Gempa Bumi Tidak Bisa Diprediksi


Sampai saat ini belum ada teknologi yang mampu mendeteksi kapan terjadinya gempa. Hanya Yang Maha Kuasa yang mengetahuinya. Jepang merupakan negara tercanggih dan termodern teknologinya tetapi mereka tetap masih belum bisa mendeteksi kapan terjadinya gempa.

Hal ini juga diakui oleh BMKG (Badan Meterorologi Klimatologi Dan Geofisika),
gempa bumi tidak bisa diprediksi karena teknologi pendeteksi gempa belum ada. Hal ini memang cukup mengejutkan, ditengah bersliwerannya informasi dari pihak - pihak yang mengaku mempunyai informasi mengenai daerah yang akan dilanda gempa.

Memang alam masih menyimpan berjuta misteri untuk dipecahkan. Sehingga sangat wajar kalau BMKG mengeluarkan pernyataan bahwa teknologi deteksi ancaman gempa bumi tidak ada sehingga gempa tidak mungkin diprediksi. Data statistik dan analisa geografis memang milik manusia tetapi Allah SWT adalah yang memutuskan segalanya. Kita sebagai manusia hanya bisa berdoa demi keselamatan dan ampunan-Nya.

Hingga saat ini belum ada teknologi yang mengetahui secara pasti kapan dan di mana gempa akan terjadi. Untuk itu, masyarakat tak perlu panik jika ada pihak yang mengaku mengetahui dengan pasti waktu dan tempat terjadinya gempa.

Yang masyarakat bisa ketahui adalah hanya daerah - daerah mana saja yang rawan gempa. Daerah rawan gempa di Indonesia terbagi dalam enam wilayah. Daerah yang paling rawan terkena gempa adalah Pantai Pantai Barat Sumatera, Selatan Jawa, Selatan Nusa Tenggara Timur, Utara Papua, dan Sulawesi. Masyarakat yang berada di daerah tersebut harus selalu siap dengan kemungkinan terjadinya gempa.

Tahun 2007, pemerintah pusat pernah membeli piranti deteksi dini gempa/tsunami dari Jerman. Konon, teknologinya lebih canggih dibanding yang dioperasikan AS maupun Jepang. Harganya sekitar 45 juta Euro. Namun, ketika gempa di Mentawai terjadi, tsunami tetap "lebih cepat" sampai dibanding peringatan dini piranti tersebut. Teknologi terbaru yang dikembangkan Georgia Institute of Technology pun hanya mampu menangkap sinyal tsunami 10 menit setelah gempa perdana. Bagi kita yang berada di area terbuka daratan, masih punya peluang menyelamatkan diri lebih baik. Namun, tidak bagi yang berada dalam jangkauan "dekat" tsunami, baik di wilayah kota pantai maupun di tengah laut. Nyawa jadi taruhan dari kecanggihan teknologi pendeteksi gempa dan tsunami.

Jadi kita sebagai manusia harus disadarkan kembali untuk tetap ingat dan bertaqwa kepada Allah SWT dan jangan merasa sombong dengan kemampuan otak manusia. Karena semua itu tidak akan ada gunanya jika Sang Pencipta berkehendak. Mudah-mudahan saudara-saudara kita yang di Jepang tetap tabah dan menerima dengan ikhlas cobaan ini dan diberi kekuatan untuk terus meneruskan hidup dengan penuh semangat.