Lex Aku PKS … Koen Kate Lapo !!!
Melihat keberadaan PKS dalam konteks demokrasi kita
memang menarik untuk selalu mengumbarnya dalam pemberitaan. Para pengamat
politik mengidentifikasi PKS dengan sebutan kaum Islamist democrat (Demokrat
Islamis), yakni kelompok Islam yang menjalankan demokrasi, setidaknya
demokrasi electoral namun mereka tetap memperteguh identitas dan agenda-agenda
Islam ke dalam kehidupan publik.
Jika melihat, mendengar dan
membaca opini di media cetak maupun elektronik tentang PKS, sering tampak
fitnahan yang berlebihan, selalu ada sisi jelek menjadi materi untuk
menjatuhkan partai ini. Tapi harus diingat, tahun ini adalah tahun politik, dimana
rasa kekecewaan memang harus diumbar agar citra suatu partai jatuh bak terjun
bebas.
Sebaik apapun kegiatan
dilakukan, sehebat apapun peran para kader PKS berkontribusi bagi masyarakat,
secantik apapun akhlak yang ditunjukkan, maka hater akan selalu melihat
dengan kacamata negatif, bahkan terlontar pula bahwa apapun yang PKS programkan
harus diberitakan bahwa itu adalah pencitraan dan tak bermanfaat.
Panggung politik adalah
medan perang. Sejarah pertumbuhan PKS juga diwarnai berbagai serangan, demarketting,
black campaign, dan fitnah. Baik yang datang dari kekuatan asing, rival
sesama parpol, maupun dari kelompok yang secara ideologis berseberangan dengan
ideologi Islam yang dibawa PKS. Sebuah Parpol misalnya sudah lama memberi warning
para fungsionarisnya tentang potensi ancaman dari PKS terhadap eksistensi
mereka sebagai partai tua. Serangan yang paling kuat dan konstan biasanya
datang dari aktivis liberal dan sekularis yang menganggap ideologi yang dibawa
PKS mengancam eksistensi ideologi mereka.
Aktivis liberal dan kaum
sekuler di Indonesia sepertinya tak pernah berhenti melancarkan serangan kepada
PKS ini. Isu yang paling banyak dilemparkan adalah bahwa PKS adalah partai yang
eksklusif, Islam yang dibawa PKS adalah Islam yang tidak toleran dan tidak
inklusif, atau menuduh PKS sebagai partai yang tidak memiliki jiwa Indonesia
dan nasionalisme. Ada lagi serangan dengan praktek poligami segelintir elit
PKS, ataupun isu bahwa PKS membawa hidden agenda akan menjadikan
Indonesia negara Islam.
Namun kader PKS menjawab
segala tuduhan ini dengan kerja, kerja dan kerja. Bahwa di lapangan para
aktivis mereka bisa bergaul dengan siapa saja, termasuk dengan mereka yang beda
agama sekalipun – tentu dengan tidak harus menggadaikan aqidah. Tentang
nasionalisme, PKS yakin darah mereka dan cinta mereka terhadap Indonesia sama
kuat dan merahnya dengan mereka para nasionalis sejati.
Kalangan liberal juga
menghantam ideologi transnasionalisme yang dibawa PKS, di mana kadang mereka
seperti lebih peduli dengan saudara-saudara muslim yang jauh, seperti
Palestina, dan mengabaikan saudara dekat yang juga butuh bantuan. Saya yakin
tuduhan seperti ini lebih didasari sentimen ideologi, karena membantu saudara
yang jauh tidak berarti melupakan saudara dekat. Jika pengkritik ini
benar-benar paham PKS, maka seharusnya mereka tahu bahwa kader PKS adalah di
antara kelompok yang hampir selalu ada bersama susah senangnya masyarakat. Para
kader mereka selalu siaga dalam setiap aksi bantuan pasca bencana, misalnya.
Anda bisa tanya kepada rakyat Aceh saat tsunami, siapa di antara kelompok
pertama dan terakhir (yang paling lama bertahan) dalam membantu korban saat
tragedi tsunami tahun 2004 lalu. Pada bencana banjir 2014 lalu, kader – kader PKS
juga berjibaku bersama komponen yang lain menolong para korban banjir.
Banyak sekali suara
sumbang yang meragukan eksistensi dan keberlangsungan PKS di masa datang,
terutama datang dari aktivis liberal dan beberapa kalangan kritis rasional yang
menguasai sosial media. Bentuk sentimen dan sinisme para oposan ini bisa dengan
mudah anda lacak di berbagai jaring socmed atau di situs berita online. Jika
kelompok pertama membenci PKS karena alasan ideologis, kelompok kedua adalah
mereka yang kecewa dengan beberapa fakta media terkait PKS yang mungkin masih
bisa diperdebatkan.
Wahai haters,
sebenarnya maumu apa!? Menginginkan PKS dibubarkan. Sorry dorry ya, kami
belum bisa memenuhi keinginan kalian karena kami tidak ingin membunuh kreativitas anak muda untuk bekerja,
beramal, mengubah dan memperbaiki bangsa dan negeri ini.
Herannya…!!! Kebencian
dan kekecewaan cenderung berlaku pada PKS saja. Sedangkan dengan partai-partai
lain sangat jarang ada kata kekecewaan walaupun partai merah, kuning, biru,
maupun putih memiliki kebobrokan nyata di tengah masyarakat. Apakah
kalian menginginkan PKS duduk manis dan tidak perlu ikut serta dalam kancang
politik bangsa ini? Apakah kalian menginginkan PKS berpangku tangan saja tanpa pernah berkontribusi di tengah
masyarakat? Atau kalian berkeinginan PKS cukup memperhatikan agama saja?
Namun sepertinya bagi
kader PKS, cacian dilontarkan dan ditujukkan kepadanya, tidak akan pernah
mengendor niat baik mereka untuk berkontribusi di tengah masyarakat. Walaupun
kontribusi belum besar dan belum terlihat hasilnya. Bahkan mereka pun tak butuh
sanjungan dan tepuk tangan manusia.
PKS tetap setia dengan
landasan dakwah, walaupun gelombang kritik, cemooh dan kekecewaan semakin
berfluktuatif. Biarlah PKS memaknai kekecewaan tersebut sebagai hal wajar dalam
era berdemokrasi. Kekecewaan akan menginspirasi PKS bukan mencemasankan.
Moga kritik dan kekecewaan menumbuhkan bunga-bunga kedamaian dalam hati kami.
Sayang seribu sayang, teriakkan haters
hanya menjadi pepesan kosong saja, karena kader dan simpatisan PKS tetap
berkarya seperti tagline yang digaungkan PKS “Apapun Yang Terjadi Kami
Melayani” meskipun sepi dan tidak pernah dipublikasikan oleh media yang dikuasai
oleh partai-partai kaya, mereka tetap bekerja dengan cinta.
Mesin PKS terus saja bekerja dalam diam. Dengan
cara mereka, PKS tetap bisa meliuk dan menari di tengah badai. Para oposan PKS
mungkin bisa saja berteriak sampai ke langit di media sosial agar PKS mati,
namun jantung kaderisasi PKS terus berdenyut. Jutaan kader PKS terus bekerja
dan berkhidmat untuk negeri ini. PKS bukanlah partai malaikat, karenanya sangat
mungkin melakukan kekeliruan dan kesalahan baik di level individu maupun
komunitas. Lex Aku PKS … Koen
Kate Lapo !!!