Aleg PKS Ikut Tahlilan di Kalibata
Pada hari Minggu (22/12) dan
Selasa (24/12) pekan ini, mantan Presiden PKS menghadiri acara tahlilan di kecamatan Pancoran,
khususnya di kelurahan Kalibata. Tahlilan selama ini dipersepsikan sebagai tradisi dan amalan yang sering dilakukan warga
Nahdlatul Ulama untuk mendoakan warga yang sudah meninggal dunia. Sementara PKS biasanya ditempatkan bersebrangan di sisi yang lain, dengan tuduhan
anti tahlil, anti maulid dan juga wahabi.
Sebenarnya kader – kader PKS,
tidaklah seperti apa yang dituduhkan itu. Saat kunjungan Safari Dakwah ke Demak
Jawa Tengah pada bulan April 2013 yang lalu, Presiden PKS Anis Matta melakukan ziarah dan
tahlilan ke Makam Sunan Kalijaga. Kemudian saat
ibundanya meninggal dunia, Hidayat Nur wahid juga melakukan tahlilan tujuh hari
di rumahnya. Sebagai partai dakwah PKS
berpegang teguh kepada aqidah ahlussunnah waljamaah dengan sumber rujukan utama
sebagaimana termaktub dalam Ittijah Fiqih Dewan syari’ah PKS, berupa Mashadir
Asasiyah (sumber hukum primer) yang disepakati oleh Jumhur Ulama Ahlu Sunnah
wal Jama’ah, yaitu al-Qur’an, Sunnah yang suci, ijma’ dan qiyas.
Pada tahlilan (22/12) di Mushola
Sholahul Ummah RW04 Kalibata nampak Hidayat Nur Wahid mendampingi KH. Fathul Bahri, Ustadz Kosasih, Ustadz Sanwani,
dan juga H, Syaiful Bahri. Acara tahlilan dan pengajian tersebut dihadiri 30 orang
lebih. Selasanya (24/12), Hidayat Nur Wahid kembali menghadiri tahlilan tujuh hari
meninggalnya seorang warga RW04 Kalibata.
Secara umum, merupakan kebijakan
dalam dakwah PKS untuk menghidupkan sunnah yang telah ditinggalkan (ihyaul
sunnah al mahjurah) dan tradisi Islami yang menyemarakkan syi’ar Islam merupakan
cerminan ketaqwaan.