12 Agustus 1902, Bung Hatta Lahir
Salah satu proklamator kita, Bung Hatta, jika beliau masih hidup, tanggal 12 Agustus 2008 ini akan memasuki usia 106 tahun.
Berprinsip Teguh
Dua kali kejadian dimana terjadi pertentangan antara bung Hatta dan bung Karno yg ternyata memberi dampak sangat besar terhadap perjalanan bangsa ini, dimana dalam kedua hal tsb bung Hatta memilih utk mengalah.
Saat mundurnya bung Hatta desember 1956 , karena tak setuju dengan cara bung Karno memimpin negara , serta perdebatan mereka sebelumnya saat Indonesia belum merdeka. Sebelumya dalam buku sejarah ada dinyatakan bahwa belia berdua pernah berbeda pendapat mengenai bagaimana bangsa ini hendak dibangun, bagaimana kemerdekaan hendak diraih, beberapa tahun sebelum indonesia merdeka.
Bung Karno bilang kita perlu bangsa yang berani, revolusioner, penuh semangat utk meraih kemerdekaan, sedangkan bung Hatta berpendapat bahwa kita perlu mencerdaskan, memberi pencerahan pada bangsa Indonesia utk menyongsong kemerdekaan nya, intinya bung Hatta menyatakan pentingnya pendidikan.
Namun saat itu, bung Karno tetap bersikukuh dengan pendapatnya, dan dengan gentleman nya , bung Hatta pun mengalah ....
Bukti sejarah kemudian menyatakan , bahwa apa yg dinyatakan bung Hatta benar adanya , memang benar pada masa kemerdekaan th 45, bangsa yg bersemangat tinggi, revolusioner bisa meraih kemerdekaan, tapi untuk selanjutnya mereka melupakan pendidikan / pencerdasan.
Dari sejarah kita belajar, ada 2 ide besar bung Hatta yg tak terwujud, karena ia mengalah pada bung Karno , dan sampai saat ini kemajuan bangsa ini masih terbelenggu karena 2 hal tsb (pendidikan yg kurang dan demokrasi yg kurang baik )
Berkarya Nyata
Bung Hatta merupakan tokoh yang selalu berkarya nyata. Salah satu karya monumental beliau adalah bentuk koperasi. Pemikiran ini dituangkan pada pembentukkan koperasi pengusaha batik, yang akhirnya sukses sampai saat ini. Koperasi tersebut berhasil mendorong kemajuan bagi pengusaha batik dan memberi mereka kesempatan untuk memperluas usaha dengan ekspor. Karya-karya lainnya adalah berbentuk tulisan. Dalam pembuangan pun, Hatta secara teratur menulis artikel-artikel untuk surat kabar. Honorariumnya cukup untuk biaya hidup di Tanah Merah (Digoel-Papua) dan dia dapat pula membantu kawan-kawannya. Rumahnya di Digoel dipenuhi oleh buku-bukunya yang khusus dibawa dari Jakarta sebanyak 16 peti.
(tulisan ini dipromosikan oleh Koperasi Syariah "Amanah" Durentiga)
Berprinsip Teguh
Dua kali kejadian dimana terjadi pertentangan antara bung Hatta dan bung Karno yg ternyata memberi dampak sangat besar terhadap perjalanan bangsa ini, dimana dalam kedua hal tsb bung Hatta memilih utk mengalah.
Saat mundurnya bung Hatta desember 1956 , karena tak setuju dengan cara bung Karno memimpin negara , serta perdebatan mereka sebelumnya saat Indonesia belum merdeka. Sebelumya dalam buku sejarah ada dinyatakan bahwa belia berdua pernah berbeda pendapat mengenai bagaimana bangsa ini hendak dibangun, bagaimana kemerdekaan hendak diraih, beberapa tahun sebelum indonesia merdeka.
Bung Karno bilang kita perlu bangsa yang berani, revolusioner, penuh semangat utk meraih kemerdekaan, sedangkan bung Hatta berpendapat bahwa kita perlu mencerdaskan, memberi pencerahan pada bangsa Indonesia utk menyongsong kemerdekaan nya, intinya bung Hatta menyatakan pentingnya pendidikan.
Namun saat itu, bung Karno tetap bersikukuh dengan pendapatnya, dan dengan gentleman nya , bung Hatta pun mengalah ....
Bukti sejarah kemudian menyatakan , bahwa apa yg dinyatakan bung Hatta benar adanya , memang benar pada masa kemerdekaan th 45, bangsa yg bersemangat tinggi, revolusioner bisa meraih kemerdekaan, tapi untuk selanjutnya mereka melupakan pendidikan / pencerdasan.
Dari sejarah kita belajar, ada 2 ide besar bung Hatta yg tak terwujud, karena ia mengalah pada bung Karno , dan sampai saat ini kemajuan bangsa ini masih terbelenggu karena 2 hal tsb (pendidikan yg kurang dan demokrasi yg kurang baik )
Berkarya Nyata
Bung Hatta merupakan tokoh yang selalu berkarya nyata. Salah satu karya monumental beliau adalah bentuk koperasi. Pemikiran ini dituangkan pada pembentukkan koperasi pengusaha batik, yang akhirnya sukses sampai saat ini. Koperasi tersebut berhasil mendorong kemajuan bagi pengusaha batik dan memberi mereka kesempatan untuk memperluas usaha dengan ekspor. Karya-karya lainnya adalah berbentuk tulisan. Dalam pembuangan pun, Hatta secara teratur menulis artikel-artikel untuk surat kabar. Honorariumnya cukup untuk biaya hidup di Tanah Merah (Digoel-Papua) dan dia dapat pula membantu kawan-kawannya. Rumahnya di Digoel dipenuhi oleh buku-bukunya yang khusus dibawa dari Jakarta sebanyak 16 peti.
(tulisan ini dipromosikan oleh Koperasi Syariah "Amanah" Durentiga)