KEMENANGAN POLITIK DALAM KONTEKS DAKWAH

Apa yang dimaksud kemenangan politik dalam konteks dakwah?
Kemenangan politik dalam konteks dakwah adalahterealisasinya nilai - nilai kebenaran bersama partai Islam, maupun bersama partai yang meski tidak membawa nama Islam tapi ia memperjuangkan nilai kebajikan dan takwa.
Dan, tentu sebuah kemustahilan bila kemudian partai islam mengabaikan faktor ini. Yang logis, ummat Islamlah yang paling responsif merealisasikannya. Bila nilai kebajikan itu terealisasi, lantas ummatterjauhkan dari kezaliman dan segala hal yang buruk, maka akan muncul ketenangan sosial. Semuanya jabaran dari al-bir wataqwa

Dalam sejarahnya ummat Islam tidak pernah menang karena dukungan fasilitas. Sekarang mana yang harus diutamakan, kualitas atau kuantitas?
Paduan dari dua-duanya. Karena di alam reformasi ini, yang digunakan adalah demokrasi yang seluruhnya dilakukan melalui pendekatan suara terbanyak. Maka, orientasi kepada suara terbanyak, saat ini merupakan hal yang sangat penting. Dan, di sini berlaku kaidah fiqh, ma laa yatimmul wajibu illa bihi fahuwa wajibun (Kewajiban yang tak sempurna kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu hukumnya ikut wajib). Bila melaksanakan kewajiban beramar ma'ruf pada tingkat yang lebih mendasar itu membutuhkan suara paling banyak, maka memperoleh suara terbanyak dalam konteks ini menjadi wajib. Tapi perlu saya sampaikan bahwa itu dalam Islam tidak berujung kepada menghalalkan segala cara.

Sebagian sahabat mengkhawatirkan "Apa bisa mengalahkan Persia" Mendengar itu Utsman bin Affan menegur, "Kapan kita pernah dimenangkan oleh Allah hanya karena faktor jumlah." Ucapan ini mengarah pada bahwa di atas jumlah ada satu hal yang harus diingat oleh ummat Islam, yaitu faktor kualitas ummat Islam, dalam konteks hubungannya dengan Allah.

Tapi, yang jelas tidak ada paradoksial dan kontradiksi antara, meningkatnya kualitas ummat dengan dukungan kuantitas lebih banyak. Karena, adalah tidak logis bila kualitas ummat  meningkat kemudian ia tidak mendapat dukungan. Bila kualitas ummat meningkat, pada tingkat ruhiyahnya, misalnya, maka itu akan berefek pada "dia pasti dicintai oleh orang lain." sebab Allah menjanjikan demikian. Bila kualitas kualitasnya meningkat, ibadahnya meningkat, intelektualnya meningkat, pasti ia akan bisa membaca apa yang dimaui oleh orang lain. Dan apalagi bila nanti memunculkan kekuatan soaisl, ekonomi, maka gilirannya nanti akan diikuti dan diamini bahkan ditransfer ole ummat lain. Artinya, pada gilirannya nanti bila kualitas ummat ini meningkat, ia akan diikuti oleh kuantitas yang banyak juga. Itulah yang terbukti pada penyebaran Islam itu sendiri.

Kuantitas dan kualitas, dalam konteks perjuangan masa depan keduanya tetap harus kita jaga. sebab bila kita hanya mementingkan kualitas dengan pemahaman yang terpotong dan parsial, kita akan menampilkan generasi yang berada di menara gading, tidak membumi. Sebaliknya kita tidak bisa hanya berorientasi kepada memperbanyak pendukung.

Dalam era global, dua hal ini harus berimbang. Orientasi memunculkan kader -kader yang intelektual, berkualitas, ruhiyah baik, dan karenanya mau berinteraksi dengan baik, harus dipegang. dan pada tingkat yang lebih umum terus dilakukan aktivitas yang sifatnya jamahiriyah (umum), nasional, dan terbuka untuk seluruh pihak. dari sana akan tersambungkan antara kualitas para kader - kader itu dengan kualitas ummat.

Majalah Tarbawi edisi 1 31 Mei 1999 M / 15 Shafar 1420 H hal : 16-17