Kenapa Sih Kader Harus Repot Belajar Bahasa Asing?




Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) selalu mengingatkan bahwa para kader tidak hanya cakap menjalin komunikasi di dalam negeri saja tetapi juga harus mampu membuka komunikasi dan turut serta dalam aktivitas global. Untuk menunjang hal tersebut, maka kader hendaknya menguasai satu dari empat bahasa negara di dunia. “Syarat bahasa asing itu mutlak. Setidaknya mampu menguasai satu bahasa asing,  berbicara Inggris, Arab, Perancis atau Mandarin,” tandas Anis Matta.

Singapura bisa menjadi sentral peradaban dunia sebab adaya kesadaran kolektif dari mayoritas penduduknya bahwa bahasa inggris adalah bahasa global yang dapat digunakan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia,  dan ini dapat mengangkat citra (martabat) serta eksistensi bangsanya. 

Perlu adanya perubahan paradigma berfikir pada diri masing – masing kader, tentang pentingnya menguasai bahasa asing (bahasa global) yang sangat berperan dalam intreraksi dan komunikasi global seiring dengan kemajuan dan persaingan globalisasi.

Usaha untuk menguasai bahasa global hendaknya juga tidak dikaitkan dengan kepunahan atau ancaman dan gangguan terhadap bahasa asli atau bahasa ibu pertiwi. Pada prinsipnya bahasa dalam sebuah masyarakat bisa hadir bersama-sama tanpa saling menggangu bahkan bersifat saling mengisi dan memperkaya khasanah bahasa satu sama lain. Di India atau Malaysia misalnya seorang bisa menguasai 5 bahasa sekaligus. Dalam konteks Indonesia, kader seharusnya minimal sudah mengusai 3 bahasa (beberapa bahasa daerah, bahasa nasional dan sebuah bahasa asing). Ada sebuah motto menarik yang menyatakan bahwa, “Bahasa Indonesia itu wajib, bahasa daerah itu pasti dan bahasa asing itu perlu”.

Bahasa yang paling banyak digunakan di bumi ini adalah Bahasa Inggris dengan penutur mencapai 500 juta jiwa. Bahasa ini banyak diadopsi menjadi bahasa resmi di beberapa negara dan organisasi international. Tercatat ada 53 negara dan 10 organisasi internasioanal yang memakai Bahasa Inggris sebagai bahasa resmi. Selain itu, hampir semua negara di dunia menerapkan Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua setelah bahasa nasionalnya masing-masing.

Bahasa asing terpopuler kedua adalah Bahasa Arab. Bahasa Arab adalah bahasa yang paling fasih, jelas, luas dan maknanya lebih mengena lagi cocok untuk jiwa manusia. Bahasa Arab juga banyak meminjamkan kosa katanya ke sejumlah bahasa di Eropa, utamanya bahasa Spanyol, Portugis dan Sisilia. Bahkan, sejak tahun 1974, Bahasa Arab digunakan sebagai salah satu bahasa resmi di PBB yang penuturnya hampir sekitar 300 juta jiwa dan digunakan secara resmi di lebih dari 20 negara.

Bahasa Arab dan Inggris adalah bahasa dunia (global). Keduanya memiliki akar sejarah yang amat panjang dan warisan peradaban yang paling banyak, apalagi Bahasa Arab. Hampir dua pertiga penduduk dunia memakai dua bahasa internasional ini. Oleh karena itu, tidak salah jika para cendekiawan mengatakan, “Dengan menguasai Bahasa Arab-Inggris, kita akan menguasai dua kehidupan dunia.”

Thailand yang notebene berada di wilayah Asia Tenggara, sekitar 700 ribu penduduknya nonton TV Nasional dan Internasional di 14 stasiun televisi yang berbahasa asing. Demikian pula dengan Jepang yang menyediakan berbagai refrensi maupun informasi dalam bentuk koran, buku, majalah, media audiovisual untuk pengajaran dan hiburan bagi para pelajar dan pekerja dalam bahasa asing. Bahkan di negeri-negeri Eropa seperti Swedia dan Belanda sekalipun, lebih dari 70 % orang dewasa mampu berbahasa asing. Singkatnya, bahasa asing sudah merambah kemana – mana di seluruh negeri yang berbeda dalam budaya serta kepentingan.

Alhamdulillah, kader - kader di DPC PKS Pancoran sudah rutin setiap minggu sore berlatih menggunakan bahasa global tersebut. Sementara ini baru ada dua kelas, yakni satu kelas ikhwan (laki - laki) dan satunya akhwat (perempuan). Walau pesertanya belum banyak, tetapi program ini tetap jalan, karena sementara ini fokusnya bukan pada banyaknya jumlah peserta. InsyaAllah sedikit demi sedikit lama – lama menjadi bukit.