Pererat Hubungan Struktural, Bidang Perempuan PKS Jaksel Lakukan Lawatan Silaturahmi ke Pancoran
Setelah melakukan rapat dan konsolidasi, maka diputuskan sabtu (21/02) adalah jadual kunjungan Bidang Perempuan DPD PKS Jakarta Selatan ke Bidang Perempuan DPC PKS Pancoran. Pengurus Bidang Perempuan PKS DPD Jakarta Selatan diterima dan dijamu di rumah salah satu kader perempuan Pancoran, yakni rumah Ibu Maya.
Alhamdulilah, sore itu Allah pertemukan kader – kader perempuan DPD Jakarta Selatan dengan kader DPC Pancoran. Kader – kader perempuan PKS Pancoran akhirnya dapat ngobrol “face to face” dengan pengurus bidang perempuan PKS Jakarta Selatan. Lawatan bidang perempuan PKS DPD Jakarta Selatan ini disambut gembira oleh Ketua Bidang Perempuan PKS DPC Pancoran, Ibu Ela didampingi jajaran pengurus bidang perempuan DPC juga DPRa. Suasana yang terjalin sangat akrab antara kedua bidang perempuan ini.
Adapun maksud dari kunjungan “Top Down” ini, salah satunya adalah untuk mengetahui pengalaman – pengalaman serta kendala - kendala saat eksekusi program – program bidang perempuan di lapangan. Kedua, tentunya untuk lebih mempererat lagi tali ukhuwah dan juga silaturahim DPD - DPC. Obrolan serius dan santai bidang perempuan ini, diawali dengan sambutan pengantar dari ketua bidang perempuan DPD PKS Jakarta Selatan, yakni Ibu Aan. Ada empat fokus yang menjadi tupoksi bidang perempuan kali ini, yakni silaturahim Majelis Taklim (ForSitma), Pos Ekonomi Kader (Pos EK) serta Tarbiyah Anak Kader (TAK) dan Rumah Keluarga Indonesia (RKI).
"Antara ada dan tiada". Itulah ungkapan singkat untuk menggambarkan eksistensi perempuan sebelum datangnya Islam. Sebagai agama pembebas, dari awal Islam telah mengusung satu misi suci, yaitu menghapus segala praktik diskriminasi dalam kehidupan umat manusia. Salah satu upaya fundamental dari Islam adalah keputusannya untuk menyangkal pandangan diskriminatif terhadap manusia berdasarkan jenis kelamin, di mana kaum perempuan sepanjang sejarah kemanusiaan dipandang tidak berharga dibanding laki-laki. Kaum perempuan diposisikan tak lebih dari sekadar mesin reproduksi manusia, bagaikan mesin fotokopi. Tak jarang mereka hanya dimanfaatkan sebagai alat pemuas kebutuhan biologis pria semata. Mereka sering kali distereotipkan sebagai makhluk yang lemah, baik fisik, mental, maupun nalar. Islam datang mengubah paradigma hegemonik-tiranik itu semua menjadi paradigma yang lebih menghargai dan menghormati perempuan. Islam telah menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan sama martabatnya sebagai manusia di hadapan Allah SWT, yang terbaik di sisi Nya adalah yang paling bertaqwa.
Menumbuhkan kader perempuan menjadi aktor sosial yang mampu melakukan advokasi pemenuhan kebutuhan – kebutuhan dasar perempuan tidaklah mudah. Bidang perempuan harus terus berusaha untuk menguatkan kapasitas perempuan di wilayah cakupannya agar mampu melakukan aksi ke pemangku kepentingan (pemerintah, swasta, masyarakat) untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dalam hal kesehatan, pendidikan, pangan, energi, dan partisipasi.