Motif Koalisi Serang Libia karena Minyak?


Selama paruh pertama abad duapuluh, minyak bumi menonjol sebagai sumber daya yang paling bernilai bernilai sepanjang sejarah dan sebuah kekuatan penggerak di belakang modernisasi. Untuk memperoleh pasokannya yang andal, telah menjadi dasar kebijakan luar negeri di negara – negara yang tidak dapat mencukupi kebutuhan minyaknya sendiri. Obsesi Jepang pada minyak mentah merupakan faktor utama penyerangan Peral harbor. Bahkan Perang Dunia II melejitkan nilai minyak menuju status yang lebih tinggi. Karena itulah yang menjadi bahan bakar untuk tank, pesawat, dan kapal, tanpanya celakalah negara yang terlibat dalam peperangan. Bentrokan nyata demi memperebutkan minyak selama Perang Dingin terjadi di belahan dunia yang menyimpan minyak paling banyak, yaitu Timur Tengah.

Tentu masih inget, pengulingan perdana menteri Iran Mohammed Mossadegh oleh Inggris dan Amerika. Perdana menteri yang terpilih secara demokratis dan teramat populer (Man of the Year versi majalah TIME tahu 1951), menuntut agar rakyatnya ikut menikmati laba minyak dari negeri mereka, menasionalisasikan aktiva – aktiva sebuah perusahaan minyak Inggris. Inggris pun akhirnya meminta bantuan Amerika, Amerika kemudian mengirimkan pasukan marinir. Di balik pengirimkan pasukan marinir, Washington juga mengutus agen CIA Kermit Roosevelt Jr (cucu Theodore). Dengan beberapa juta dolar, Roosevelt mengatur berbagai demonstrasi brutal yang akhirnya menjatuhkan Mossadegh. Pemimpin itu pun diganti oleh CIA dengan Mohammad Reza Pahlevi (sang “Shah”), teman lalim kelompok Big Oil (perusahaan minyak terbesar: ExxonMobil, Chevron, BP, Royal Dutch Shell, dan Conoco Philiphs).

Perlahan – lahan minyak juga berubah menjadi satu – satunya komoditas paling dahsyat dalam korporatokrasi. Para eksekutif perusahaan minyak AS merumuskan rencana yang akan mengubah jalan sejarah. Mereka memutuskan demi kepentingan terbaik untuk menyakinkan presiden dan kongres agar menyimpan cadangan minyak AS guna menghadapi berbagai perang dan keadaan darurat di kemudian hari. Mengapa harus mengurus ladang minyak domestik jika ladang di benua – benua lain bisa dieksploitasi.

Apakah sekutu (koalisi) yang menyerang Libia juga karena faktor minyak, sepertinya tidak ada orang yang menolak untuk itu, tetapi untuk pastinya hanya waktu yang bisa membuktikannya. Yang pasti tidak ada makan siang GRATIS di dunia ini.