Bidang Perempuan PKS Menginisiasi “Gerakan Sumbang Buku Cerita”



Dalam rangka membangun komunitas anak yang cerdas, kreatif dan berjiwa sosial, Bidang Perempuan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPC Pancoran  membuat sebuah “Gerakan Sumbang Buku Cerita” untuk semua kader PKS Pancoran. Kader diharuskan mengumpulkan minimal dua buku per 4 bulan, sehingga setiap 4 bulan insyaAllah akan terkumpul sekitar dua ribu-an buku cerita. Sumbangan buku tersebut dikumpulkan di sekretariat DPRa PKS masing – masing, untuk selanjutnya didistribusikan ke semua Pos Rumah Pintar DPRa. Harapannya komunitas ini bisa menjadi salah satu sarana membentuk Generasi Rabbani yang kuat imannya, luas ilmunya, kreatif serta bermanfaat kepada sesamanya.

Buku dapat digunakan untuk mendidik generasi penerus, menanamkan kepribadian, etos kerja, kreatifitas serta integritas. Mimpi hari ini adalah kenyataan esok hari, Bidang Perempuan sepertinya sedang bermimpi melihat generasi berikutnya yang lebih baik. Mimpinya adalah anak-anak di seluruh wilayah Pancoran, tidak peduli tempat dan status mereka, segera mempunyai bacaan yang menginspirasi. Bacaan yang akan membuka mata mereka, menumbuhkan antusiasme. Anak-anak di seluruh Pancoran bisa tumbuh dengan pemahaman baik melalui buku-buku baik. Itulah mimpi bidang perempuan DPC PKS Pancoran, semoga itu juga mimpi kalian sahabatku.

Minat baca anak usia sekolah Indonesia terbilang rendah. Bahkan lembaga pendidikan dunia (UNESCO) menetapkan anak-anak Indonesia usia sekolah mengalami tragedi nol buku, artinya tidak ada buku yang dibaca oleh rata-rata anak sekolah usia 6-18 tahun selama setahun. Berdasarkan hasil survey, anak-anak Indonesia hanya mambaca 27 halaman buku per-tahun, dengan kata lain, anak-anak usia sekolah di Indonesia hanya mampu membaca satu halaman buku selama 15 hari.  Sementara anak-anak di Finladia, bisa baca buku 300 halaman dalam 5 hari. Berdasarkan data Center for Social Marketing (CSM),  di Amerika Serikat, jumlah buku yang wajib dibaca sebanyak 32 judul buku, Belanda 30 buku, Prancis 30 buku, Jepang 22 buku, Swiss 15 buku, Kanada 13 buku, Rusia 12 buku, Brunei 7 buku, Singapura 6 buku, Thailand 5 buku, dan Indonesia 0 buku

Minat baca masyarakat Indonesia juga masih rendah, kondisi saat ini tercatat satu buku dibaca sekitar 80.000 penduduk Indonesia. Berdasarkan studi lima tahunan yang dikeluarkan oleh Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006, yang melibatkan siswa sekolah dasar (SD), hanya menempatkan Indonesia pada posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel penelitian. Posisi Indonesia itu hanya lebih baik dari Qatar, Quwait, Maroko, dan Afrika Selatan.

Masih minimnya sarana untuk memperoleh bacaan juga menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya minat baca masyarakat Indonesia.   Andaipun harus membeli, harga buku yang ada di pasaran relatif mahal.  Hal ini menyebabkan orang tua tidak membelikan buku bacaan tambahan selain mengutamakan buku-buku yang diwajibkan oleh sekolah.  Apalagi kondisi ekonomi masyarakat yang kurang mampu, jangankan terpikir untuk membeli buku bacaan, untuk memiliki ongkos pergi ke sekolah pun terkadang menjadi hambatan bagi mereka.