Uji Nyali Capres Alternatif
INILAH.COM, Jakarta – Beragam survei lembaga independen telah mengisyaratkan mayoraitas masyarakat mendambakan pemimpin (presiden) alternatif dalam Pemilu 2009. Namun, hingga pesta demokrasi di depan mata, wajah baru yang diharapkan itu tak kunjung muncul. Menunggu timing atau tak punya nyali? Sejumlah lembaga independen yang mengkonfirmasi harapan pemimpin alternatif itu di antaranya adalah Lembaga Survei Independen (LSI), Setara Institute, dan Lembaga Survei Nasional (LSN). Survei terbaru LSN bahkan menyimpulkan dukungan terhadap tokoh-tokoh senior cenderung stagnan.
Survei tersebut menunjukkan 78,4% responden menginginkan agar para tokoh yang pernah bertarung pada Pilpres 2004 sebaiknya tidak dicalonkan lagi pada 2009. "Ini sinyal bahwa publik berharap kemunculan tokoh alternatif," tandas Umar S Bakry kepada INILAH.COM, Selasa (10/6) di Jakarta.
Berdasarkan survei tersebut, tingkat dukungan terhadap Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menurun (16,4%), demikian pula dengan Megawati (16,7%), serta sejumlah tokoh lain seperti Amien Rais, Jusuf Kalla, Abdurrahman Wahid, dan Wiranto.
Meski demikian, sebagaimana survei lembaga lainnya, dua tokoh masuk kategori senior – yaitu SBY dan Megawati – masih menempati urutan teratas.
Khusus untuk SBY, menurut Umar, bisa seperti itu karena dia adalah incumbent. "Itu wajar, karena ia incumbent. Tapi angka itu sebenarnya jauh di bawah batas psikologis," jelasnya. Sedangkan untuk figur Megawati, Umar menyebutkan, perolehan dukungan itu murni dukungan dari konstituen PDI Perjuangan. "Konstituen PDIP itu sangat loyal, jadi wajar perolehan Megawati tinggi. Namun, ini tak cukup jadi modal," tandasnya.
Survei LSN juga mengungkapkan pula bahwa publik berharap kemunculan tiga tokoh alternatif – yakni Sultan Hamengku Buwono X, Prabowo Subiyanto, dan Hidayat Nurwahid – dipilih publik sebagai capres alternatif 2009. Sultan yang pada survei Januari 2008 memperoleh dukungan 14,7% responden, pada survei Mei 2008 naik menjadi 14,8%. Hal yang sama terjadi pada Prabowo. Mantan Dankopassus ini juga naik dari 7,7% pada Januari lalu menjadi 7,9% pada Mei 2008. Sementara Hidayat Nurwahid yang pada Januari lalu dipilih oleh 4,2%responden, pada Mei 2008 melonjak menjadi 8,8%.
Menanggapi masih rendahnya dukungan publik ke tokoh-tokoh yang disebut sebagai ‘capres alternatif’ tersebut, Umar memberi alasan, bahwa tokoh tersebut masih belum populer di mata masyarakat. "Ini dibuktikan dengan 50,6% responden tidak menyebutkan siapa tokoh alternatif yang layak dicalonkan dalam pilpres 2009 mendatang," ungkapnya. Umar menegaskan, kemunculan capres alternatif sangat tergantung pada keberanian partai politik untuk mengusungya dalam pilpres mendatang. "Karena pada umumnya capres dicalonkan oleh partai politik," tegasnya. Partai Amanat Nasional (PAN) misalnya, sampai kini masih tampak ragu memunculkan tokoh alternatif seperti Soetrisno Bachir maupun Amien Rais.
diambil dari : http://lsn07.com/index.php?option=com_content&task=view&id=195&Itemid=2
Survei tersebut menunjukkan 78,4% responden menginginkan agar para tokoh yang pernah bertarung pada Pilpres 2004 sebaiknya tidak dicalonkan lagi pada 2009. "Ini sinyal bahwa publik berharap kemunculan tokoh alternatif," tandas Umar S Bakry kepada INILAH.COM, Selasa (10/6) di Jakarta.
Berdasarkan survei tersebut, tingkat dukungan terhadap Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menurun (16,4%), demikian pula dengan Megawati (16,7%), serta sejumlah tokoh lain seperti Amien Rais, Jusuf Kalla, Abdurrahman Wahid, dan Wiranto.
Meski demikian, sebagaimana survei lembaga lainnya, dua tokoh masuk kategori senior – yaitu SBY dan Megawati – masih menempati urutan teratas.
Khusus untuk SBY, menurut Umar, bisa seperti itu karena dia adalah incumbent. "Itu wajar, karena ia incumbent. Tapi angka itu sebenarnya jauh di bawah batas psikologis," jelasnya. Sedangkan untuk figur Megawati, Umar menyebutkan, perolehan dukungan itu murni dukungan dari konstituen PDI Perjuangan. "Konstituen PDIP itu sangat loyal, jadi wajar perolehan Megawati tinggi. Namun, ini tak cukup jadi modal," tandasnya.
Survei LSN juga mengungkapkan pula bahwa publik berharap kemunculan tiga tokoh alternatif – yakni Sultan Hamengku Buwono X, Prabowo Subiyanto, dan Hidayat Nurwahid – dipilih publik sebagai capres alternatif 2009. Sultan yang pada survei Januari 2008 memperoleh dukungan 14,7% responden, pada survei Mei 2008 naik menjadi 14,8%. Hal yang sama terjadi pada Prabowo. Mantan Dankopassus ini juga naik dari 7,7% pada Januari lalu menjadi 7,9% pada Mei 2008. Sementara Hidayat Nurwahid yang pada Januari lalu dipilih oleh 4,2%responden, pada Mei 2008 melonjak menjadi 8,8%.
Menanggapi masih rendahnya dukungan publik ke tokoh-tokoh yang disebut sebagai ‘capres alternatif’ tersebut, Umar memberi alasan, bahwa tokoh tersebut masih belum populer di mata masyarakat. "Ini dibuktikan dengan 50,6% responden tidak menyebutkan siapa tokoh alternatif yang layak dicalonkan dalam pilpres 2009 mendatang," ungkapnya. Umar menegaskan, kemunculan capres alternatif sangat tergantung pada keberanian partai politik untuk mengusungya dalam pilpres mendatang. "Karena pada umumnya capres dicalonkan oleh partai politik," tegasnya. Partai Amanat Nasional (PAN) misalnya, sampai kini masih tampak ragu memunculkan tokoh alternatif seperti Soetrisno Bachir maupun Amien Rais.
diambil dari : http://lsn07.com/index.php?option=com_content&task=view&id=195&Itemid=2