Tidak Populer di Bumi Tetapi Populer Di Langit
Oleh Ust. Yusuf Mansur |
Majhuuun fil ardh, masyhuurun fissamaa.
Tidak populer di bumi, tetapi sangat dikenal penghuni langit.
Ungkapan itu terungkap dari Rasulullah SAW ketika beliau
meminta Ali bin Abi Thalib R.A mengecek keberadaan seorang pemuda yang
kemudian dikenal dengan nama Uwais Al-Qarni. Ali R.A yang menjadi salah
satu khalifah (khalifah ke-4) dari khulafaur rasyidin, diminta oleh
Rasullullah SAW mencari pemuda yang namanya sangat harum di kawasan
“langit”. Bingung Ali RA dibuat. Apa istimewanya Uwais sehingga beliau
menyuruhnya untuk mencari pemuda ini dan menceritkan keterkenalannya di
kawasan langit, Jibril dan malaikat Allah yang lain.
Ali bertambah bingung karena mencari pemuda ini bukan perkara
gampang. Susah betul. Ya, susah sekali beliau menemukan pemuda ini.
Karena Uwais bukan sebuah nama public figure. Uwais bukanlah pemuda
ngetop yang namanya dikenal seantero jagat. Uwais bukanlah orator.
bukanlah ahli yang setiap ungkapannya selalu memukau pendengar dan
mengundang tepukan dan decakan rasa kagum. Uwais juga bukan penderma
hebat yang namanya tercantum di harian apa saja sebagai penyumbang
terbanyak. Uwais juga bukan seorang pejabat yang pandai memainkan
perasaan dan memainkan air muka. Uwais bukanlah seorang bintang yang
kehadirannya ditunggu jutaan fans-nya. Pokoknya Uwais bukanlah
siapa-siapa, ia hanya seorang pemuda biasa. Bahkan jauh sangat.
Satu kelebihannya yang menyebabkan Rasulullah SAW memerintahkan Ali
untuk mencari dan meminta do’a darinya, dan membuat seluruh penghuni
langit mencintainya adalah kecintaan Uwais pada ibunya. Ia konon
mengorbankan masa remajanya untuk mencurahkan kasih dan sayangnya pada
ibunya. Ia mengorbankan begitu banyak kesempatan yang mestinya ia kecap
lantaran begitu berbaktinya kepada bunda yang telah mengandungnya
Majhuulun fil ardh, msyhuurun fissamaa, adalah potongan
ungkapan Rasulullah SAW yang menggambarkan bahwa standar ukuran kemuliaan
manusia bukanlah dimata manusia itu sendiri, tapi nilainya dimata Allah
SWT. Kondisi saat ini menggambarkan kebalikannya, masyarakat kita
seolah digelapkan dengan idola idola yang sangat agung kedudukannya di
mata manusia, tapi belum tentu di mata Tuhan. Masyarakat kita,
Indonesia, memiliki banyak bintang yang punya jutaan fans fanatik, yang
muncul dari satu layar kaca ke layar kaca, waktu demi waktu. Indonesia
punya banyak pemuka agama yang juga memiliki banyak pengagumnya.
Indonesia punya banyak pejabat dan wakil rakyat yang begitu antusias
membeli dan memperjuangkan nasib bangsanya. Bahkan negeri ini banyak
memiliki pemimpin yang selalu bercerita bahwa ia satu sisi dengan nasib
penumpang yang dinahkodainya. Tetapi benarkah? Hanya mereka yang tahu
jawabannya.
Pernyataan ini justru cambuk bagi kita, bahwa ungkapan Majhuulun fil ardh, msyhuurun fissamaa,harusnya
menyadarkan kita tentang apa yang telah kita lakukan agar para malaikat
senantiasa mendo’akan kita. Sekaligus seharusnya menyadarkan kita bahwa
menjadi tidak penting hanya terkenal menurut derajat kemanusiaan
sementara kita mengabaikan standar ketuhanan. Atau bisa jadi bahwa Tuhan
muak dengan pribadi kita. na’uduzubillah.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al Hujuurat 13)
sumber : Buku Membumikan Rahmat Allah, hal 137 - 141