Ibu – Ibu PKS Berguru Pada Tuan Baron

Ibu – Ibu PKS dari Pos Wanita Keadilan (Pos WK) Kecamatan Pancoran melakukan kunjungan edukatif ke pedepokan industri kreatif berbahan baku sampah bernama Warga Peduli Lingkungan (WPL) di Depok milik Ir. Baron Norwendo.

Pada hari Selasa (16/06) pagi tersebut enam koordinator Pos WK kelurahan se-Pancoran berangkat ke kediaman Bapak Baron, di RT.1 RW.13 Kelurahan Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran Mas, Depok. Mereka ingin mendapatkan motivasi dan juga pembelajaran tentang bagaimana kiat – kiat suksesnya mengajak masyarakat untuk memiliki kepedulian terhadap lingkungan dengan memilah dan menjadikan sampah menjadi barang yang bermilai ekonomis. Ini bukan hal yang mudah,  dimana harus ada contoh nyata terlebih dahulu baru kemudian masyarakat bergerak.

“Untuk mengajak masyarakat supaya mau memilah sampah, dan menjadikan sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis seperti ini bukan hal yang mudah, namun saya harus lebih dulu memberikan contoh sampai ada hasil yang nyata, baru mereka mau saya ajak secara bersama-sama memilah dan menjadikan sampah menjadi barang yang berharga,” kata Pak Baron kepada ibu – ibu Pos WK PKS Pancoran.

Berbagai barang kerajinan yang unik dan menarik dihasilkan dari tangan-tangan terampil kelompok WPL ini, seperti lampu hias dari botol kecap, berbagai jenis mainan dari botol plastik dan kardus dan sebagainya. “Sampah bukanlah musuh, tapi sampah adalah kawan. Sampah bila dikelola dengan baik akan mendatangkan keuntungan dan manfaat yang banyak, bukan hanya  untuk manusianya tapi juga untuk lingkungan,” ujar Pak Baron.

Sejak 2001, Pak Baron dan Bu Wulan tinggal di Kampung Pitara, Kelurahan Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran Mas, Depok. ”Waktu itu, kebanyakan orang dewasa di sini hanya lulus SMP. Anak mudanya juga ada yang putus sekolah,” ujar Pak Baron. Melihat kondisi itu, Pak Baron dan istrinya tergugah melakukan sesuatu untuk memberdayakan warga Kampung Pitara. Di antaranya Pak Baron dan Bu Wulan mengembangkan bank sampah. Warga sekitar diminta menyetor sampah anorganik, lalu dibayar sesuai nilai sampah yang mereka setorkan. Saat ini, nasabah bank sampah tersebut tidak hanya berasal dari Kampung Pitara, tetapi juga dari wilayah lain di Kecamatan Pancoran Mas. Pak Baron mengatakan, bank sampah yang dikelolanya memiliki sekitar 30 kelompok pengumpulan sampah dengan nasabah berjumlah ratusan orang. Kelompok pengumpulan sampah itu bermacam-macam bentuknya. ”Ada yang satu RW, ada yang sekolahan, atau komunitas. Sebagian kelompok itu sudah membentuk bank sampah sendiri,” katanya.  Saat ini, bank sampah yang dikelola Pak Baron dan Bu Wulan bisa mengumpulkan 200 ton sampah anorganik. Sebagian sampah itu dijual, sementara sebagian lainnya diolah menjadi barang kerajinan.

”Yang kami pentingkan bukan bank sampah kami jadi besar, melainkan bagaimana supaya semangat membentuk bank sampah menular ke wilayah lain,” kata Pak Baron. Kini, komunitas yang dikembangkan Baron dan Wulan terus membesar dan memiliki banyak kegiatan, termasuk memberikan kredit mikro tanpa bunga kepada pedagang kecil. Sejumlah anggota komunitas yang dinamai Warga Peduli Lingkungan itu juga sering diundang untuk memberikan pelatihan ke sejumlah tempat. Tahun lalu, Bu Wulan bahkan berkesempatan mengikuti pelatihan pengolahan sampah di kota Osaki, Jepang, dengan dibiayai Pemerintah Kota Depok.

Pak Baron berharap akan semakin banyak warga yang tersadarkan tentang pentingnya pengelolaan sampah. Tidak harus menjadi anggota WPL. WPL hanyalah media untuk mengajak masyarakat peduli pada sampah. Kelak peduli pada sampah dapat menjadi sebuah budaya baru bangsa ini. Tidak ada lagi pemandangan sampah yang teronggok disembarang tempat. Meski tak mendapat keuntungan materiil, Pak Baron dan Bu Wulan mengaku bahagia mengelola bank sampah. ”Membantu orang lain itu cita-cita bersama kami,” ujar Baron.

Nah itulah, ibu – ibu Pos WK dari PKS Pancoran ini berharap tertular virus semangat dan cita – cita Pak Baron dan Bu Wulan tersebut. Dan berharap tidak lama lagi, di kecamatan Pancoran akan terbentuk sebuah wadah untuk melakukan hal yang sama seperti yang di lakukan komunitas WPL di Depok dengan pemberdayaan bank sampahnya tersebut.