Bang Sani, Yang Kami Inginkan Darimu


Yang kami inginkan darimu adalah kau yang manusia. Bukan yang separuh dewa, apalagi yang sepenuhnya dewa. Karena yang demikian itu pasti sulit kami jangkau. Yang kami inginkan darimu adalah kau yang manusia. Bukan engkau yang separuh dewa, apalagi yang sepenuhnya dewa. Karena yang demikian itu berada nun jauh disana. Yang kami inginkan darimu adalah kau yang manusia. Bukan engkau yang separuh dewa, apalagi yang sepenuhnya dewa. Karena yang demikian itu pasti sulit untuk kami pahami. Yang kami inginkan darimu adalah kau yang manusia. Bukan engkau yang separuh dewa, apalagi sepenuhnya dewa. Karena yang demikian itu pasti tidak mengerti kami. Yang kami inginkan darimu adalah kau yang manusia. Bukan yang separuh dewa, apalagi yang sepenuhnya dewa.

Kami ingin kau yang manusia. Yang berkeringat dan mual perutnya saat berdesakan di angkutan umum reot kota ini. Kami ingin kau yang manusia. Yang pusing kepalanya dan tertekan jiwanya saat terjebak kemacetan parah kota ini. Kami ingin kau yang manusia. Yang komentar setelah nyaris terserempet di pinggir jalan yang tak lagi punya trotoar yang layak. Kami ingin kau yang manusia. Yang kedinginan saat tidur di emper toko atau kolong jembatan. Kami ingin kau yang manusia. Yang pasrah menjual malu untuk menyambung hidup. Aku ingin kau yang manusia. Yang terengah-engah menyelamatkan diri dari kejaran aparat. Kami ingin kau yang manusia. Yang tergesa-gesa menyelamatkan barang-barang ketika banjir datang menerjang. Kami ingin kau yang manusia. Yang menangis hatinya saat melihat anak-anaknya yang kurang gizi berkeliaran di jalanan tanpa masa depan. Aku ingin kau yang manusia. Yang menginginkan udara yang segar untuk bernafas. Aku ingin kau yang manusia. Yang merasakan apa yang kami rasa.

Maka jadilah kau manusia. Karena dengan begitu maka kau adalah bagian dari kami. Maka jadilah kau manusia. Karena dengan begitu kau menjadi sangat dekat dengan kami. Maka jadilah kau manusia. Karena dengan begitu kau akan merasakan kami. Maka jadilah kau manusia. Karena dengan begitu kau akan memikirkan kami. Maka jadilah kau manusia. Karena dengan begitu kau akan berbuat untuk kami. Maka jadilah kau manusia. Karena dengan begitu kau akan memperjuangkan kami. Maka jadilah kau manusia. Karena dengan itu kau akan melayani kami. Maka jadilah kau manusia untuk membangun kami.

Dan kau, abang kita, yang kini tersenyum manis di setiap sudut kota ini. Kami tahu kau berasal dari kami, dekat dengan kami, memikirkan kami, merasakan kami, telah berbuat untuk kami, memperjuangkan kami, dan melayani kami. Pastilah kau seorang manusia. Dan pastikan kau akan tetap menjadi manusia. Bukan separuh dewa, apalagi sepenuhnya dewa.