Pesantren Kilat Harusnya Bukan Monopoli Saat Ramadhan

Ramadhan adalah bulan keutamaan, bulan penuh berkah dan peluang untuk mencapai keberhasilan serta kemuliaan. Sepatutnyalah kita tidak menyia-nyiakan kesempatan emas yang dibuka Allah SWT pada setiap tahun sekali ini. Kita harus menggunakan sebaik-baiknya bulan Ramadhan ini untuk memperbanyak ibadah dan pengetahuan keagamaan. Salah satu kegiatan positif yang dapat dilakukan di dalamnya adalah pesantren kilat (sanlat) bagi remaja usia SD, SMP dan SMA.

Oleh karenanya biro pembinaan anak yang merupakan bagian dari bidang perempuan DPC PKS Pancoran, menyelenggarakan pesantren kilat di enam titik sekecamatan Pancoran selama Ramadhan. Setidaknya ada satu acara sanlat di setiap kelurahan yang ada di wilayah Pancoran. Waktunya bisa berbeda - beda tergantung kesiapan biro pembinaan anak di setiap kelurahan. 

Himbauan Kementerian Pendidikan Nasional agar seluruh sekolah mulai tingkat dasar hingga menengah atas untuk mengadakan pesantren kilat (sanlat) selama bulan Ramadhan, seharusnya lebih ditingkatkan lagi menjadi sebuah kebiasaan pembentukan karakter siswa. Sehingga waktunya tidak harus menunggu saat Ramadhan tiba. Sanlat bisa dilaksanakan pada bulan – bulan yang lain dan bisa menyesuaikan dengan kondisi belajar mengajar.

Apalagi kalau sanlat sudah diakui menjadi bagian dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembentukan karakter siswa. Jadi dengan adanya pesantren kilat itu diharapkan dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan para siswa. Kegiatan - kegiatan keagamaan bagi siswa, selain meningkatkan amalan ibadah, juga mengurangi minat siswa untuk melakukan hal negatif.  Siswa yang melakukan tindakan kriminal seperti pergaulan bebas, penyimpangan seks, narkoba sebagian besarnya adalah karena nilai agama dalam dirinya tidak kuat. Pesantren Kilat sudah lama memiliki payung hukum yang memperkuatnya, yakni Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas untuk mewujudkan siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Lukmanul Hakim Siregar pernah mengatakan bahwa, “Program pesantren kilat merupakan salah satu wahana terbaik meningkatkan pemahaman generasi muda tentang ajaran Islam. Karena itu, kegiatan pesantren kilat harusnya bisa digelar secara periodik minimal tiga bulan sekali dalam satu tahun.”

Sanlat dapat dijadikan alternatif pendidikan Islami bagi siswa sekolah umum di kota-kota besar yang relatif kurang mendapatkan pelajaran keagamaan. Melalui penyelenggaraan sanlat secara berkesinambungan, diharapkan kekurangan pemahaman dan pengetahuan para pelajar terhadap ajaran Islam dapat ditingkatkan. Selain itu, sanlat  efektif mengatasi kekurangan pendidikan agama, khususnya di sekolah-sekolah umum yang selama ini diakui masih relatif minim jam untuk pendidikan agama Islam.

Sanlat ini dapat diadakan untuk mengisi kegiatan pelajar kapan saja ketika liburan sekolah, tidak harus di bulan Ramadhan. Biasanya kegiatan pesantren kilat ini dilaksanakan selama tiga hari atau paling lama satu minggu. Selama itu pula peserta secara tidak langsung “meliburkan diri” dari acara nonton TV. Sanlat ini merupakan wadah efektif untuk siswa merenung dalam suasana kebersamaan yang dibekali dengan nilai - nilai agama. Dengan adanya sanlat, siswa lebih banyak melakukan aktivitas bermanfaat seperti belajar agama ketimbang keluyuran selama musim liburan sekolah. Sanlat juga mampu menghilangkan dimensi waktu dan ruang antar peserta didik, sehingga mewujudkan sesuatu kemajuan dalam dunia pendidikan.

Karena itu, para penyelenggara sanlat sudah harus merancang dan merumuskan konsep pesantren kilat yang tidak hanya sekadar bernuansa seremonial di bulan Ramadhan semata, sehingga hasilnya benar-benar optimal dan sesuai dengan berbagai tujuan dan filosofi pendidikan.

Dengan rutin dan konsistennya kegiatan-kegiatan sanlat ini, bukan tidak mungkin ke depan sekolah - sekolah akan menjadi tempat yang lebih nyaman bagi para pelajar. Nyaman karena terhindar dari hiruk pikuk dunia yang selalu menyudutkan pelajar pada dunia yang gelap. Semoga ini menjadi titik balik untuk menunjukkan pada masyarakat bahwa apa yang diberitakan oleh media mainstream selama ini tentang tawuran, free sex, narkoba pada dunia pelajar hanyalah akan menjadi setitik noda dibanding begitu banyak kebaikan yang telah dan akan selalu dibuat. Pemuda sebagai cadangan kekuatan (iron stock) bangsa ini harus dibina dari sekarang.