Ketua DPC PKS Pancoran Gelar Tasyakuran




Ketua DPC PKS Pancoran, Bang Rijal melakukan tasyakuran sebagai salah satu tanda syukur kepada Allah atas telah dikhitannya anak bungsu beliau. Acara berlangsung sabtu(16/05) sehabis isya sekitar pukul 19.30 WIB, di rumahnya dekat jalan Durentiga Selatan Pancoran Jakarta Selatan.

Dari pantauan,  suasana di rumah ketua DPC PKS Pancoran ini penuh dengan jamaah tahlil sampai teras rumahnya. Acara berlangsung dengan penuh kekeluargaan, sesekali Bang Rijal melemparkan senyum kepada para jamaah tahlil yang hadir. Menggunakan busana muslim serta sarung yang dipadu dengan peci, Bang Rijal menyapa dan menyalami para hadirin yang tiba di rumahnya. Hadir juga beberapa tokoh ulama di kecamatan Pancoran seperti KH Ma'Mun Chotib, KH M.Hasan Muhyidin, tokoh masyarakat lainnya, jamaah musholla dan masjid sekitar kediamannya serta kader – kader PKS Pancoran. 

Latar belakang ketua DPC PKS Pancoran memang Betawi tulen, sehingga budaya dan tradisi baik seperti tahlilan dan yasinan sering beliau hadiri. Jadi sudah biasa buat seorang seperti Bang Rijal, dan dalam PKS tidak ada larangan sama sekali untuk hal ini. Setingkat ketua Majelis Syuro dan  Presiden PKS juga ikut tahlilan. Sehingga hal tersebut tidak perlu dipertentangkan, karena semua merupakan bentuk ketaatan dan kecintaan kita kepada Allah dan Rasul.

Memang kadang di kalangan masyarakat masih sering timbul persepsi yang kurang tepat. PKS sering dikaitkan dengan anti tahlil, anti yasinan dan juga anti maulid, padahal kader kadernya sering menghadiri undangan tahlilan dan maulid, bahkan untuk maulid, menjadi panitia. Sehingga sebenarnya yang terjadi adalah masalah komunikasi saja kepada masyarakat yang harus terus dibangun dan sering dijelaskan. Kuncinya adalah bagaimana kita menjelaskan masalah tersebut secara baik. Tidak perlu ada yang dipertentangkan, apalagi sampai menimbulkan konflik. Seperti yang dikatakan oleh Presiden PKS saat mengunjungi makam Sunan Kalijaga di Demak, “Tahlilan dan Ziarah juga merupakan bagian dari silaturahmi.” 

Kader PKS dan masyarakat memang sebaiknya tidak terjebak dalam pertentangan yang bersifat khilafiah dan tidak substansial. Justru dengan menjadi kader PKS, yang Muhammadiyah menjadi kuat ke Muhammadiyah-annya, yang NU juga menjadi kuat ke NU-annya.

Sahabat tentu masih ingat, dengan apa yang dilakukan oleh Pak Hidayat Nur Wahid sewaktu istrinya dan juga saat ibundanya wafat, beliau menggelar acara tahlil di rumahnya. Sehingga insyaAllah PKS akan terus ikut melestarikan tradisi - tradisi Islami yang sudah menjadi tradisi yang baik di lingkungan warga saat ini. Saatnya kita, umat Islam memperbesar persamaan yang ada, berlapang dada atas perbedaan yang ada dan menjadikan ukhuwah dan urusan umat adalah di atas segalanya.