Caleg PKS : Ayo Lakukan Kampanye yang Positif Saja
Oleh Prima Kumara
Caleg DPRD DKI
nomor 5 dari PKS
(Dapil : Pancoran,
Tebet, Mampang, Pasar minggu, Jagakarsa) |
Dalam kampanye, para politisi kadang tidak segan dan tidak malu untuk melakukan negative campaign maupun black campaign,
cara-cara tersebut merupakan kampanye dan pencitraan yang kotor. Ciri
khas utamanya adalah politisi tersebut mengedepankan cara-cara curang
dan mengedepankan tipuan-tipuan.
Dalam dunia perkampanyean barat, negative campaign sama sekali
tidak dilarang, malah justru dianjurkan (Mark, 2006). Tetapi untuk
politik Islam yang juga selaras dengan nilai-nilai budaya ketimuran
(Indonesia), hal ini sangatlah bertentangan dan sangat tidak boleh
digunakan.
Melakukan berbagai upaya fitnah untuk menjatuhkan lawan politik dengan
berbagai macam cara yang dilarang, adalah tidak boleh dilakukan.
Kampanye negatif datang dengan berbagai cara, antara lain melalui
layanan pesan singkat (SMS), selebaran, surat elektronik, atau rekaan
video cabul dan lain-lainnya.
Kampanye negatif bukanlah suatu fenomena baru. Selama dekade terakhir,
kampanye negatif telah menyebar dari AS ke berbagai tempat lain di
seluruh dunia. Evaluasi terhadap kampanye-kampanye yang ada menunjukkan
bahwa hanya 10 persen dari seluruh kampanye politik yang bernilai
positif, sisanya adalah iklan negatif. Baik kaum Demokrat dan maupun non
Demokrat di AS menggambarkan kampanye yang terjadi di sana adala,
“Lingkungan kampanye yang paling beracun yang ada dalam ingatan kita”
(The International Herald Tribune, IHT 28/09/2006).
Kampanye pencitraan politik adalah peristiwa yang menarik bukan hanya
bagi media namun juga untuk para pengamat politik dan pelaku-pelaku
politik. Aktivitas politik telah melahirkan gelombang baru cara
berkampanye yang negatif. Di Amerika Serikat, Partai Demokrat maupun
lawannya sangat sering menggunakan teknik tersebut. Berbagai kelemahan
lawan menjadi alasan bagi kampanye yang agresif oleh kaum demokrat
dengan kekuatan setara.
Berapa Biaya untuk Kampanye Negatif?
Banyak sekali sumberdaya yang dikerahkan untuk jenis kampanye negatif,
bukan hanya uang untuk memproduksi dan membayar kampanye itu sendiri,
namun juga riset panjang tentang dan investigasi terhadap kehidupan
pribadi para kandidat untuk mengungkap fakta-fakta memalukan tentang
riwayat pekerjaan dan semakin banyak pula tentang riwayat pribadi
mereka.
Tujuan utama dari kampanye negatif tersebut adalah untuk menggambarkan
para penantang dalam gambaran yang paling buruk sehingga pemilih mau
tidak mau terpaksa memilih kandidat “yang lain”. Dengan harapan
mengalihkan perhatian dari kegagalan lawan politik, para kandidat
melancarkan serangan pribadi kepada saingan-saingan mereka. Kampanye
negatif mungkin sangat menarik perhatian pemilih, tetapi apakah
perolehan suara sang kandidat yang melakukan kampanye negatif memang
meningkat? Jawabnya adalah belum tentu dan justru banyak yang semakin
menurun elektabilitasnya.
Kenyataan bahwa begitu banyak uang yang dihabiskan untuk kampanye
negatif merupakan indikasi bahwa mestinya ada bukti kuat bahwa hal itu
bisa menambah suara. Para manajer kampanye dan konsultan mendasarkan
kampanye negatif mereka pada keyakinan yang dipegang banyak orang bahwa
kampanye politik negatif lebih meninggalkan kesan kepada para pemilih
daripada yang positif.
Para perencana ingin menangkap arus sinisme pemilih untuk tujuan-tujuan
mereka. Selain itu juga untuk memuaskan ekspektasi pemilih yang memang
rendah, dimana mereka berharap yang terburuk ada dari para politisi.
Para pemilih dalam beberapa hal siap untuk menerima hal-hal yang negatif
tentang politisi daripada yang positif.
Resiko Kampanye Negatif
Namun strategi tersebut mengandung resiko, diantaranya beberapa pemilih
akan bereaksi secara negatif kepada kandidat yang dianggap
menjelek-jelekkan kandidat lain secara tidak fair. Argumentasi kebebasan
berbicara dalam sebuah masyarakat bebas seringkali dikutip untuk
menghalalkan serangan tidak sopan seperti yang dilakukan dalam
kampanye-kampanye negatif.
Terlebih lagi jika kampanye politik yang berbohong atau menipu tidak
dianggap melanggar hukum. Perbedaan yang tipis antara kritik yang sah
dengan penghinaan kasar seringkali sulit untuk dijaga. Hari pemilu akan
membuktikan apakah para pendukung kampanye negatif benar atau tidak.
Di Jerman, jenis kampanye negatif sejauh ini tidak terlalu berperan
karena hal ini sangat berlawanan dengan persepsi warga sendiri. Banyak
orang di Amerika pun muak dengan kampanye politik yang tiada hentinya di
TV. Rakyat sudah tidak lagi tertarik pada pemerintah dan politik,
mereka memandang para elit pemerintah sebagai orang-orang yang jauh,
tidak responsif dan tidak efektif.
Oleh karena itu, kampanye negatif mungkin lebih merupakan indikator
membusuknya suatu sistem politik dimana apatisme, kekecewaan dan
hilangnya minat pemilih terhadap politik begitu besar. Biasanya kampanye
– kampanye negatif seperti itu akan mereda sendiri karena memang tidak
benar dan tidak ada faktanya.
Hasil Kampanye Nagatif
Dengan merujuk kepada hasil riset Richard R. Lau, Lee Sigelman, dan Ivy
Rovner yang dimuat dalam Jurnal Politik (The Journal of Politics, Vol.
69, No. 4, November 2007), dengan judul “The Effects of Negative
Political Campaigns: A Meta-Analytic Reassessment”.
Richard mengkaji seratusan penelitian ilmiah tentang kampanye negatif
ini dalam kurun waktu 20 tahun terakhir di Amerika. Hasil kajian mereka
menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang meyakinkan tentang kampanye
politik model negatif merupakan alat yang efektif sebagai alat
pemenangan suara, walau kampanye negatif cenderung lebih mudah diingat
dan menstimulasi pemahaman tentang kampanye.
Selain itu, ada juga riset Deborah Brooks yang termuat dalam tulisannya
“The Resilient Voter: Moving Toward Closure in the Debate over Negative
Campaigning and Turnout” dalam Journal of Politics 68 (August, 2006).
Dia meneliti 186 berita dan artikel surat kabar dan majalah yang
menghubungkan dampak kampanye negatif dan tingkat partisipasi pemilih
dari tahun 2000 sampai 2005. Brook melaporkan bahwa 65 persen artikel
yang negatif tersebut memberi kontribusi dalam menekan jumlah kedatangan
pemilih, sementara hanya 6% saja yang sebaliknya meningkatkan
kedatangan mencoblos lebih banyak.
Mencermati riset-riset berita ini tampaknya model kampanye negatif ini
dapat menjadi blunder bagi politisi-politisi yang gemar bermain api.
Sebagaimana Brook dan Richard yang membuktikan bahwa kampanye negatif
ini lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya.
Oleh karenanya insan politik Indonesia sudah seharusnya sadar bahwa
model-model kampanye negatif tersebut memang sudah sepatutnya dijauhi.
Untuk menanggapi isu kampanye negatif maka partai politik harus tetap
berfokus pada penyampaian visi, misi, dan program aksi partai politik
yang pro rakyat. Selaras dengan itu lakukan pelurusan isu dengan
strategi utama, bukan menjawab dengan serangan baru tetapi jawablah
dengan kerja yang nyata untuk bangsa ini.
dimuat di OkeZone : http://myzone.okezone.com/content/read/2014/03/23/12716/ayo-lakukan-kampanye-yang-positif-saja