Mudik dan Pamrih Politik


Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1429 H, tentu ada satu budaya yang tidak dilupakan masyarakat urban di Jakarta dan sekitarnya. Mudik. Budaya yang sudah mengakar bertahun-tahun di dalam masyarakat sejak dahulu kala.
Namun ada yang berbeda dengan budaya mudik. Berhubung Lebaran tahun ini dan tahun depan sudah mendekati Pemilu 2009, tentu saja hal ini tidak disia-siakan untuk “Sambil menyelam meminum air” bagi beberapa partai politik.

Ratusan atau bahkan ribuan calon pemudik dari Jakarta, merupakan massa yang empuk untuk dijadikan sasaran kampanye menjelang Pemilu 2009. Kapan lagi bisa mengumpulkan massa sebelum masuk jadwal kampanye, pikir para petinggi partai.
Apalagi, para pemudik yang akan menggunakan fasilitas mudik gratis parpol ini merupakan kalangan grass root, yang juga secara tidak langsung, sangat potensial mendulang suara dalam pemilihan umum nanti.
Selain mudah “dirayu” para pemilih grass root juga cenderung emosional. Tanpa filterisasi pemikiran sebelum mencoblos. Mana partai yang menguntungkan, itulah yang akan dicoblos.

Hitung-hitungan seperti itu yang mungkin dijadikan dalih partai politik mengadakan mudik gratis pada tahun ini. Beberapa partai besar seperti PPP, PKB dan PDIP yang memudikkan ribuan lebih "wong deso" di Jakarta.
Wajar memang dalam dunia politik harus benar-benar cepat dan cekat serta pintar melihat peluang. Namun, mereka petinggi partai juga membantah jika aktivitas mereka merupakan kampanye menjelang Pemilu 2009.

Mereka berdalih orang - orang yang difasilitasi mudik gratis adalah para konstituen partai pada Pemilu sebelumnya. Jadi, mudik gratis ikhlas hanya memfasilitasi. Percaya?
Mungkin hanya Tuhan yang tahu sebenarnya. Tapi, apapun tujuan dan motif parpol menggelar mudik gratis patut disyukuri guna mengurangi beban biaya masyarakat, terutama kalangan bawah menjalin silaturahmi dengan keluarga di kampung.
Semoga partai politik juga tak hanya dimomen ini bisa berbagi dan bermanfaat bagi rakyat.