Kemacetan Sumber Stres di Jakarta
Diilhami saudara tuanya, Reader’s Digest Inggris, yang mengadakan survei tawa di sejumlah kota di negara tersebut, tim kecil Reader’s Digest Indonesia melakukan survei di seputaran ibu kota, demi mencari tahu kadar selera humor warga Jakarta. Mau tau hasilnya mari kita simak sama-sama.
Langkah awal, tim RDI memancing responden dengan pertanyaan:
Apakah Anda stres?
Mayoritas menjawab, iya.
Dan kurang dari 10% menjawab tidak, dan 5% menjawab tidak tahu.
Lalu pertanyaan beranjak ke pertanyaan kedua, yaitu penyebab utama stres.
Sudah bisa ketebak kalau penyebab utama stres para responden adalah kemacetan Jakarta yang semakin gokil sehingga 85% responden menyatakan demikian.
Lalu 5% menjawab tekanan pekerjaan yang membuat mereka stres, dan
10% menjawab secara beragam, dari masalah keuangan, asmara, urusan rumah tangga, harga sembako. Bahkan ada seorang responden yang menjawab, semua aspek yang ada di Jakarta menimbulkan stres!
Wew.. ternyata kemacetan merupakan alasan nomor pertama penyebab stres warga Jakarta, lalu apa saja sih yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut?
Nonton film -mulai dari yang komedi sampai romantis- terus juga mendengarkan musik yang termasuk beberapa jawaban terpopuler. Namun nongkrong bareng teman-teman menduduki peringkat teratas.
Nongkrong bareng teman bisa membantu mengurangi stres, walaupun gak ada niatan untuk melawak tapi sering kali banyak yang lucu. Ujar seorang responden. Namun ada juga yang sengaja ngumpul bareng temen semata-mata untuk bercanda.
Dari beberapa jawaban responden sedikit banyak menrefleksikan pendapat responden bahwa humor adalah salah satu cara jitu mengatasi stres, Sehingga 98% responden mengaku mereka kerap menggunakan humor untuk melepaskan diri dari stres.
Namun demikian ketika diminta untuk menceritakan humor atau lawakan andalan mereka, ternyata 35% responden tidak dapat menjawab, dan sekitar 15% berusaha menyampaikan humor mereka, namun gagal menyelesaikannya, lantaran lupa kelanjutannya, atau gak pede, akibatnya gantung deh. Namun ucapan selamat harus diberikan kepada 50% sisanya, dimana mereka dapat dengan mulus menyampaikan homor mereka.
Nah kalau dikaji lagi nih, dari 50% diatas, sekitar 35 persennya memilih menyampaikan humor tebak-tebakan, dan sisanya cerita humor rekaan, baik yang bersifat umum, kedaerahan, maupun yang menyenggol percaturan politik dalam negeri.
di sadur dari http://ridu.web.id/2008/02/05/survey-tawa-warga-jakarta/