Bila Ditinggal Pembantu Mudik Lebaran

Lebaran di ambang pintu. Sebagian keluarga di kota besar mulai bersiap-siap ditinggalkan pembantu yang mudik ke kampung halaman.

Mudik tahunan bagi para pembantu rumah tangga (PRT) adalah sesuatu yang wajar. Sama halnya dengan pekerja profesional yang mendapat cuti Lebaran, para pembantu tentu perlu istirahat juga. Apalagi, pulang kampung atau mudik punya arti penting bagi mereka.

Para majikan pun biasanya memaklumi hal ini dan mengizinkan pembantu mereka menikmati Lebaran di kampung halaman. Bahkan ada yang memberi hadiah sebagai wujud perhatian agar
pembantunya bisa bergembira merayakan Lebaran.

Persoalannya, ketika pembantu pulang kampung, otomatis rumah jadi sunyi. Betapa repotnya tanpa pembantu. Tidak ada yang membantu menyelesaikan pekerjaaan rumah sehari-hari. Cucian
menumpuk, harus bangun pagi, beres-beres rumah, masak dan sebagainya.

Tapi jangan buru-buru putus asa. Masih ada banyak cara menyiasatinya. Berikut tips yang dikutip dari berbagai sumber seperti yang disarankan sejumlah pakar.

Pembantu mudik merupakan kesempatan yang bisa dimanfaatkan untuk memotivasi keluarga mengubah kebiasaan buruk selama ini. Contoh kecil, membiasakan diri menaruh piring bekas pakai ke tempat cuci piring. Lalu, sisa makanan dimasukkan ke dalam kantong plastik, tanpa
menunggu anggota keluarga lain membersihkannya.

Bila memiliki anak remaja, mencuci pakaian bisa dilakukan bersama-sama di akhir pekan. Kalau hari biasa sibuk, bisa ditumpuk saja dulu. Mencuci bersama membuat hubungan keluarga semakin mesra. Sementara, memasak makanan yang bisa tahan beberapa hari. Kalau perlu, jasa katering
bisa jadi alternatif.

Biasanya, masalah akan muncul kalau suami merasa harus diladeni atau sebaliknya. Berhubung tanpa pembantu, diperlukan kerja sama. Kerja sama ini tentu harus didukung semua anggota keluarga. Mulai dari ibu, bapak, sekaligus anak-anaknya. Intinya, rumah yang tadinya kotor jadi bersih. Misalnya, suami memasak, istri yang bertugas memanaskan makanan, dan anak yang
menyiapkan di meja. Lakukan hal ini secara bergantian dan dengan senang hati.

Anggapan istri lebih bertanggung jawab terhadap kebersihan rumah, tidak tepat. Suami dan anak-anak harus berlapang dada, pekerjaan rumah apapun bisa jadi tugas mereka, karena keluarga adalah sebuah tim.

Yang tak kalah penting, jaga agar tak ada anggota keluarga yang iri lantaran pembagian tugas yang tak merata. Jauh hari, beri tahu tentang tugas masing-masing. Jika langkah ini tak berhasil, terapkan sistem giliran.

Tidak Kembali
Bagaimana jika ternyata pembantu tak balik lagi usai mudik? Langkah antisipasi sangat diperlukan. Sebelum mereka pulang, tanyakan rencana mereka. Dalam hal ini, majikan harus percaya pada PRT, begitu pula sebaliknya. Misalnya, kalau memang ada masalah dengan transportasi sehingga pembantu telat datang, ya harus maklum.

Selain itu, sebaiknya keluarga yang ditinggal mudik PRT juga jangan terlalu berharap PRT bakal balik lagi. Seluruh anggota keluarga harus menyadari, inilah kenyataan yang harus dihadapi bila hal itu harus terjadi.

Meski demikian, ada yang bisa dilakukan sebelumnya untuk menjaga agar PRT betah tinggal bersama kita. Caranya?

Pertama, perlakukan PRT dengan baik dan ciptakan keadaan agar ia merasa jadi bagian dari keluarga tempat mereka bekerja. Majikan tak perlu takut keakraban ini akan membuat PRT ngelunjak. Tergantung bagaimana majikan memperlakukan PRT.

Kedua, perbanyak komunikasi atau sediakan waktu untuk mengobrol bersama PRT. Ini akan
membuat mereka tak segan bercerita tentang apa yang mereka inginkan.

Ketiga, yakini prinsip, posisi majikan dan PRT adalah saling mendukung. Meski status mereka pembantu yang dibayar, tapi keluarga majikan juga terbiasa sangat bergantung pada mereka.
Keempat, jadikan pembantu sebagai bagian dari keluarga. Misalnya, majikan terkadang melarang PRT mengangkat telepon. Biarkan saja mereka terima telepon, asal tak sampai mengganggu dan tahu batas.

Kelima, teguran tak tabu untuk PRT. Misalnya, kalau mereka pulang terlampau malam, ya harus ditegur. Caranya, tanyakan baik-baik. Teguran sebaiknya tidak langsung diutarakan saat kejadian. Jangan dalam keadaan marah, supaya kita bisa mengendalikan bicara kita.

Keenam, jangan lupa, beri mereka penghargaan. Dari yang kecil-kecil saja. Misalnya, sepulang dari luar kota, bawakan mereka oleh-oleh. Tidak perlu yang mahal, yang penting kita selalu ingat mereka.*

disadur dari : http://www.harian-global.com/news.php?item.25800.27