Ketua PKS Ranting Pancoran Pintar Membuat Bir Pletok
Sudah pernahkah Anda
mencoba Bir Pletok yang merupakan minuman tradisional dari kota Betawi ini?
Bir pletok adalah minuman khas Jakarta. Walaupun menggunakan kata bir,
tetapi bir pletok tidak mengandung alkohol. Bir pletok terbuat dari sari jahe,
gula, sari bunga selasih dan akar-akaran. Apabila kita meminum bir pletok,
pertama-tama terasa pedas, akan tetapi selanjutnya badan akan terasa hangat
pengaruh dari ramuan yang terdapat di dalamnya.
Saat zaman Penjajahan
Belanda, Belanda juga memaksa memasukan budaya mereka ke Indonesia, salah
satunya adalah budaya minum bir bersama orang Belanda. Saat itu warga Betawi
ingin menyaingi orang Belanda yang setiap malamnya meminum bir guna untuk
menghangatkan badan. Karena masyarakat Betawi adalah masyarakat muslim religius
yang juga dilarang meminum minuman beralkohol maka kemudian mereka membuat bir
sendiri dengan menggunakan bahan - bahan yang halal, tidak memabukan dan
sama-sama dapat menghangatkan badan.
Namanya pun
dibedakan, kalau orang Belanda menyebutnya beer, sedangkan masyarakat Betawi
menyebutnya bir. Sementara orang Belanda mabuk, sedangkan masyarakat Betawi
justru sehat dengan meminum bir pletok. Bir asal kata dari bi’run artinya
sumber mata air, atau bisa juga didekati dengan kata 'bir' yang berasal dari
Bahasa Arab 'Al-birr' yang berarti 'kebaikan'. Dari sanalah kemudian minuman
ini terkenal dengan nama bir pletok. Pletok yang menjadi nama belakang minuman
khas Betawi ini terdapat tiga versi. Versi pertama dibuat dari bambu, tempatnya
ditutup dan saat dituangkan berbunyi pletok. Versi kedua adalah saat diminum,
ditaruh di teko yang dicampur es, kemudian pas dikocok berbunyi pletok.
Sementara versi ketiga, komponen bir pletok adalah buah secang, buahnya kalau
tua warnanya hitam, saat membuang bijinya haruslah dipukul, bunyinya pletok.
Proses pembuatannya
memakan waktu satu hingga dua jam, karena menggunakan proses yang masih alami.
Cara pengolahannya masih bersifat industri rumahan. Biasanya disajikan pada
acara-acara istimewa seperti pada saat pesta rakyat, festival bulan
Ramadhan, ulang tahun Jakarta maupun pernikahan yang mengusung tema
tradisional Betawi. Minuman ini berkhasiat untuk memperlancar peredaran darah.
Masyarakat Betawi banyak mengonsumsinya pada malam hari sebagai penghangat.
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah mengkaji dan sudah
menetapkan fatwa halal untuk 'bir pletok Betawi'. Namun seiiring berkembangnya
jaman, minuman khas Betawi ini sudah mulai tergeser oleh ragam minuman -
minuman kesehatan herbal yang sedang ramai dijual dimana - mana. Inilah yang
akhirnya minuman bir pletok semakin jarang ditemui, hanya di tempat – tempat
khusus dan orang – orang tertentu saja.
Tetapi di Pancoran,
kami memiliki orang yang bisa membuat ramuan bir pletok ini. Beliau adalah
ketua DPRa (ranting) PKS Pancoran, namanya Bang Sanjaya. Beliau memang
mempunyai hobi membuat aneka kuliner, melakukan berbagai eksperimen makanan dan
minuman sehingga sering dijuluki sebagai chef nya PKS Pancoran, padahal
pekerjaan aslinya adalah bidang IT. Beberapa pekan yang lalu ia berhasil
membuat minuman bir pletok dan laris manis dibeli oleh warga. Beberapa pesanan
bir pletok pun masih mengalir ke beliau sampai sekarang. Bukan hanya pesanan
minuman, pesanan makanan pun banyak berdatangan seperti nasi kebuli, kue, dan
yang lainnya. Di tengah kesibukannya dalam bidang IT dan hobi meracik kuliner,
beliau tidak mengabaikan fungsi sebagai kepala rumah tangga dan sebagai kepala
territorial dakwah di wilayah kelurahan Pancoran. Pada pemilu 2014 kemarin, PKS
menempati urutan pertama dengan persentase tertinggi di kelurahan Pancoran.