Selfie Ibu – Ibu Majelis Taklim Setelah Acara Tarhib Ramadhan

Dalam  beberapa hari lagi, kita akan memasuki bulan suci Ramadhan. Selayaknya tamu istimewa, orang-orang mukmin patut mempersiapkan diri menyambutnya dengan gembira. Menyambut Ramadhan dengan hati gembira adalah sebuah keniscayaan. Jika tamu istimewa seperti calon besan atau calon mertua saja kita sambut sedemikian bahagia, tentunya Ramadhan lebih layak untuk disambut dengan kegembiraan yang lebih besar. Menyambut Ramadhan dengan gembira akan menjadi mudah bagi mereka yang telah mengetahui keutamaan Ramadhan.

Setiap memasuki Ramadhan, umat Islam lazim menggelar kegiatan yang dinamakan dengan Tarhib Ramadhan. Sesuai namanya, tarhib berasal dari kata marhaban, yakni mengucap selamat datang kepada bulan kemuliaan, bulan Ramadhan. Ada juga yang memaknainya sebagai targhib, yakni bergembira. Menyambut Ramadhan dengan suasana riang gembira. Dan ini menjadi sikap yang dianjurkan agar menjelang Ramadhan, umat Islam diminta menyambutnya dengan penuh riang gembira. Aksi penyambutan Ramadhan dengan riang gembira ini biasanya dalam bentuk pawai, baik siang ataupun malam hari.

Layaknya tamu agung, Ramadhan memang harus disambut dengan penuh suka cita. Sebagaimana Islam yang menganjurkan pemeluknya untuk menyambut Ramadhan dengan meriah dan semarak. Dikisahkan dalam sebuah riwayat, para sahabat Nabi senang ketika menjelang Ramadhan tiba dan bersedih saat Ramadhan akan berakhir meninggalkan mereka. 

Sebagai partai dakwah, PKS tentu saja tidak mau membuang waktu percuma jelang Ramadhan. Kader – kader PKS bekerjasama dengan Forum Silaturahim Majelis Taklim (Forsitma) mengadakan tarhib Ramadhan di beberapa tempat. Acara ini dimaksudkan untuk membekali sekaligus menambah wawasan kader tentang keutamaan puasa dan diaplikasikan secara maksimal saat Ramadhan sudah tiba. Acara ini merupakan pemanasan untuk menyambut Ramadhan. PKS ingin semua warga masyarakat, dengan senang hati menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. 

Istilah tarhib yang dalam bahasa Indonesia diartikan dengan "menyambut" memiliki makna filosofis yang cukup dalam. Ramadhan yang kita sambut ini berarti sesuatu yang memang kita tunggu-tunggu kehadirannya. Apalagi sudah ditunggu-tunggu selama sebelas bulan. Sikap tersebut adalah wujud begitu besarnya cinta kita terhadap bulan Ramadhan ini.

Oleh karenanya ini yang mungkin mendasari banyak ibu – ibu majelis taklim yang berphoto – photo setelah selesai acara tarhib Ramadhan, atau selfie kalau istilahnya anak muda jaman sekarang. Apapun itu namanya, yang jelas itu adalah salah satu bentuk ungkapan kegembiraan menyambut Ramadhan. Jika kita bisa bergembira menyambut Ramadhan, maka seharusnya kita bisa lebih bergembira dan semangat lagi kalau Ramadhan tersebut telah datang.

Adalah baginda Nabi Muhammad SAW yang benar-benar melakukan tarhib Ramadhan paling meriah dan paling lama. Beliau melakukan tarhib Ramadhan tidak cukup sehari atau dua hari saja. Beliau mempersiapkan penyambutan Ramadhan mulai dari menjelang kedatangannya hingga kepulangannya. Ketika sudah datang pun, Ramadhan masih juga beliau sambut dengan meriah. Dengan demikian, setiap hari di bulan Ramadhan adalah tamu agung yang berbeda-beda. Hari-hari Ramadhan bak tamu agung yang datang silih berganti. Penyambutan Ramadhan tidak dilakukan dengan sekadar mengungkapkan rasa bahagia atau gembira saja, melainkan dengan persiapan matang secara fisik dan mental agar kuat dalam menjalankan ibadah spesial selama sebulan penuh itu.

Mari kita wujudkan kegembiraan datangnya bulan Ramadhan itu dalam ketaatan kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Hindarilah mengekspresikan kegembiraan menyambut Ramadhan dengan berbuat kemaksiatan dan menambah-nambah amalan yang tidak disyari’atkan.