Apa Tanggapan Para Pengamat Terhadap Tradisi Pemilihan Raya di PKS ?
Eksperimen Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan yang
namanya Pemilahan Raya (Pemira) untuk menjaring anggota Majelis Syuro (MS), sepertinya
patut dipantau dan diapresiasi. Pengamat politik senior AS Hikam pernah
mengatakan, “Pemira jauh lebih riil dan merupakan sebuah praktik demokrasi yang
lebih representatif.” Ketua Dewan
Pertimbangan Partai Golkar, Ir. Akbar Tandjung juga pernah mengapresiasi
keberanian PKS dalam menyelenggarakan pemira secara langsung dan terbuka, menurutnya hal
ini tidak ada dalam sistem partai lain.
Pengamat politik Dr. Adi Suryadi Culla juga pernah
mengomentari tentang pemira yang dilakukan oleh PKS. “Pemira yang dilakukan
oleh PKS adalah tradisi demokrasi yang sangat kondusif, patut dicontoh oleh
partai lain …” Lebih lanjut Adi Suryadi Culla mengatakan bahwa “Ini sangat
bagus karena buttom up, tidak diturunkan secara tiba-tiba. Pemira seperti ini
patut dijadikan model.” Dosen ilmu
politik di Unhas itu juga mengungkapkan apresiasinya terhadap pemira PKS.
“Sebagai pengamat politik saya sangat mengapresiasi model seperti ini.”
Pemira PKS ini mirip dengan model konvensi yang dilakukan
di Amerika Serikat. Mereka yang memilih adalah para angota PKS yang memiliki kartu anggota,
bukan pendukung atau simpatisan. Para pemilih Pemira juga
bebas dan rahasia menentukan pilihan mereka. Contoh demokrasi partisipatif dan
nalar partisipatory budggeting dapat dilihat dalam tubuh PKS, yakni pada mekanisme pemira. Walaupun tentu, masih terdapat kekurangan dalam
menerapkan sistem pemira ini, namun setidaknya kita dapat melihat upaya
perbaikan. Perbaikan untuk yang bersifat elitis dan juga menumbuhkan partispasi yang bottom
up secara menyeluruh, serta transparan dan terbuka dalam menentukan
calon penentu kebijakan di tubuh partai. Indonesia sudah saatnya membicarakan
lebih serius demokrasi partisipatoris dalam tubuh partai politik. Partai
Politik di Indonesia harus keluar dalam jurang oligarki dan elit partai.
Wacana mengenai demokrasi partisipatoris dalam partai politik harus dapat
dilembagakan bahkan sampai tingkat Undang-undang Partai Politik. Partisipasi
akar rumput kader partai akan membuat kader partai memiliki rasa kepemilikan
partai yang kuat. Partisipasi yang dilakukan secara adil dan transparan juga
akan membuat masyarakat lebih menghargai dan mempercayai kebijakan partai
politik.
Secara pemberitaan media, pemira MS PKS ini memang sepertinya
sepi di luar. Ini karena Pemira memang budaya internal partai politik yang baru,
masyarakat dan media mungkin belum terbiasa. Juga, mungkin karena posisi PKS yang masih
berada pada level partai kelas menengah dengan perolehan suara 6,8 persen, sehingga
masih kurang seksi untuk diberitakan.
Namun ramai pemberitaan atau tidak, PKS telah memberikan
sebuah terobosan kreatif dan praktik
yang baik (best practice) dalam penjaringan anggota Majelis Syuro yang
demokratis, tidak elitis, dan tidak buang-buang duit. Presiden PKS Anis Matta
pernah mengatakan bahwa, “Kalau dalam konvensi kandidatnya yang bertarung, kalau
di pemira PKS kandidatnya tidak bertarung, tetapi para kaderlah yang menentukan
siapa yang layak untuk menjadi anggota majelis syuro.” Selain ongkos politik yang tidak
terlalu mahal, soliditas internal partai juga akan lebih terjaga dengan adanya
pemira ini.
Presiden PKS, Anis Matta juga pernah menjelaskan bahwa sistem
dalam pemira itu memberikan kesempatan kepada kader yang memiliki dinamikanya
sendiri untuk menentukan siapa kira-kira figur penentu kebijakan partai politik
yang layak. Siapa pun yang nantinya diputuskan dan didukung oleh kader PKS
melalui pemira sebagai anggota Majelis Syuro, insyaAllah akan didukung penuh
oleh mesin partai.
Beberapa
pengamat dan akademisi, mengomentari langkah positif yang telah dibuat PKS ini.
Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro
memprediksi pergantian anggota Majelis Syuro di PKS dengan pemira ini tidak
akan diwarnai oleh konflik internal. Kemudian akademisi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung (FISIP Unila), Dr. Dedy Hermawan mengatakan, “Apa yang dilakukan PKS ini dapat
disebut sebagai best practice demokratisasi internal parpol yang layak menjadi teladan
bagi parpol-parpol lain.”