Sepak Bola, Kala Keyakinan Pemain - Kala Kemenangan Tim di Lapangan


Dalam acara Democrazy di MetroTV Minggu (19/12) yang lalu, politisi Budiman Sudjatmiko (PDIP) berkomentar bahwa tidak ada hubunganya antara keyakinan agama pemain dan kemampuan teknicalnya (ataupun kemenangan). Benar tidaknya pernyataan tersebut mari kita ulas di sini dengan lebih detail tentunya.

Pertandingan sepak bola adalah ajang yang merangkum segala aspek kehidupan manusia yaitu politik, ekonomi, hingga agama. Sepakbola memang tak mengenal batas, sepakbola mampu menyentuh manusia dalam hal yang paling pribadi, seperti kepercayaan mereka terhadap Tuhan. Ketika kemenangan begitu dicari di atas lapangan sepakbola, orang-orang membutuhkan sesuatu yang dapat mendorong mereka meraihnya. Ambisi, impian, tekad, dan semangat takkan lengkap jika tidak disertai keyakinan. Tak pelak, Piala Dunia yang digelar di Afrika Selatan tahun ini sudah seperti festival religi.

Pada 1986, Diego Maradona menggunakan tangannya untuk menciptakan gol ke gawang Peter Shilton pada pertandingan perempat-final Piala Dunia. Dengan santai kepada wartawan usai bertanding, Maradona mengaku gol yang dibuatnya berkat "setengah dari dirinya dan setengah lagi bantuan tangan Tuhan". Di Piala Dunia Afsel yang lalu, nuansa serupa masih lekat pada diri Maradona. Sebelum menghadapi Jerman, seorang bocah menghampirinya dan bertanya, "Apakah Argentina akan masuk final?". "Jangan khawatir nak, selama Tuhan mengizinkan, Argentina pasti masuk final. Dan memang Tuhan berkehendak Argentina masuk final," jawab Maradona dengan senyuman. Saat pertandingan, Maradona seolah menegaskan telah menggenggam keberpihakan Tuhan kepada timnya melalui seuntai rosario yang tak pernah lepas dari tangannya. Namun, Tuhan punya jawaban lain. Argentina akhirnya takluk empat gol tanpa balas dari Jerman.

Nuansa religius juga menaungi tetangga Argentina, Brasil. Ada empat pemain yang mewakili kelompok Kristen Evangelis di Selecao, yakni Lucio, Luisao, Felipe Melo, dan Kaka. Keyakinan Evangelis yang dianutnya telah mengubah tabiat Lucio jadi pemain yang lebih tenang. Bek berangasan itu bahkan didaulat pelatih Carlos Dunga menjadi kapten tim. Cerita Kaka lain lagi. Ketika Piala Dunia 2006 pelatih Carlos Alberto Parreira membebaskan para pemain Brasil berhubungan seks, Kaka paling depan menentangnya. Bagi Kaka, seks adalah sesuatu yang suci. Jika mencari sosok pemain yang paling religius di dunia sepakbola modern saat ini, tidak ada sosok paling tepat selain Kaka. Lihatlah gaya selebrasinya acap kali usai mencetak gol. Dua tangan Kaka menunjuk ke arah langit dan sambil mendongakkan kepala, mulutnya menggumamkan doa syukur. Tren selebrasi ini banyak ditiru pemain lain, misalnya Clint Dempsey yang merayakan golnya ke gawang Inggris di Piala Dunia yang lalu.

Menurut Bradley Onishi, kandidat doktor Studi Agama di Universitas California Santa Barbara, Piala Dunia tak ubahnya seperti kebangkitan religius. "Piala Dunia adalah tentang politik, ekonomi, agama, harapan, cinta, ketakutan, kedamaian, kekerasan, kebencian, atau perubahan. Seperti sesuatu yang disakralkan, Piala Dunia memiliki hubungan dengan keseimbangan paradoksial antara kesadaran transedensial manusia dan keberadaan Tuhan." "Kalau Piala Dunia bukan tentang agama, tampaknya banyak fenomena di Piala Dunia yang menjelaskan kalau ada sesuatu dalam sepakbola yang dianggap bersifat religius dan disakralkan."

Tak perlu heran kalau menyaksikan pemandangan yang terjadi sebelum pertandingan pembukaan Piala Dunia bulan lalu. Para pemain Afrika Selatan berangkulan membentuk lingkaran besar dan Steven Pienaar berlutut di tengah-tengah. Mereka sedang berdoa dan menyatukan kehendak untuk meraih hasil terbaik dalam pertandingan melawan Meksiko. Seperti halnya yang dilakukan para pemain Ghana sebelum babak adu penalti babak perempat-final melawan Uruguay. Untuk menenangkan hati dalam babak penentuan itu, John Pantsil maju ke tengah-tengah lingkaran dan mengucapkan doa. Untuk membantu dirinya fokus, pengatur serangan Jerman Mesut Oezil mengaku membaca Al-Quran sebelum pertandingan. "Saya selalu melakukannya sebelum bertanding. Saya berdoa dan rekan-rekan setim tahu mereka tak bisa mengajak saya mengobrol untuk sejenak," ungkapnya kepada Der Tagesspiegel. Jangan heran pula ketika masyarakat dunia Arab ramai-ramai memanjatkan doa untuk penampilan baik Aljazair, satu-satunya wakil Arab di Piala Dunia, saat menghadapi lawan-lawannya di turnamen. Sentimen dukungan memuncak saat Aljazair menghadapi Amerika Serikat, lawan yang secara politik dan ekonomi dianggap sangat menghegemoni wilayah Timur Tengah, terutama pasca-invasi Irak. Begitu juga ketika Paus Benediktus memanjatkan doa untuk negaranya, Jerman, sebelum turnamen dimulai. Ketika mengetahui Jerman dikalahkan Spanyol di semi-final, Paus Benediktus tetap bahagia dengan keberhasilan Spanyol, yang memiliki akar Katolik yang kental, seperti halnya negara asalnya.

Ketika final kejuaran sepak bola digelar, bukan tidak mungkin tim juaranya adalah mereka yang memiliki keyakinan menang paling kuat. Keyakinan adalah sesuatu yang dapat mendorong pemain secara indvidual untuk mewujudkan impiannya.
Dalam tim Barcelona, ada Yaya Toure asal Prancis yang dalam Eurosport 2005, Toure dinobatkan sebagai pemain sepak bola muda yang paling menjanjikan di dunia. Sejak pertama bergabung dengan Klub Barcelona, Toure tidak menyembunyikan agama yang dianutnya. Ia menyatakan tidak ada kontradiksi antara menjadi pemain sepakbola yang sukses dengan menjadi seorang Muslim yang taat. Tim sepak bola Sevilla, yang juga merupakan salah satu tim di La Liga Spanyol, mempunyai cerita sendiri tentang kemenangan yang diperoleh justru ketika bintang mereka yang beragama Islam tetap berpuasa saat bertanding. Adalah Frederick Kanoute tahun lalu tetap yakin dan berusaha puasa di bulan Ramadhan. Justru karena berpuasa itu, Kanoute mendapat support luar biasa dari para penggemarnya, dan dia ternyata mampu bermain bagus dalam kompetisi. Pelatih tim Sevilla mengaku tak mau berdiskusi lagi tentang kuatnya Kanoute dalam menjalankan kewajiban agamanya. Kanoute bahkan diketahui sering mendirikan shalat di ruang ganti pakaian, saat jeda pertandingan.
Saat sejumlah orang menggugat sikapnya yang tetap berpuasa dalam pertandingan, dalam sebuah konferensi pers ia menjawab tegas, “Siapa yang tidak mengetahui ajaran Islam, tidak akan tahu bahwa puasa memberi kekuatan, dan bukan kelemahan. “ Setelah itu, tak ada lagi pihak yang mengkritisi Kanouti soal komitmennya menjalankan Islam.

Pemain asal Perancis yang beberapa kali terpilih sebagai pemain terbaik dunia yang berhasil membawa negara itu memboyong World Cup untuk pertama dan bahkan nyaris kedua kalinya, Zinedine Zidane, adalah pemain muslim yang paling fenomenal. Ketaatannya sebagai Muslim tidak perlu diragukan. Setiap Ramadhan, dijalani dengan usaha bersungguh-sungguh menjalankan puasa dan mengisinya dengan berbagai amalan sunnah, seperti membaca Al-Qur an dan shalat tarawih, sesibuk apapun aktivitasnya. Terlepas dari insiden tandukan perpisahan yang diawali teriakan provokasi pemain Italia, Zidane adalah Bapak Para Yatim yang selalu menyantuni orang miskin.
Beberapa pemain sepak bola yang muslim masih terlihat megang teguh syariat Islam. Beberapa contohnya adalah

– Phillipe Troussier : Mantan pemain Perancis yang terkenal, juga pelatih tim Nasional jepang. Hidup di Maroko. merubah namanya menjadi Umar, dengan istri yang bernama dominique yang berubah menjadi aminah (setelah menjadi Muslimah). mengadopsi 2 anak Maroko.
– Frederic Kanoute : sempat menolak memakai kostum klub yang disponsori rumah judi bahkan hingga ditutupi.
– Rami Shaaban : mengaku hidup dengan panduan Al Quran. Kiper timnas Swedia ini senantiasa melafalkan beberapa ayat sebelum bertanding.
– Kolo Toure : merasa sebagai seorang muslim dia harus menghormati orang lain. Kesuksesan dirinya selalu disebutnya berkat doanya kepada Allah.
– Frank Ribery : mengakui bahwa Islam adalah sumber kekuatannnya di dalam dan di luar lapangan. Terutama ketika ia sempat mengalami masa sulit dalam karir dan ia menemukan Islam yang memberi kedamaian.

Hidup di tengah glamornya industri sepakbola, banyak pesepakbola muslim di Eropa yang tetap beribadah. Mereka juga hidup sesuai dengan ajaran Islam, hal itu menjadi kunci rahasia kenapa jarang pesepakbola Muslim yang disorot kehidupan pribadinya bermasalah. Itu juga yang membuat permainan mereka cenderung stabil dan emosi di lapangan senantiasa terjaga.

Hal inilah juga mungkin menjadi alasan bagi Hassan Shehata, pelatih timnas Mesir yang hanya mau memilih pemain yang taat beribadah dan rajin salat. Shehata dengan terang-terangan menyatakan bahwa dirinya lebih menomorsatukan soal ibadah ketimbang kemampuan seorang pemain. "Tanpa hal itu, kami tak pernah menyeleksi pemain, sebagus apa pun potensinya. Saya selalu dengan tegas menyatakan bahwa mereka yang memakai jersey Mesir harus memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan," ujarnya.

Pengalaman ini pun pernah terjadi pada Ahmed "Mido" Hossam. Mido yang terkenal suka berpesta harus menerima kenyataan dilupakan oleh Shehata. Eks penyerang Tottenham Hotspur yang kini merumput di klub lokal Mesir, El Zamalek, itu tak begitu senang dengan keputusan Shehata. Contoh lainnya dialami oleh Mohammed Zidan. Bintang Mesir yang bermain untuk Borussia Dortmund pun sampai diminta lebih sering salat oleh Shehata jika ingin masuk timnas. "Saya tak suka kebiasaannya yang suka menyendiri dan tak berbaur dengan yang lain. Saya meyakinkannya mengenai salat dan betapa pentingnya hal itu. Sejak saat itu ia jadi rajin salat," tandas Shehata.