Bekerjalah Untuk Negeri
“Sebaik-baik kalian adalah
yang paling bermanfaat bagi orang lain”, begitu bunyi salah satu hadist atau
ucapan dari Nabi Muhammad SAW. Secara substantif, seruan ini memiliki dimensi
sosial yang sangat luas dan tidak mengenal batasan agama. Artinya, seruan ini
sangat relevan untuk semua agama dan semua kelompok jika ingin membentuk
lingkungan yang lebih baik. Ketika semua kekuatan yang ada pada suatu
lingkungan/wilayah bersinergi yang didasarkan atas seruan ini, maka dapat
dibayangkan output yang dihasilkan untuk kebaikan lingkungan tersebut dan
orang-orang yang berada didalamnya. Demikian pula jika dimensinya kita buat
dalam wilayah yang lebih luas yaitu sebuah negeri. Dalam konteks
ke-Indonesiaan, kemanfaatan bagi orang lain diwujudkan dalam tradisi gotong
royong yang ada di masyarakat kita yang sayangnya kini semakin ditinggal
seiring dengan berkembangnya masyarakat yang semakin individualis.
Ini pula yang sesungguhnya
ingin dihadirkan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dari eksistensi dan
aktivitasnya di bumi Indonesia, yaitu memberikan manfaat bagi seluruh penduduk
negeri ini. Manfaat yang tidak mengenal batasan wilayah kepulauan,
administratif, etnik maupun agama,yaitu menjadikan Indonesia yang adil, sejahtera
dan bermartabat. Manfaat ini hanya bisa terwujud jika ada kerja-kerja yang
nyata dari sebuah institusi partai beserta kader-kadernya. Kerja-kerja nyata
dan memberikan manfaat bagi bangsa menjadi semakin dibutuhkan jika dikaitkan
dengan kondisi bangsa saat ini yang carut marut dan menghadapi berbagai
persoalan.
Negeri ita kita saat ini
menghadapi persoalan dan tantangan yang semakin berat dan kompleks.
Kesejahteraan penduduk masih rendah yang ditunjukkan oleh berbagai indikator
kesejahteraan maupun ketimpangan antar wilayah dan antar kelompok masyarakat
yang terlihat jelas secara kasat mata. Meskipun pendapatan per kapita sudah
menunjukkan Indonesia masih kelompok negara menengah dalam penilaian PBB, namun
produk dometik bruto (PDB) yang mencapai Rp 10.542,7 Triliun. Sayangnya,
pertumbuhan ekonomi masih terpusat di Jawa dan Sumatera dengan menguasai total
82 persen PDB Indonesia. Kekayaan 40 orang terkaya Indonesia mencapai Rp 680
triliun atau setara 10,3 persen PDB Indonesia. Jumlah kekayaan 40 orang itu
setara dengan kekayaan 15 juta keluarga atau 60 juta jiwa paling miskin. Income
Gini coefficient yang mencapai 0,41 menunjukkan masih adanya ketimpangan
pendapatan di negeri ini.
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia (IPM) pada tahun 2014 masih konsisten sejak 2010 masih berada pada urutan ke 108 dari 187 negara. Tingkat kemiskinan juga masih tinggi, menurut Bank Dunia bahwa 18,1% rakyat Indonesia masih memiliki pendapatan dibawah 1,25 dollar perhari. Angka tingkat partisipasi sekolah baru mencapai 68,2% dengan rata-rata bersekolah baru 5,7 tahun padahal kita punya program wajib belajar 9 tahun. Pada sektor kesehatan, kondisinya juga masih memprihatinkan dengan Setiap tiga menit satu balita meninggal di Indonesia dan pengeluaran penduduk untuk kesehatan baru mencapai 1,2% dari PDB. Sebanyak 20 persen penduduk termiskin dari total penduduk menerima kurang dari 10 persen total subsidi kesehatan pemerintah sementara seperlima penduduk terkaya menikmati lebih dari 40 persen.
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia (IPM) pada tahun 2014 masih konsisten sejak 2010 masih berada pada urutan ke 108 dari 187 negara. Tingkat kemiskinan juga masih tinggi, menurut Bank Dunia bahwa 18,1% rakyat Indonesia masih memiliki pendapatan dibawah 1,25 dollar perhari. Angka tingkat partisipasi sekolah baru mencapai 68,2% dengan rata-rata bersekolah baru 5,7 tahun padahal kita punya program wajib belajar 9 tahun. Pada sektor kesehatan, kondisinya juga masih memprihatinkan dengan Setiap tiga menit satu balita meninggal di Indonesia dan pengeluaran penduduk untuk kesehatan baru mencapai 1,2% dari PDB. Sebanyak 20 persen penduduk termiskin dari total penduduk menerima kurang dari 10 persen total subsidi kesehatan pemerintah sementara seperlima penduduk terkaya menikmati lebih dari 40 persen.
Negeri yang gemah ripah loh jinawi ini tiba-tiba menjadi
sangat panik dengan kenaikan harga minyak bumi karena kita sudah menjadi negara
pengimpor minyak padahal minyak dulu menjadi andalan devisa. Repotnya lagi, BBM
ini juga sangat dibutuhkan untuk pembangkit listrik yang ada karena minimnya
pengembangan sumber energi alternatif dan terbarukan. Padahal listrik juga
sangat dibutuhkan oleh industri, dunia bisnis dan rumah tangga sehingga
kenaikan harga minyak bumi ini memberikan dampak berantai yang dahsyat terhadap
perekonomian kita. Gas bumi yang menjadi alternatif andalan justru dikelola
dengan kebijakan yang tidak tepat sehingga industri yang membutuhkan gas justru
kolaps akibat gas bumi lebih banyak diekspor dengan nilai yang rendah akibat
kontrak penjualan yang lemah.
Demikian pula kita sebagai negara agraris menjadi sangat
resah dengan kenaikan harga pangan dunia dan ancaman ketahanan pangan.
Sumberdaya alam yang berlimpah tidak menjadikan Indonesia menjadi negara
produsen dan pengeskpor komoditas yang unggul. Bahkan untuk bersaing secara
ekonomi, Indonesia juga masih tertatih-tatih untuk bersaing dengan negara
tetangga. Data World Competitiveness Index tahun 2014 menempatkan Indonesia
masih pada peringkat ke 34, tertinggal dari negara sekitarnya Seperti Singapura,
Malaysia, dan Thailand. Sementara dalam bidang pertahanan, kita seakan tidak
berdaya dengan pelanggaran batas wilayah yang dilakukan oleh negara lain
ataupun menghadapi perompak dari negara Afrika yang menyandera kapal Indonesia.
Bekerja
adalah Tanggungjawab
Bekerja bagi
negeri adalah sebagai wujud rasa syukur atas nikmat kemerdekaan dan kita dapat
berdemokrasi dengan damai. Ketika banyak negara yang gagal melakukan transisi
demokrasi dengan mulus tanpa menimbulkan konflik horizontal yang
berkepanjangan, perang sipil dan memakan banyak korban, kita dapat menjalaninya
dengan relatif mulus. Bekerja untuk negeri juga merupakan wujud tanggungjawab
sebagai salah satu komponen bangsa untuk ikut memajukan negeri ini,
menjadikannya bangsa yang besar, terhormat dan disegani oleh bangsa lain. Bukan
sebaliknya, menjadi bangsa yang kerap direndahkan dan dilecehkan oleh bangsa
lain yang lebih kecil dari kita.
Terminologi bekerja dalam konteks ini adalah kerja yang
bukan hanya melakukan sesuatu, tetapi kerja yang harus terstruktur dan terukur.
Hasil kerja tersebut harus dapat dinilai hasilnya dalam bentuk manfaat yang
diterima masyarakat. Sehingga kerja yang dilakukan bukan hanya dilihat dari
sisi kuantitas yang dikerjakan tetapi juga melihat aspek kualitas kerja dan
performance kerja dan jinerja yang akan dinilai oleh seluruh masyarakat, bukan
hanya dalam penilaian kelompok tertentu atau pihak tertentu. PKS memandang
bahwa semua aktivitas kepartaian yang dilakukan harus memberikan hasil yang
nyata dan kerja-kerja juga dilakukan tidak hanya menjelang pesta demokrasi.
Secara sederhana, ukurannya adalah apakah aktivitas, kerja bahkan ucapan para
kader, anggota legislatif dan pejabat publik dari PKS memberikan kontribusi
bagi perbaikan negeri ini beserta ratusan juta penduduknya, dalam bentuk
sekecil apapun.
Bekerja untuk negeri tidak harus dilakukan setelah memegang
tampuk posisi tertentu atau memiliki kekuasaan. Bekerja sebagai tanggungjawab
harus dilakukan dengan atau tanpa jabatan yang diemban. Bekerja untuk negeri
dilakukan dimanapun posisinya berada dalam pemerintahan, baik dalam barisan
koalisi ataupun diluar koalisi. Tidak boleh ada yang menghambat atau
menghalangi keinginan PKS untuk bekerja bagi negeri karena sekali lagi, bagi
PKS, bekerja untuk negeri adalah perwujudan rasa syukur atas negeri yang indah
ini dan bentuk tanggungjawab untuk menegakkan kebesaran Indonesia di mata
dunia. Label sebagai partai da’wah dan partai yang berazaskan Islam bukan
berarti PKS hanya berorientasi da’wah dan bekerja untuk ummat Islam dan
menomorsekiankan bekerja untuk negeri. Bagi PKS tanggungjawab membangun negeri
adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan tanggungjawab da’wah dan membangun
ummat. Sebagaimana yang sudah dilakukan melalui peran PKS dalam berbagai aksi
kemanusiaan dalam penanggulangan bencana di bumi Indonesia.
Buku Tanpa
Judul
Ketika
banyak pihak yang ingin tampil pada tampuk kekuasaan dan jabatan pada berbagai
level atau bidang, namun setelah berada pada posisi tersebut, tidak menunjukkan
hasil kerja yang nyata. Tidak menebar manfaat dari jabatan dan otoritas yang
dimilikinya. Seperti sebuah buku yang memiliki judul yang dahsyat, namun tidak
isi dari buku terebut yang menjadi pelajaran. Munculnya kelangkaan jiwa ksatria
yang tulus berbakti untuk negeri. Sebaliknya bagi PKS, jika diperlukan, menjadi
sebuah buku yang tanpa judul, namun berisi ilmu dan pengetahuan yang sangat
bermanfaat bagi pembacanya.
Semangat bekerja untuk negeri adalah keinginan untuk bisa
seperti semangat para pejuang negeri ini dalam meraih kemerdekaan dan lepas
dari belenggu penjajah, mekipun kemudian tidak tercatat sebagai pahlawan.
Semangat untuk berperan dan menebar manfaat atas dasar kecintaan pada
Indonesia, bukan semangat untuk mengejar, jabatan, posisi, akses dan sebagainya.
Karena bekerja untuk Indonesia bisa dilakukan didalam atau diluar koalisi.
Karena sesungguhnya rakyat dan Allah SWT yang akan menilai kerja-kerja
tersebut, bukan para elit. Meskipun disadari, sinergi yang lebih baik untuk
suatu langkah dan tujuan yang baik, akan memberikan hasil yang lebih besar dan
manfaat yang lebih banyak.
PKS ingin menegaskan komitmen untuk bekerja untuk negeri.
Komitmen ini digerakkan pada seluruh daerah dan level struktur partai di
seluruh Indonesia. Reformasi yang sudah hampir 17 tahun belum memberikan
perubahan berarti dan harus dikembalikan pada rel perbaikan melalui kerja dan
kontribusi yang nyata. Ujian dan terpaan dari berbagai sumber yang saat ini
dihadapi akan menjadikan seluruh kader dan struktur semakin solid. Seperti
pohon yang semakin besar, semakin besar pola terpaan angin yang menghantam,
namun semakin kuat pula akarnya menghujam. Momentum inilah yang ingin dipakai
oleh PKS untuk menggerakan struktur dan kader dalam mewujudkan komitmen bekerja
untuk Indonesia.