Kampanye Dialogis 19 Agustus 2008


Ditengah kondisi masyarakat yang rentan, kampanye besar kemungkinan dijadikan sebagai wahana untuk menumpahkan kesesalan yang selama ini menggumpal melalui jalan kekerasan. Terlebih lagi di saat kita masih mengidap euphoria politik, masyarakat seolah dimanja kebebasan yang luar biasa, sehingga pelaksaan kampanye tidak lagi memperhitungkan batas waktu.
Esensi kampanye erat kaintannya dengan dunia politik. Arnold Steinberg dalam bukunya, Political Compaign Management mangatakan, pengertian kampanye politik adalah cara yng digunakan para warga negara dalam demokrasi untguk menentukan siapa yng akan memerintah mereka. Dan kalau ditarik dalam konteks Indonesia, model kampanye yang telah akrab dengan kita adalah kampanye terbuka aatau sering kali disebut kampanye monologis, walau sebenarnya masih banyak model lain. Selama ini, hanya kampanye terbuka saja yang kita kenal di mana kampanye itu menekankan adanya komunikasi tatap muka di depan khalayak massa.

Mengacu pada relaitas di atas, maka urgensi apa yang disebut dengan kampanye dialogis tidak dapat diraguka lai. Apalagi kita sudah keesekian kali meleksanakan pemilu karenayan perlu adanya terobosan aru. Nmenurut penulis, ada empat nilai positif yng terkandung dalam kampanye sisntem dialogis, yaitu
(1) dapat menimngkatkan pendidikan dan komunikasi.
(2) Adanya aspek penomorsatuan program menjadikan pemilih berfikir kritis dan rasional, bukan emosional.
(3) Mengembangakan peran serta masyarakat dalam pembangunan. Karena melalui model kampanye ini, pemilih tidak hanya dijadikan—meminam istilah Dr Riswandha imawan—sebagai objek penderita pengumpul suara saja.
(4) Dapat menekan berbagai usaha bagi munculnya aksi kekerasan dan keberingasan massa.


InsyaAllah PKS sudah siap dengan model kampanye dialogis ini, PKS Pancoran akan buktikan ini pada tanggal 19 Agustus 2008.