Pengelolaan Sampah Terpadu di Kampung Rawajati Kecamatan Pancoran

GAMBARAN ORGANISASI


Kelompok masyarakat di Kampung Rawajati memulai kegiatan lingkungan pada 1 Januari 2003 dengan tujuan untuk menggali potensi masyarakat agar lebih produktif dalam mengelola limbahnya. Kelompok ini diprakarsai oleh PKK (Program Kesejahteraan Keluarga) yang diketuai oleh Hj. Niniek Nuryanto dan didukung oleh Ketua RT, RW, Lurah dan Camat. Kelompok ini dikenal dengan nama ”Kelompok Peduli Lingkungan” dan kemudian diganti menjadi ”Kelompok Penangkar Swadaya” atau KPS pada tahun 2004. Mereka berusaha memperluas kegiatannya ke RW lain di kelurahan yang sama. Kegiatan yang dilakukannya antara lain melakukan penghijauan lingkungan, melakukan pengelolaan sampah mandiri dan terpadu, dan melakukan pemberdayaan masyarakat untuk menciptakan masyarakat yang produktif.

URAIAN KEGIATAN

Motif: Pada awalnya kegiatan lingkungan di RW 03 dimulai dengan kewajiban tiap rumah untuk minggu pertama mempunyai minimal tanaman 7 pot, minggu kedua 10 pot, minggu ketiga 30 pot, dan sampai minggu keempat hampir setiap rumah memiliki tanaman. Kemudian berkembang sehingga masing-masing RT memiliki tanaman unggulan. Kegiatan penghijauan di kawasan 12,5 ha yang terdiri dari 686 KK dengan jumlah penduduk 3.317 jiwa tersebut dikembangkan lebih lanjut dengan membuat pembibitan tanaman obat keluarga dan hias, serta melakukan kegiatan penanganan sampah yang mengacu pada konsep 3R (reduce, reuse dan recycle). Kepedulian warga terhadap lingkungan menjadikan jalan dan lingkungan sekitar menjadi bersih, indah dan sehat.

Activity: Penghijauan dengan memanfaatkan halaman belakang rumah dan tanah kosong untuk menanam tanaman seperti TOGA (Tanaman Obat Keluarga), aglonema dan tanaman hias lainnya sehingga dapat digunakan sebagai tempat rekreasi keluarga, sumber gizi dan sumber pendapatan keluarga. Selain itu, penghijauan tersebut dapat mengembalikan fungsi daerah aliran sungai untuk menahan erosi, paru-paru kota dan tempat rekreasi.

Pengelolaan sampah yang terpadu, seperti pemilahan sampah mulai dari sumbernya, menyediakan tempat sampah untuk sampah organik dan anorganik, menyediakan tempat pengumpulan sampah dengan fasilitas pengelolaannya, kegiatan daur ulang sampah organik menjadi kompos dan daur ulang sampah anorganik sebagai bahan baku pembuatan barang-barang kerajinan seperti tas, dompet, dan lain-lain.

Pemberdayaan masyarakat, memberi pelatihan kepada warga sekitar dan membentuk kader-kader lingkungan (partisipasi).
Hasil: Berbagai jenis tanaman hias dan toga dalam pot yang sekarang berjumlah 200 jenis memenuhi samping kiri kanan gang, dan menjadi ciri khas keasrian kawasan Rawajati. Pada tahun 2003 mendapat juara I Daur Ulang Sampah Tingkat Provinsi DKI Jakarta. Tahun 2004 mengikuti lomba RW Terbaik, Ketahanan Pangan, Produk Unggulan, Taman PKK, Taman Rumah Sederhana, seluruhnya mendapat juara I untuk tingkat DKI. Keadaan lingkungan yang asri ini membawa Rawajati mendapatkan predikat RW terbaik diantara 2.900 RW se-Provinsi DKI Jakarta dalam bidang ketertiban, kebersihan, penghijauan dan keindahan. Pada tahun 2005, Kampung Rawajati menjadi juara II tingkat nasional untuk lingkungan bersih keluarga sehat dan terbaik, yang dinilai oleh tim penggerak PKK (Program Kesejahteraan Keluarga) pusat. Dan pada tahun yang sama tepatnya pada tanggal 18 Juni 2005 ditetapkan sebagai Kampung Agrowisata oleh Gubernur DKI Jakarta. Kampung ini juga mendapat penghargaan Kalpataru tingkat Provinsi DKI Jakarta dan penghargaan produk makanan Betawi terbaik tahun 2006.

Sampah organik yang dihasilkan oleh 686 KK per harinya berkisar 2,67 kg//KK, 60% sampah organik, 28% sampah anorganik, 2% sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), dan 10% sampah kertas. Dalam waktu 3 bulan kompos padat yang bisa dihasilkan mencapai ± 3 ton atau ± 1 ton/per bulan. Sedangkan untuk kompos cair hasilnya mencapai 100 liter/per bulan dengan catatan baru diproduksi oleh 40 KK. Kegiatan ini mampu mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) hingga 80%. Kompos padat dan cair tidak hanya dikonsumsi oleh warga saja tetapi juga dijual pada acara-acara pameran atau bazar yang diadakan 4-5 kali dalam setahun. Jumlah kompos yang terjual dalam satu kali pameran atau bazaar dapat mencapai 10-15 kg dengan harga Rp. 3.500 per kantong (1 kantong = 3 kilo). Produk daur ulang dari kertas, styrofoam dan sampah anorganik juga dipamerkan dalam kegiatan tersebut.

FAKTOR PENDUKUNG

Dalam upaya menumbuh-kembangkan kegiatan pengelolaan sampah terpadu di Kampung Rawajati, sangat diperlukan untuk memberikan motivasi dan inspirasi kepada masyarakat. Pelatihan secara terus-menerus bagi kader lingkungan, dan bantuan dari pemerintah dalam bentuk alat yang menunjang kegiatan pengomposan, penting artinya sebagai faktor pendukung.

TANTANGAN

Kesulitan yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan adalah terbatasnya dana untuk mendukung produksi dan pemasaran kompos dan produk daur-ulang. Cara untuk mengatasi kesulitan tersebut adalah dengan mengundang sponsor dan pihak swasta untuk berpartisipasi, dan menyediakan outlet untuk mempromosikan produk dan meningkatkan penjualan seperti dalam pameran atau bazar.

Dana yang diperlukan untuk modal dalam menjalankan operasi diperoleh melalui penjualan kompos dan produk daur-ulang, sumbangan dari masyarakat dan pihak swasta serta iuran anggota/peserta.