rustum.
Pada masa itu Islam berada dalam kepimimpinan Khalifah Umar bin Khattab RA. Peristiwa ini terjadi sebelum pecahnya perang Qadisiyyah antara Ummat Muslim dengan Persia. Ummat muslim yang saat itu dipimpin oleh panglima perang Saad bin Abi Waqash mengutus seseorang untuk berunding dengan Rustum, sang raja Persia. Diutuslah salah seorang sahabat nabi yang bernama Rib'i bin Amir.
Pada masa itu Islam berada dalam kepimimpinan Khalifah Umar bin Khattab RA. Peristiwa ini terjadi sebelum pecahnya perang Qadisiyyah antara Ummat Muslim dengan Persia. Ummat muslim yang saat itu dipimpin oleh panglima perang Saad bin Abi Waqash mengutus seseorang untuk berunding dengan Rustum, sang raja Persia. Diutuslah salah seorang sahabat nabi yang bernama Rib'i bin Amir.
Pertemuan
antara Rib'i dan Raja Rustum ini sangat menarik bagi saya. Rab'i datang
kepada Raja Rustum dengan kondisi yang sangat sederhana. Kuda yang ia
pakai sangatlah kurus dan pendek. Begitu juga dengan perisai dan pedang
yang ia gunakan sangatlah pendek dan jelek. Bajunya pun sangatlah
sederhana dan sudah lusuh. Hal ini sangatlah bertolak belakang dengan
kondisi Raja Rustum dan Istana nya yang sangat besar dan megah saat itu.
Istana persia saat itu penuh dengan perhiasan yang mahal dan
menyilaukan mata. Di setiap ruangan diletakkan bantal-bantal bertahtakan
emas dan beralaskan Sutra. Raja Rustum sendiri memakai mahkota dan
sedang duduk di Ranjang yang terbuat dari Emas. Yang menarik adalah
Rib'i tidak gentar sedikitpun
dengan apa yang telah ia lihat. Ini tergambar saat salah seorang
pembesar Rustum berkata "Letakkan senjatamu" untuk menggertak Rib'i. Ia
menjawab dengan santai, "Bukan aku yang ingin datang menemuimu, tetapi
kamu sendirilah yang memanggilku untuk menemuimu. Jika engkau
membiarkanku seperti ini, aku akan menunggu. Jika tidak, aku akan
kembali". Mendengar hal tersebut Rustum meminta pembesarnya
membiarkannya. Singkat cerita Rib'i menemui Rustum dan menjelaskan
tujuan nya datang yang tidak lain adalah untuk mendakwahinya untuk
menyembah Allah. Bahasa yang ia gunakan sangatlah runut disertai argumen
yang sangat kuat. Tidak ada rasa takut sedikitpun dari raut wajahnya.
Kemampuan Rib'i berbicara tersebut Benar-benar merubah anggapan mereka
diawal pada sosok Rib'i ini.
Hal
yang saya garis bawahi dari kisah ini adalah Self-confidence atau
kepercayaan diri yang ditunjukkan oleh Rib'i bin Amir saat itu. Dan saya
melihat pada Forum Guru Besar UI kemarin, Anis Matta membangkitkannya
kembali dalam versi lain.
Saya
menganalogikan kerajaan Persia dengan Forum Guru Besar UI yang sangat
dihormati oleh orang banyak saat ini. Juga para Raja dan petinggi
kerajaan sebagai para Guru besar dan Dosen-dosen yang sangatlah
dihormati karena pencapaian nya di level akademik. Dan Anis Matta
sebagai Rib'i masa kini. Ia yang notabene nya hanya bergelar S1 dengan
Self-Confidence yang ia punya dapat menghancurkan Sekat-sekat gelar
dalam pendidikan yang mereka miliki. Anis Matta mampu memutar nalar
mereka yang mendengarkannya untuk masuk kedalam sudut pandang
berpikirnya. Ia mendefinisikan Indonesia dalam 2 fase yang telah
dilewati dan satu fase Indonesia masa depan. Mengeluarkan Bahasa-bahasa
intelek namun dengan pembawaan yang tetap santai dan bersahabat Anis
Matta berhasil memukau para audiens dengan mudahnya. Anis Matta
menunjukkan kecemerlangan dirinya bukan karena gelar-gelar yang
menempel di namanya, tapi dengan Ide-ide besar tentang Indonesia di masa
depan. Ya, Saat engkau mempunyai Allah, tidak ada yang terlalu besar
bagimu.
"Nasib digariskan disini, dan sejarah hanya akan memotret dan mencatatnya. Tidak Lebih", Anis Matta
Ditulis oleh Abdan Syakuro Lubis