Jumlah Penduduk Miskin Jakarta Mengalami Penurunan ?
Kompas.com hari ini (15/12) memberitakan bahwa Wagub DKI Jakarta Bpk. Prijanto mengatakan bahwa jumlah penduduk miskin di Jakarta mengalami penurunan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) DKI pada 2007 jumlah rumah tangga sasaran (RTS) / penduduk miskin mencapai 4,48 persen, 2008 jumlahnya turun menjadi 4,29 persen, 2009 turun menjadi 3,62 persen dan pada 2010 kembali turun menjadi 3,48 persen.
Tahun 2008 sebanyak 379.6 ribu orang (4,29 persen)
Tahun 2009 sebanyak 323,17 ribu orang (3,62 persen)
Tahun 2010 sebanyak 312,18 ribu orang (3,48 persen).
Ada beberapa definisi tentang kemiskinan (keluarga miskin) itui sendiri, ada definisi berdasarkan pendekatan pedapatan dan pengeluaran, ada pendekatan berdasarkan definisi menurut BKKBN, serta ada definisi berdasarkan pendekatan kriteria penduduk miskin BPS. Karena data di atas diambil dari BPS, mari kita jabarkan pengertian kemiskinan berdasarkan pendekatan yang dilakukan BPS.
Untuk pendekatan BPS, terdapat 8 variabel yang dianggap layak dan operasional untuk penentuan rumah tangga miskin di lapangan. Skor 1 mengacu kepada sifat-sifat yang mencirikan kemiskinan dan skor 0 mengacu kepada sifat-sifat yang mencirikan ketidakmiskinan. Kedelapan variabel tersebut adalah:
1. Luas Lantai Perkapita :
<= 8 m2 (skor 1)
> 8 m2 (skor 0)
2. Jenis Lantai :
Tanah (skor 1)
Bukan Tanah (skor 0)
3. Air Minum/Ketersediaan Air Bersih :
Air hujan/sumur tidak terlindung (skor 1)
Ledeng/PAM/sumur terlindung (skor 0)
4. Jenis Jamban/WC :
Tidak Ada (skor 1)
Bersama/Sendiri (skor 0)
5. Kepemilikan Asset :
Tidak Punya Asset (skor 1)
Punya Asset (skor 0)
6. Pendapatan (total pendapatan per bulan) :
<= 350.000 (skor 1)
> 350.000 (skor 0)
7. Pengeluaran (persentase pengeluaran untuk makanan) :
80 persen + (skor 1)
< 80 persen (skor 0)
8. Konsumsi lauk pauk (daging, ikan, telur, ayam) :
Tidak ada/ada, tapi tidak bervariasi (skor 1)
Ada, bervariasi (skor 0)
Skor batas yang digunakan adalah 5 (lima) yang didasarkan atas modus total skor dari
domain rumah tangga miskin secara konseptual. Dengan demikian apabila suatu rumah tangga mempunyai minimal 5 (lima) ciri miskin maka rumah tangga tersebut digolongkan sebagai rumah tangga miskin.
Secara umum perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia dengan periode 1996 - 2008 tidak jauh berbeda, hal tersebut dapat dilihat dari grafik di bawah ini.
Saat ini masih terdapat RTS/ penduduk miskin di Kepulauan Seribu 12,66 persen, Jakarta Utara 5,3 persen, Jakarta Pusat 3,68 persen, Jakarta Selatan 3,52 persen, Jakarta Barat 3,44 persen, dan Jakarta Timur 3,42 persen.
Sementara itu, untuk daerah Jakarta Selatan berdasar data BPS jumlah penduduk miskin belum banyak berubah, yakni dari 11.377 jiwa pada 2005, lalu turun menjadi 10.061 pada 2008. Berdasar data BPS tahun 2008 terlihat masih terdapat 72 RW dari total 577 RW yang tercatat masih merupakan permukiman kumuh (data th. 2004 terdapat 95 RW Kumuh). Salah satu penyebab kemiskinan adalah laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dan tidak diimbangi penyediaan fasilitas publik yang memadai sehingga SDM tidak berkualitas dan menimbulkan beban ketergantungan yang tinggi. Diharapkan 2012 seluruh RW kumuh sudah harus tuntas dibenahi dan hasilnya dapat dinikmati dan dirasakan masyarakat. Agar upaya tersebut dapat mencapai sasaran perlu adanya perluasan kesempatan seluas-luasnya dalam pemenuhan hak-hak dasar dan peningkatan taraf hidup secara berkelanjutan, perlindungan sosial sebagai upaya mengurangi pengeluaran masyarakat miskin melalui pemberian subsidi dan bantuan dan Pemberdayaan masyarakat serta peningkatan ketrampilan sebagai upaya peningkatan pendapatan.
Tahun 2006 penyebaran jumlah penduduk miskin di kecamatan Pancoran adalah sebagai berikut,
Kelurahan Durentiga 109-114 jiwa
Keluarahan Pengadegan 79-85 jiwa
Kelurahan Cikoko 60-62 jiwa
Kelurahan Rawajati 51-55 jiwa
Kelurahan Pancoran 47-50 jiwa
Kelurahan Kalibata 34-35 jiwa.
Berdasarkan sensus BPS tahun 2010. Penduduk kecamatan Pancoran saat ini total mencapai 147.509 jiwa dengan rincian laki-laki 74.345 perempuan 73.164 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk di kecamatan Pancoran adalah 0,74 (74 persen).
Tahun 2008 sebanyak 379.6 ribu orang (4,29 persen)
Tahun 2009 sebanyak 323,17 ribu orang (3,62 persen)
Tahun 2010 sebanyak 312,18 ribu orang (3,48 persen).
Ada beberapa definisi tentang kemiskinan (keluarga miskin) itui sendiri, ada definisi berdasarkan pendekatan pedapatan dan pengeluaran, ada pendekatan berdasarkan definisi menurut BKKBN, serta ada definisi berdasarkan pendekatan kriteria penduduk miskin BPS. Karena data di atas diambil dari BPS, mari kita jabarkan pengertian kemiskinan berdasarkan pendekatan yang dilakukan BPS.
Untuk pendekatan BPS, terdapat 8 variabel yang dianggap layak dan operasional untuk penentuan rumah tangga miskin di lapangan. Skor 1 mengacu kepada sifat-sifat yang mencirikan kemiskinan dan skor 0 mengacu kepada sifat-sifat yang mencirikan ketidakmiskinan. Kedelapan variabel tersebut adalah:
1. Luas Lantai Perkapita :
<= 8 m2 (skor 1)
> 8 m2 (skor 0)
2. Jenis Lantai :
Tanah (skor 1)
Bukan Tanah (skor 0)
3. Air Minum/Ketersediaan Air Bersih :
Air hujan/sumur tidak terlindung (skor 1)
Ledeng/PAM/sumur terlindung (skor 0)
4. Jenis Jamban/WC :
Tidak Ada (skor 1)
Bersama/Sendiri (skor 0)
5. Kepemilikan Asset :
Tidak Punya Asset (skor 1)
Punya Asset (skor 0)
6. Pendapatan (total pendapatan per bulan) :
<= 350.000 (skor 1)
> 350.000 (skor 0)
7. Pengeluaran (persentase pengeluaran untuk makanan) :
80 persen + (skor 1)
< 80 persen (skor 0)
8. Konsumsi lauk pauk (daging, ikan, telur, ayam) :
Tidak ada/ada, tapi tidak bervariasi (skor 1)
Ada, bervariasi (skor 0)
Skor batas yang digunakan adalah 5 (lima) yang didasarkan atas modus total skor dari
domain rumah tangga miskin secara konseptual. Dengan demikian apabila suatu rumah tangga mempunyai minimal 5 (lima) ciri miskin maka rumah tangga tersebut digolongkan sebagai rumah tangga miskin.
Secara umum perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia dengan periode 1996 - 2008 tidak jauh berbeda, hal tersebut dapat dilihat dari grafik di bawah ini.
Saat ini masih terdapat RTS/ penduduk miskin di Kepulauan Seribu 12,66 persen, Jakarta Utara 5,3 persen, Jakarta Pusat 3,68 persen, Jakarta Selatan 3,52 persen, Jakarta Barat 3,44 persen, dan Jakarta Timur 3,42 persen.
Sementara itu, untuk daerah Jakarta Selatan berdasar data BPS jumlah penduduk miskin belum banyak berubah, yakni dari 11.377 jiwa pada 2005, lalu turun menjadi 10.061 pada 2008. Berdasar data BPS tahun 2008 terlihat masih terdapat 72 RW dari total 577 RW yang tercatat masih merupakan permukiman kumuh (data th. 2004 terdapat 95 RW Kumuh). Salah satu penyebab kemiskinan adalah laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dan tidak diimbangi penyediaan fasilitas publik yang memadai sehingga SDM tidak berkualitas dan menimbulkan beban ketergantungan yang tinggi. Diharapkan 2012 seluruh RW kumuh sudah harus tuntas dibenahi dan hasilnya dapat dinikmati dan dirasakan masyarakat. Agar upaya tersebut dapat mencapai sasaran perlu adanya perluasan kesempatan seluas-luasnya dalam pemenuhan hak-hak dasar dan peningkatan taraf hidup secara berkelanjutan, perlindungan sosial sebagai upaya mengurangi pengeluaran masyarakat miskin melalui pemberian subsidi dan bantuan dan Pemberdayaan masyarakat serta peningkatan ketrampilan sebagai upaya peningkatan pendapatan.
Tahun 2006 penyebaran jumlah penduduk miskin di kecamatan Pancoran adalah sebagai berikut,
Kelurahan Durentiga 109-114 jiwa
Keluarahan Pengadegan 79-85 jiwa
Kelurahan Cikoko 60-62 jiwa
Kelurahan Rawajati 51-55 jiwa
Kelurahan Pancoran 47-50 jiwa
Kelurahan Kalibata 34-35 jiwa.
Berdasarkan sensus BPS tahun 2010. Penduduk kecamatan Pancoran saat ini total mencapai 147.509 jiwa dengan rincian laki-laki 74.345 perempuan 73.164 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk di kecamatan Pancoran adalah 0,74 (74 persen).