Luthfi Hasan Ishaaq: Kami Membangun Kebersamaan


Republika, Rabu, 23 Februari 2011 pukul 12:02:00

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai Islam yang cukup memberi dinamika dalam panggung sosial-politik bangsa. Saat ini mereka sedang menggelar Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) PKS di Yogyakarta. Berikut petikan wawancara Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq dengan wartawan Republika Palupi Annisa Auliani, terkait dengan kegiatan mukernas maupun sikap dan pandangan PKS.

Apa yang juga akan diangkat di Mukernas PKS di Yogyakarta?
Pokok bahasannya ada dua. Koordinasi nasional dengan agenda program baru yang sudah dicanangkan dan akan disahkan. Kemudian masalah AD/ART, penyelarasan sesuai UU Parpol yang baru, lalu memastikan seluruh kota dan kabupaten telah mempersiapkan diri dengan pola manajemen dan struktur baru untuk mencapai apa yang sudah diputuskan di munas.

Mata rantainya itu kemarin munas. Kami menyepakati pokok pikiran dan prinsip-pinsip yang perlu disosialisasi setelah selesai munas. Kami merancang, mendesain organisasi, menata, dan menyusun tim kerja untuk mencapai apa yang sudah diputuskan di munas. Nah, setelah semuanya sudah dilakukan, sekarang ini semacam verifikasi untuk memastikan bahwa semuanya sudah on track dan semua sudah siap untuk take off.

Apakah dengan ideologi Islam PKS yakin bisa mencapai target tiga besar di 2014?
Ideologi bukan satu-satunya faktor yang mendorong seseorang memilih sebuah partai. Ada faktor lain yang menjadi alasan. PKS me-maintain faktor lain itu juga untuk menarik orang untuk memilih. (Faktor selain ideologi itu, misalnya) kompetensi.

Selama ini, pendekatan partai kepada konstituen cenderung konvensional, di basis massanya, misalnya. Belum menyentuh yang lain. Padahal, justru 'yang lain' itu pangsa terbesar. Ada langkah yang diambil untuk mempolakan eksistensi PKS. Pola sosialisasi harus dikembangkan.

PKS melihat Indonesia ke depan harusnya seperti apa dan di mana posisi PKS?
Landasan negara kita kan semua sudah jelas, sistem politik yang kita anut juga sudah jelas. Yang harus dilengkapi sekarang atau ke depan adalah bagaimana meningkatkan pendayagunaan seluruh aset yang kita miliki, sehingga masyarakat kita bisa lebih bermartabat, sejahtera, terfasilitasi, potensi yang mereka punya, dan seluruh warga kita bisa memiliki kompetisi tinggi dengan bangsa lain.

Jumlah penduduk kita sekarang Kan 230-an juta (orang). Faktanya, tingkat kesejahteraan mereka kalau diukur dengan standar PBB masih terlalu banyak yang berada di bawah garis kemiskinan. Faktanya, lahan kita dan laut kita masih terlalu banyak yang belum tereksplorasi. Negeri kita sangat kaya, namun belum terolah. Semua yang kita lihat, yang mengolah aset kita, masih banyak melibatkan/mendatangkan orang lain dari negara lain.

Di negara lain, polanya tak seperti yang dikembangkan di sini. Tak usah jauh-jauh. Penerbangan lokal yang dekat-dekat, pilotnya banyak yang orang asing. Kenapa itu? Belum lagi yang mengeksplorasi tambang kita. Perlu ada yang memberikan perhatian khusus bahwa sesungguhnya penduduk kita bisa lebih baik dari negara lain, karena penduduk kita juga lebih banyak. Bahwa bangsa kita bisa lebih baik dari yang lain. Fokusnya adalah optimalisasi sumber daya manusia dan sumber daya alam untuk bisa meningkatkan kesejahteraan kita dan meningkatkan martabat bangsa kita, sudah tentu dengan keislaman mereka. Kurang lebih begitu.


Harus menang pemilu dulu untuk mewujudkan idealisme itu?
Tidak harus. Meski kami belum menang, kami tetap mengontrol dan mendorong ke sana. (Ini) karena dasar berpikirnya semua sudah ada. Cuma implementasinya belum optimal. Kami mendorong, tatkala PKS dipercaya masyarakat untuk bisa menjadi mayoritas, kami akan lebih leluasa menatanya. Tapi kalau belum pun, kami tetap bekerja, tetap mendorong untuk bisa mendekati apa yang kami harapkan.

Banyak yang memperkirakan PKS hanya akan menggunakan orang-orangnya sendiri jika mendapat amanah kekuasaan. Apakah begitu?
Menurut kami, kualifikasi yang kami canangkan, seperti profesionalisme, ada di mana-mana. Tinggal dilengkapi dengan sikap yang peduli dan bersih. Dengan demikian, mereka otomatis bisa kami libatkan untuk sama-sama mengolah capaian-capaian PKS.

Jadi bukan pe-de (percaya diri-Red) dalam artian kami ingin segalanya dijalankan sendiri. Bangsa ini besar. Kreativitas dan inovasi yang ditunjukkan oleh bangsa kita juga sudah cukup menonjol. Jadi tentu kita tidak kekurangan SDM, baik dari partai lain maupun dari nonpartisan.

PKS-lah yang mempersiapkan diri memfasilitasi mereka. Jadi (PKS) bukan mau sendirian. Kebersamaan tetap akan kami bangun. Sebagai partai terbuka, PKS bertumpu pada jargon bersih, peduli, dan profesional. Profesional juga dimiliki orang lain. Selama beririsan soal bersih dan peduli, mengapa tidak titip soal profesionalitas (pada orang lain itu) dengan dukungan gerbong kami.

Bagaimana posisi yang harusnya diambil partai Islam ke depan?
Dilihat dari sisi ajaran, Islam memiliki ajaran yang universal, komprehensif, dan integral. Tapi di sisi lain, fakta di lapangan menunjukkan umat Islam sekarang mengambil semua bidang studi yang mereka minati, sehingga mereka perlu mengaktualisasikan diri. Kami tak mengecilkan bidang studi yang sudah mereka ambil, apa pun background pendidikannya, tinggal kami mengantarkan agar mereka bisa mengaktualisasikan diri di masyarakat, bersama-sama dengan PKS membangun negeri.

Sehingga dari sisi nilai, kami sudah punya landasan (ideologi). Dari sisi fakta lapangan, jurusan apa yang tak dimasuki orang Islam sekarang. Inilah yang harus kita jadikan tulang punggung untuk membesarkan, mengelola seluruh capaian yang akan diraih melalui perjuangan politik. Yang mengisi adalah mereka.

Dari kacamata PKS, apa sebenarnya persoalan mendasar dari tata kelola negara sehingga belum menyejahterakan rakyatnya ?
Tataran implementasinya. Kalau secara konseptual, rata-rata sudah cukup bagus. Tataran implementasi, terlalu banyak orang yang menyodorkan diri untuk menjadi mitra pemerintah dengan segala argumentasinya. Kita hanya menunggu siapa yang menyodorkan diri untuk menjadi mitra pemerintah. Kita belum menggali, tidak proaktif menggali, mengeksplor potensi warga dan bangsa kita. Kalau kita pasif, pasti akan selalu orang yang itu lagi itu lagi.

Kedua, kalau memang ada beberapa hal yang kita memang belum memiliki kemampuan dan masih mengandalkan bangsa lain. OK. Tapi, sampai kapan?
Tidakkah kita harus menyiapkan anak negeri kita sendiri? Pada saatnya kita harus bisa mandiri di segala hal. Memang kita tak bisa terputus, tak bisa melepaskan diri dari bangsa lain, tapi bukan berarti kita tidak boleh memahami dan menguasai apa yang mereka pahami dan apa yang mereka kuasai.

Jadi harus ada free competition. Jadi bukan dalam rangka menyingkirkan orang asing atau kita jauhkan mereka. Tapi, bagaimana agar bangsa kita memiliki kompetensi yang tak kalah dari mereka. Sehingga, kita selalu memiliki pilihan, ada warga kita dan ada orang mereka. Jadi, seluruh kompetensi yang warga kita mampu itu bisa dijadikan alternatif.

Apa yang membuat potensi sumber daya manusia tidak tergali secara optimal?
Mungkin karena kebijakan keuangan kita. Dan mungkin blueprint pembangunan negeri kita ke depan. Orang lain berusaha untuk seluruh sektor pembangunan di negerinya ditutup SDM dalam negeri dan bisa memproduksi sendiri.

Dari sisi ekonomi, mungkin lebih praktis dan simpel ketika membeli. Tapi untuk jangka panjang, produk strategis tetap harus dikembangkan dan oleh anak negeri sendiri. Kepentingan antara jangka pendek, menengah, dan panjang yang harus dibaca sedemikian rupa. Sehingga masing-masing ada track yang bisa diestafetkan untuk perjuangan bangsa kita. Tak boleh seluruhnya mengandalkan produk luar negeri tanpa mengembangkan industri kita.

Contohnya seperti industri dirgantara. Industri strategis yang ambruk. Tidak semestinya (hal itu terjadi-Red). Kalau masalah keuangan, saya rasa terlalu banyak yang mau biayai industri strategis kita. Kalau masalahnya manajemen, terlalu banyak ahli manajemen yang bisa mengelola.

Saya sudah berkunjung ke industri strategis kita. Mereka punya orang-orang yang kuat. Masalahnya di political will kita. Sekarang sudah mulai ada political will untuk menghidupkan kembali industri strategis kita.

Terus industri terapan (juga perlu diperhatikan lebih serius). Kita negeri pertanian, kelautan. Tapi, produk dalam negeri apa yang bisa mendukung petani dan nelayan kita dalam mengelola lahan yang harus mereka garap. Kalau kita lihat peralatan nelayan kita, dari sejak saya lahir, tidak ada yang signifikan (berubah). Nelayan kita masih menangkap ikan dengan cara sederhana, tradisional. Kalau ada yang baru, pasti impor.

Apa yang bisa dilakukan melalui pembenahan sistem politik?
Kalau kami menganggap, kepemimpinan kita dari kepala negara, menteri, gubernur, kepala daerah, sampai lurah adalah pemimpin. Sekarang sistem sudah bagus, tinggal melalui public satisfaction, bagaimana mengorbitkan.

Bagaimana partai politik kita memandang orang-orang yang harus diorbitkan itu bukan hanya yang memiliki kemampuan untuk memenangkan pemilu atau pemilukada saja, tapi juga harus memiliki kompetensi tinggi juga. Mengombinasikan kemampuan pembiayaan untuk menang dengan kompetensi yang dimiliki, dengan komunikasi politik yang harus ditekuni. Dengan itu akan bisa terangkai dalam satu kesatuan, sehingga tokoh diorbitkan betul-betul tokoh yang mumpuni untuk membuat gebrakan baru.

Itu sudah terjadi di beberapa kepala daerah dengan inovasinya. Mereka bisa berbuat banyak, bahkan bisa go international. Beberapa, bahkan lurah, sudah banyak yang punya inovasi kreatif. Yang penting, atmosfer kreasi dan inovasi tetap dibuka.

Sekarang masalahnya adalah kendala KPK dan pemberantasan korupsi. Yang sering kali dikaitkan dengan kompetisi politik. Ini pun juga jadi kendala sehingga terlalu banyak dinas dan pejabat birokrasi yang tak berani berinovasi dan berkreasi. Kalau tidak, habis dia. Lebih baik dia mengakhiri hidupnya dengan tenang tanpa perlu banyak kreasi (selama menjabat) daripada berujung ke meja bundar.

Bukan berarti kami tidak mendukung langkah pembersihan (korupsi). Kami sangat mendukung, tapi harus ada formula yang sistem keuangannya rapi dan bersih di satu sisi, dan space berinovasi dan berkreasi untuk membangun negeri ini juga harus diberikan. ed: joko sadewo