Isu Wahabi dan Pilkada Jakarta


Isu wahabi hampir akan selalu muncul menjelang pilkada, dan seringnya tuduhan tersebut dialamatkan kepada PKS. Sementara dahulu yang dianggap wahabi itu adalah organisasi seperti Muhammadiyah, Persis, dan Al-Irsyad. Padahal organisasi - organisasi Islam tersebut telah lama memberikan kontribusi yang nyata untuk negeri ini. Di kalangan masyarakat memang sering timbul persepsi yang salah, PKS sering dikaitkan dengan Islam Jamaah dan juga anti tahlil dan anti yasinan. Memang sangat ironis, di saat negara sedang bergelut dengan banyak persoalan pilkada yang ada, ternyata ada juga pihak yang tega memanfaatkannya dengan sibuk mewahabi-kan orang lain.

Gerakan Wahabi sendiri adalah gerakan yang berkembang di Timur Tengah, gerakan ini salah satu ciri khasnya adalah membid'ah-kan dan mengharamkan partai politik. Pendiri gerakan ini adalah Abdul Wahhab, dia dan pengikutnya lebih senang menamakan kelompoknya dengan al-Muwahhidun (pendukung tauhid). Namun orang-orang Eropa dan lawan-lawan politiknya menisbatkan nama ‘Wahabi’ untuk menjuluki beliau dan gerakan yang dipimpinnya.

Isu PKS Wahabi memang akan selalu dimunculkan setiap menjelang pilkada, khususnya pilkada DKI Jakarta sebagai upaya mendiskreditkan PKS. Fitnah klasik tersebut sengaja disebarkan agar umat Islam tidak memilih PKS. Isu wahabi yang menjangkiti PKS sebenarnya bukanlah hal baru, muncul setiap menjelang pilkada dan hilang setelah pilkada selesai maka hal ini sangat terlihat sebagai hal yang tendensius.

Tuduhan PKS menganut aliran Wahabisme pun dibantah keras-keras oleh tokoh - tokoh partai dakwah ini. Menurut Hidayat Nur Wahid, “Kalau saja kami Wahabi tentu kami tidak akan mendirikan partai politik, sebab kaum Wahabi mengharamkan dan membid'ahkan partai politik". Hidayat menegaskan bahwa PKS berjuang untuk kejayaan NKRI, karena itu hal - hal yang melekat dalam konteks ke Indonesiaan seperti masalah toleransi akan selalu dijunjung tinggi. Hidayat lalu mencontohkan penerimaan publik dalam pemilu 2004 lalu, "Sejak Pemilu 2004 lalu kehadiran PKS telah diterima dengan baik oleh kalangan sekuler maupun nonmuslim sekalipun," paparnya. "Terbukti juga bahwa PKS diajak berkoalisi oleh capres SBY," pungkas Hidayat. Hidayat mengaku heran dengan beredarnya isu tersebut. Sebab, menurut anggota Majelis Syura PKS itu, PKS sudah gamblang sebagai organisasi resmi dengan AD/ART yang dibenarkan oleh hukum yang ada di Indonesia. "PKS bukan makhluk asing yang baru datang, bukan dari langit yang nggak tahu juntrungannya. PKS sudah hadir di Indonesia lebih dari 10 tahun. Masak nggak kenal juga," ujarnya.

Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring juga membantah jika dikatakan partainya sebagai partai yang membawa aliran Wahabi. PKS menurutnya partai dakwah yang tidak mematikan tradisi keagamaan yang ada di masyarakat. "PKS jelas - jelas bukan sebuah aliran Wahabi, yang menurut sebagian orang cenderung mengabaikan amal dalam Islam yang sudah menjadi tradisi dalam masyarakat, seperti acara tahlilan, dan doa qunut," katanya.

Selain itu, Ketua Majelis Syuro sekaligus pendiri Partai Keadilan Sejahtera (PKS) KH Hilmi Aminuddin juga mengaku sering memimpin tahlil, membaca Yasin dan menghadiri Maulid Nabi. Hal tersebut tidak perlu dipertentangkan, karena semua merupakan bentuk ketaatan dan kecintaan kita kepada Allah dan Rasul.

Sementara Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat Ahmad Mubarok juga mengatakan, “Kami paham siapa PKS, saya tahu betul apa ideologi PKS dan apa wilayahnya. Dan saya faham betul bahwa Hidayat Nur Wahid bukan Wahabi”. Tetapi Mubarok juga memahami jika ada orang takut, karena orang tersebut belum paham. “Wajar saja aspirasi soal resistensi terhadap PKS. Karena gerakan reformis itu akan selalu mendapat resistensi,” tegas Mubarok.

PKS bukanlah Wahabi, Wahabi itu hanya stigma saja. Stigma tersebut ternyata bukan hanya untuk PKS saja tetapi untuk siapa saja umat islam di dunia. Geroge Bush dalam pidatonya juga sering menyebut-nyebut umat islam sebagai wahabi, Osama bin Laden dianggap wahabi, Taliban juga dianggap wahabi. Mungkin juga nanti muslim Cina dari Olighur juga akan disebut dengan wahabi. Ujung – ujungnya nanti siapa saja kaum muslimin yang tidak sejalan dengan kelompok tertentu akan dicap juga sebagai wahabi. Sebagian masyarakat pun akhirnya ikut-ikutan menuding wahabi pada kelompoik lain. Padahal, siapa yang wahabi siapa yang tidak sebenarnya kita tidak pernah tahu. Kadang yang menuduh wahabi tidak lebih lebih baik dari yang dituduh wahabi.