SOHIBUL IMAN : PENDIDIKAN JANGAN DILIHAT HANYA DARI ASPEK LEGAL (UNDANG-UNDANG)

Anggota MPR dari Fraksi PKS, Mohammad Sohibul Iman, mengatakan bahwa dari sebuah survei yang dilakukan oleh Unesco ada 2 rezim pendidikan.
 Pertama, rezim yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk menempuh pendidikan di tingkat dasar tapi tidak untuk pendidikan di perguruan tingi. "Ini rata-rata dianut bangsa-bangsa Asia Timur," ujarnya.  Indonesia menurut Sohibul Iman masuk dalam rezim pendidikan yang pertama ini.
Kedua, rezim yang memberikan kesempatan kepada segelintir orang untuk bisa menikmati pendidikan seluas-luasnya kepada mereka untuk menikmati pendidikan dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. "Ini banyak dilakukan oleh bangsa-bangsa di Asia Selatan," ungkapnya.
Sohibul Iman merasa bersyukur sebab anggaran 20% untuk pendidikan masuk dalam undang-undang dasar, "Bukan undang-undang," tegasnya. Namun menurut pria yang menempuh pendidikan S3 di Jepang itu mengingatkan bahwa pendidikan jangan hanya dilihat dari aspek legal sebab kalau bagus dalam aspek legal namun jelek dalam pelaksanaan maka itu akan sia-sia. "Saya harap bangsa ini betul-betul konsen dalam pelaksanaannya," ungkapnya.
Harapan lain yang dikemukakan oleh Sohibul adalah pemerintah tidak boleh menyerahkan pendidikan ke pasar. Diungkapkan bahwa ternyata pendidikan yang dilakukan oleh perguruan tinggi negeri dan swasta berada pada satu permainan yang sama. Misalnya perguruan tinggi negeri membuka program ekstension. Program ini mengakibatkan perguruan tinggi swasta susah mencari mahasiswa.
Pendidikan itu salah satunya untuk mencetak pemimpin,  Mohammad Sohibul Iman mengatakan di hadapan pelajar, “Saya yakin dari kalian lebih dari satu akan menjadi pemimpin.” Namun dikatakan pemimpin jangan dipikirkan hanya sebatas presiden. Di mana pun posisi kita bila bisa mempengaruhi atasan dan mengarahkan bawahan maka sudah bisa disebut dengan pemimpin. “Jadi Kita tidak perlu terobsesi dengan posisi namun harus pada fungsi,” ujarnya.  “Kalau berbasis pada posisi, pemimpin tak kan abadi,” ungkapnya.